Sinopsis Jodha Akbar episode 401 by Sally Diandra. Narator : “Akhirnya usaha Hamida membujuk Salim pulang ke istana Mughal di Agra berhasil, Salim setuju pulang kembali ke Agra, dia sedang dalam perjalanan pulang ke Agra, kampung halamannya, perjalanan tersebut memakan waktu selama kurang lebih dua hari. Sementara itu di istana kerajaan Mughal, Jalal mendapat surat yang mengabarkan bahwa Salim setuju kembali pulang ke Agra, dia kembali bersama neneknya Hamida Bano”
Semua keluarga kerajaan Mughal merasa senang mendapat kabar berita kepulangan Salim ke Agra, “Itu adalah berita yang sangat baik ! sekarang kita hiasi seluruh kerajaan layaknya hiasan seorang pengantin, pelayan pelayan harus bekerja sangat keras mulai sekarang” kata Jalal kemudian berlalu dari sana diikuti oleh para istrinya.
Dikamar Rukayah, Rukayah berkata pada dirinya sendiri : “Aku tidak tahu bagaimana caranya kamu tinggal jauh dari aku, Salim … aku juga menunggu kedatanganmu, tapi sekarang semua penantian itu akan segera berakhir” kata Rukayah sambil berjalan kearah mejanya dan mengambil kotak opiumnya dan memakannya sedikit, kemudian tersenyum licik. “Sekarang aku akan melihat pada apa yang telah aku buat ke Salim dimasa kanak kanaknya dulu, apakah dia kecanduan opium atau tidak” ujarnya sambil tersenyum menang.
Di Hareem, para putri putri kerajaan sedang menggosip tentang Salim “Kalau dulu Ratu Jodha bisa menikahi Raja Mughal Jalalludin Muhammad Akbar, mengapa tidak kalau sekarang aku menikahi pangeran Salim” ujar salah seorang putri, semua putri kerajaan di Hareem bersiap siap untuk memberikan kesan yang terbaik ke Salim karena dia yang akan menjadi Raja berikutnya, salah satu putri berkata : “Pangeran Salim pasti sangat tampan” . Persiapan untuk menyambut kedatangan Salim benar benar sangat meriah, Salima yang mengatur segalanya didapur dan menyuruh para pelayan untuk bekerja lebih cepat.
Sementara itu dikamar Jalal, ”Yang Mulia, aku seperti melayang melayang menunggu kedatangan Salim tapi aku juga sedikit tegang” kata Jodha, “Dulu kamu sangat khawatir kalau Sekhu Baba tidak akan kembali pulang dan sekarang ketika dia mau pulang, kamu juga masih khawatir tentang dia” ujar Jalal, “Aku memang sangat khawatir tentang Salim, dulu di masa kanak kanaknya ketika Salim pergi selama lima hari, dia tidak mau berbicara denganku selama sebulan dan sekarang ketika dia kembali setelah selama tujuh tahun pergi, akan berapa lama dia tidak akan berbicara padaku ?” tanya Jodha penasaran, “Apakah dia akan memanggilku ibu ? apakah dia akan marah padaku ?” tanya Jodha lagi, “Dia tidak akan marah sama kamu, Ratu Jodha” ujar Jalal, Jodha tersenyum senang mendengar jawaban suaminya yang menyejukkan hati, “Aku benar benar bisa mati melihat senyuman mautmu itu” goda Jalal, “Aku harus pergi untuk menyiapkan segala sesuatunya untuk kepulangan Salim” kata Jodha sambil beranjak hendak pergi meninggalkan Jalal, “Sekarang kamu lebih mencintai Salim daripada cintamu padaku ?” kata kata Jalal segera menghentikan langkah Jodha dan tanpa menoleh kearah Jalal, Jodha berkata sambil tersipu malu “Aku berjanji padamu, Yang Mulia … bahwa aku akan selalu menjaga hatimu tetap aman dan seseorang yang akan kembali nanti adalah bagian dari hatimu juga” ujar Jodha sambil menoleh sekilas kearah Jalal dengan senyuman mautnya dan berlalu meninggalkan Jalal, Jalalpun tersenyum bahagia.
