Sinopsis Jodha Akbar episode 398 by Sally Diandra. Setelah berhasil lolos dari para pemborentak, Salim menghampiri rumah nenek Fatima Bi, tak berapa lama setelah Salim mengetuk pintunya, nenek Fatima keluar dari gubuknya, “Yaaa ampuuun kamu Pangeran, ada apa malam malam kesini ?” tanya nenek Fatima, “Seseorang telah menculik aku, nek … tolong selamatkan aku” pinta Salim, seketika itu juga nenek Fatima Bi langsung mengajak Salim masuk kedalam gubuknya dan disuruhnya Salim duduk diatas tempat tidurnya, kemudian nenek Fatima menyuruh Qadir untuk bangun dan mengambilkan minum untuk Salim, “Mereka akan membunuhku, nek … Yang Mulia tidak datang untuk menyelamatkan aku jadi aku melarikan diri dari sana” cerita Salim, “Jangan khawatir …aku tidak akan membiarkan sesuatu terjadi padamu” kata nenek Fatima Bi, tak berapa lama kemudian Qadir memberinya minum air putih,”Kamu aman disini Pangeran, aku akan membawamu kembali ke istana” kata Fatima Bi, “Aku tidak akan pergi kesana, aku tidak mau pulang ke Yang Mulia ! dia itu jahat ! dia bahkan tidak menyelamatkan aku !” kata Salim dengan muka masam, “Jangan berkata seperti itu, aku akan lihat keluar, apakah mereka ada disana atau tidak” ujar Fatima.
Malam itu Jalal dan keluarga istana sedang berkumpul, mereka masih terus membahas soal pencarian Salim, ”Aku tidak bisa menemukan Pangeran Salim, Yang Mulia” kata Maan Sigh, “Kemana perginya anak itu, aku pergi dan mencarinya sendiri” ujar Jalal, tepat pada saat itu salah satu pelayannya masuk dan mengatakan kalo Fatima Bi datang dan ingin bertemu dengan Jalal, semua yang hadir disana terheran rehan melihat kehadiran Fatima Bi setelah mendapat ijin untuk bertemu dengan Jalal, Fatima Bi datang bersama Salim yang membuntutinya dibelakang, ”Salam Yang Mulia …. Aku membawa harta bendamu yang paling berharga” kata Fatima, tak lama kemudian Salim muncul dari belakang Fatima dengan tatapan marahnya ke Jalal, Salim teringat bagaimana dulu Jalal menjatuhinya hukuman ketika tanpa sengaja memanah Qadir dan memberinya hukuman berdiri dibawah terik sinar matahari, juga ketika Jalal tidak datang menyelamatkannya ketika dirinya diculik, Jodha langsung menghampiri Salim dan membelai wajah Salim lembut tapi Salim membuang muka dan pergi kearah Rukayah dan memeluknya, Rukayah sangat senang sekali diciuminya Salim bertubi tubi, “Kamu baik baik saja pangeranku ?” ujar Rukayah sambil memeluk Salim erat, “Aku sangat merindukanmu” ujar Rukayah lagi, sementara Salim diam saja membisu seribu bahasa, sedangkan Jodha hanya bisa menatap haru kedekatan Rukayah dan Salim, dan keluarga yang lainnya pun tampak senang terutama Hamida. Jodha kemudian menghampiri Fatima dan mencium tangannya, “Kamu telah mengembalikan nyawaku kembali, aku telah berhutan banyak padamu, nek” kata Jodha, Fatima hanya tersenyum memandangnya, “Kamu benar benar anak yang kuat, Sekhu Baba … sini peluk ayah” bujuk Jalal sambil membuka tangannya hendak memeluk anak tercintanya tersebut, tapi Salim tidak bergeming sedikitpun, tatapannya penuh dengan kemarahan, melihat hal ini Jodha meminta Salim untuk menghampiri Jalal tapi Salim malah bersembunyi dibalik punggung Rukayah dengan sinar kebenciannya ke Jalal, sementara Jalal merasa sedih diabaikan kembali oleh Salim. “Mungkin Salim masih trauma, aku akan mengajaknya makan dulu, kita tidak tahu kan apakah dia sudah makan atau belum ?” ujar Rukayah berupaya mencairkan suasana, “Oh iya betul … pergilah dan ajaklah dia makan” kata Jalal, kemudian Rukayah mengajak Salim meninggalkan tempat itu, sementara Jalal, Jodha dan Hamida merasa bahagia sekali karena akhirnya Salimtelah kembali pulang dengan selamat.
Anak anak sedang bermain diruangan, kemudian Haidar datang sambil membawa sebuah teko yang berisi minuman ( minuman anggur ) yang disembunyikannya dibelakang punggungnya, “Aku punya sesuatu yang sangat menarik” kata Haidar sambil menunjukkan teko tersebut ke anak anak yang lain, “Aku sering melihat Raja dan para menterinya minum minuman ini dan merasakan kedinginan, ini pasti minuman yang enak” kata Haidar lagi, Murad mencoba memperhatikannya, sesaat kemudian Salim bergabung dengan mereka, “Nah … ini ada pewaris tahta kerajaan, lebih baik kamu yang minum pertama kali” ujar Murad, “Ini sebuah minuman dan siapa yang meminum minuman ini akan merasa nyaman” jelas Murad, “Sungguh ?” tanya Salim penasaran, Murad dan Haidar langsung mengangguk mengiyakan, seketika itu juga Salim langsung mencoba meminumnya, “Hmmm … rasanya pahit” ujar Salim, “Minum lebih banyak lagi pasti nanti akan menyenangkan” bujuk Haidar, Salimpun menurut dia mencoba meminum banyak sekali anggur kemudian diberikannya ke Qutub, lalu Danial juga meminumnya, tidak ketinggalan Murad juga mencoba untuk mencicipinya dan Haidar juga meminumnya, mereka dalam keadaan tidak sadarkan diri alias mabuk, “Rasanya pahit tapi enaaakkk” kata Salim sambil tertawa dan diikuti oleh anak anak yang lain pun juga ikut tertawa.