Semua keluarga kerajaan sudah bersiap menunggu kedatangan Salim dipintu gerbang istana, Salim dan rombongannya sudah memasuki gerbang istana dengan kuda putih kesayangannya, Jodha menunggu kedatangan anaknya dengan cemas, ingin rasanya segera melihat Salim, semua puji pujian dilontarkan untuk Salim, mereka semua mengelu elukan nama Salim : “Hidup Pangeran Salim ! Hidup Pangeran Salim ! Hidup Pangeran Salim !” , ketika Salim memasuki istana, Rukayah tersenyum senang melihatnya, Salim memandang kesekeliling istana, dia teringat bagaimana dulu ketika dia pergi meninggalkan istana ini 7 tahun yang lalu, kemudian dia melihat Jodha, Jalal dan Rukayah, sesaat kemudian Salim turun dari kudanya, dalam bayangan Jodha Salim kecilnya berlari kearahnya dengan senyum yang mengembang dan memeluknya erat sambil mengatakan : “Ibuuuu … aku pulaaannng” kemudian Jodha menciumi pipinya, sesaat Jodha tersadar dari lamunannya dan dilihatnya Salim telah dewasa sekarang, “Salim, ayooo temui ibumu” pinta Hamida yang telah berada disebelahnya, Salim memandang kearah Jodha kemudian Rukayah, Jodha dan Rukayah tersenyum senang menyambut kedatangan Salim, kemudian Salim berjalan dengan gagahnya kearah mereka, Salim tersenyum pada keduanya namun Rukayah sedikit cemburu ketika Salim menuju kearah Jodha terlebih dahulu dan menyentuh kaki Jodha, Jodha sangat terharu melihatnya kemudian Jodha melakukan aarti untuk Salim, “Aku tidak bisa mengatakan padamu betapa bahagianya hati ibu mengetahui kamu datang terlebih dahulu ke ibu” kata Jodha bahagia, “Aku tidak datang pada ibu akan tetapi pada Mariam Uz Zamani, kamu memiliki posisi tertinggi di Kesultanan Mughal, jadi sebagai pewaris tahta kerajaan aku harus menemuimu terlebih dahulu sebagai formalitas” ujar Salim sambil menunduk kemudian dia melihat Rukayah sambil tersenyum dan memanggilnya : “Ammijaan … ibuuu” sambil melangkah kearah Rukayah, Jodha sangat terluka melihat kenyataan ini. Rukayah sangat senang Salim memanggilnya ibu, dia langsung mencium kening Salim dan berkata : “Anakku … bagaimana kabarmu, ibu tidak dapat mengatakan betapa bahagianya ibu melihat kamu kembali” ujar Rukayah senang, Salimpun tersenyum bahagia, kemudian dilihatnya Salima dan ketika hendak menuju ke Salima, “Berhenti Sekhu Baba !” kata kata Jalal langsung menghentikan langkah Salim, “Aku ingin melihat apa saja yang telah kamu pelajari selama beberapa tahun ini, aku ingin melihat apakah semua yang aku dengar tentang kamu itu benar atau tidak” tantang Jalal sambil melemparkan sebilah pedang kearah Salim, Salim langsung menangkapnya dengan sigap, “Yang Mulia, apa yang kamu lakukan ? dia baru saja kembali” ujar Jodha, “Tidak ada seorangpun yang akan mengalangi antara aku dan kamu hari ini, tidak juga kamu, Sekhu Baba” kata Jalal tenang sambil membuka selongsong pedangnya dan mengeluarkan sebilah pedang kesayangannya dan menyuruh Salim untuk bersiap, Salim mengangguk menerima tantangan Jalal, sementara keluarga kerajaan lainnya tegang dan penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh Jalal.
Diarea latihan bertarung, Salim dan Jalal mulai bertarung dengan pedangnya, Salim sempat jatuh ditanah setelah mendapat serangan dari Jalal tapi kemudian dia bisa bangun kembali dan kembali melawan Jalal, Jalal kelihatan sangat bersemangat menyerang Salim, sementara Salim memandang Jalal dengan penuh kebencian, dia terus berupaya menangkis serangan Jalal dan kadang bertahan melindungi dirinya sendiri, sampai akhirnya gantian Salim yang menyerang Jalal dengan bersemangat hingga akhirnya Jalal terluka kena tebas pedang Salim dipunggung jarinya dan mngeluarkan darah, “Sebenarnya aku ingin menyerang dadamu, tapi maafkan aku … aku lupa bahwa kamu telah mempunyai hati disana” kata Salim, Jalal tersenyum dan berkata : “Itu sangat bagus ! sekarang kamu berbicara seperti seorang anak Raja Jalalludin Muhammad Akbar, hari ini dengan melukaiku, kamu telah membuktikan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat memukulmu di medan perang, aku bahagia melihat penampilan barumu, apapun yang aku dengar tentang kamu adalah benar” kata Jalal sambil tersenyum, Salimpun tersenyum dan semua orang mengelu elukan nama Salim. “Hidup Pangeran Salim ! Hidup Pangeran Salim ! Hidup Pangeran Salim !” ujar semua yang hadir disana.
Pada malam hari, Salim sedang berdiri diteras seorang diri, beberapa pangeran datang menghampiri mereka, mereka memberikan salam ke Salim, Salim langsung menatap mereka dan berkata : “Biasanya ada 4 anak anak, sekarang ketiganya sudah disini, mana yang satunya ?” tanya Salim, “Tolong katakan padaku siapa yang tidak ada diantara kami ?” salah seorang pangeran malah balik bertanya, “Mungkin aku telah pergi jauh dari sini tapi aku tahu semuanya yang terjadi disini, aku dengar Murad orangnya agresif, sampai saat inipun masih sering membunuh burung merpati yang tidak bersalah” kata Salim, “Aku berjanji aku tidak akan pernah membunuh burung merpati lagi setelah kamu pergi meninggalkan kami” ujar Murad sambil menyuruh saudaranya Danial untuk mendukungnya, “Iyaa dia benar, Salim” kata Danial, “Aku akan menerima semua ini hanya jika Haidar juga setuju dengan pendapat kalian” kata Salim, “Qutub, katakan pada Salim bahwa aku tidak membunuh burung merpati lagi” ujar Murad sambil meminta dukungan dari Qutub, “Kemana Haidar ? kenapa dia tidak ada bersama kalian ? kamu kan ? Murad, Qutub dan Danial” kata Salim, semuanya tersenyum dan memeluk Salim, tapi Qutub tau diri tidak memeluk Salim karena dia hanya anak seorang pelayan, “Qutub kenapa kamu tidak bergabung memelukku ?” tanya Salim, dengan malu malu akhirnya Qutub ikutan bergabung memeluk Salim, mereka semua tertawa bahagia.
Ketika Salim memasuki kamarnya, tiba tiba badannya menggigil dan mulai merasakan pusing dikepalanya, Salim berjalan sempoyongan dan menabrak semua barang barang yang ada dikamarnya, dia mencoba untuk menarik nafasnya dalam dalam sambil mengeluarkan sekotak opium dan memakannya sedikit kemudian direbahkannya tubuhnya ditempat tidur, “Semuanya telah berubah tapi hanya rasa ketagihan akan opium ini yang tidak berubah” …Sinopsis Jodha Akbar episode 401