Sinopsis Jodha Akbar episode 398. Salim dalam keadaan mabuk, jalannya sempoyongan kesana kesini, dan ketika hendak menuju ke kamarnya, dia mendengar ada alunan music disebuah ruangan, Salim mencoba menuju keruangan tersebut dan dilihatnya para pelayan sedang menari mengikuti irama music yang juga dimainkan oleh para pelayan yang lain, begitu melihat kehadiran Salim, para pelayan segera menghentikkan aktifitasnya, namun Salim menyuruhnya untuk kembali menari dan bermain music, “Jika kamu cinta sama nyawamu kamu harus mengikuti perintahku !” ujar Salim masih dalam keadaan mabuk sambil menuju ke kursi, “Kamu adalah pelayanku ! menarilah !” perintah Salim, para pelayanpun memulai kembali aktifitasnya. Sambil terus menikmati tarian para pelayan, dilihatnya ada sebuah teko minuman yang berisi anggur, sesaat kemudian dia berdiri dan dituangkannya minuman anggur itu ke dalam gelas dan mulai meminumnya sambil menikmati tarian para pelayan, sesaat kemudian dilihatnya pula ada buah buahan, Salim menyuruh pelayannya untuk mengambilkannya buah buahan.
Sementara itu diluar ruangan, Jalal dan Todar Mal sedang berjalan melewati ruangan para pelayan yang sedang menari, sesaat kemudian Jalal mendengar suara Salim, “Sedang apa Salim didalam sana dan kenapa ada alunan music juga ?” tanya Jalal penasaran, sesaat kemudian Todar Mal pergi meninggalkannya dan Jalal mulai memasuki ruangan tersebut, Jalal sangat terkejut ketika dilhatnya Salim sedang menikmati tarian para pelayan, “Menarilah terus …. aku adalah pewaris tahta kerajaan !” ujar Salim sambil meminum segelas anggur, melihat ulah anaknya seperti itu Jalal sangat marah dan menyuruh para pelayanan untuk berhenti menari, kemudian ditariknya Salim utuk berdiri diatas kursi menghadap ke Jalal, semua pelayanan ketakutan melihat Jalal yang sedang murka, “Kenapa kalian berhenti ? ayooo …. menarilah !” ujar Salim santai, Jalal sangat marah dan tiba tiba tanpa berkata apa apa lagi,”Plllaaakkk !!!” terdengar tamparan yang cukup keras yang dilakukan oleh Jalal ke pipi Salim, “Apakah kamu minum anggur ?” tanya Jalal, “Siapa yang memberimu anggur ?” tanya Jalal lagi, sementara Salim diam saja, “Dia mengambilnya sendiri, YangMulia… kami sudah mencoba untuk menghentikannya tapi pangeran ….” belum sempat pelayan itu menyelesaikan kalimatnya, Jalal sudah menyuruh mereka semua pergi, “Takliya !!!!” bentak Jalal, “Ayoooo … ikuutlah denganku !” bentak Jaal ke Salim, “Aku ingin melihat tarian !” kata Salim ketus, tiba tiba “Pllllaaaaaakkkkk!!!!” terdengar tamparan Jalal yang kedua tepat mendarat dipipi Salim kembali, “Sekarang aku akan menunjukkan sesuatu padamu !!!!” bentak Jalal.
Malam itu Jalal membawa Salim ke teras samping dimana disana terdapat timbangan keadilan yang besar, “Kamu tau apa ini ??? ini adalah keseimbangan keadilan, satu sisi kemanusiaan dan sisi lainnya adalah iman, kualitas inilah yang diperlukan untuk seorang raja ! kita semua adalah Raja yang agung dan sekarang kamu telah mencoreng nama kami !” kata Jalal dengan nada tinggi, “Aku tidak salah apa apa, ayah selalu menemukan kesalahan pada diriku, kemudian menghukum aku dengan mengatakan itu semua adalah sebuah pembelajaran ! aku ini seorang pewaris tahta Kerajaan !” kata Salim ketus, “Apakah kamu tahu apa itu artinya seorang pewaris tahta Kerajaan ?” tanya Jalal masih dengan nada tinggi, sementara Salim hanya diam membisu, “Dia memang mempunyai kekuasaan tapi bukan berarti dia bisa menggunakan kekuasaannya dengan semena mena, kekuasaanmu akan ditarik kembali kalau kamu menyalahgunakannya !” bentak Jalal, “Kamu selalu menggunakan kekuasaanmu untuk menghukum aku !” ujar Salim ketus, “Yaa .. karena anak seorang Raja dan rakyat itu sama, seorang Raja membutuhkan pelajaran bagaimana caranya menolong bangsanya, dia harus tahu apa itu artinya keadilan !” jelas Jalal masih dengan amarahnya, “Kamu bahkan tidak pantas berdiri didepan timbangan keadilan ini, kamu tidak pantas menjadi seorang pewaris tahta Kerajaan !” hardik Jalal dengan nanda tinggi, “Ayah jahat !” kata Salim, mendengar ucapan Salim, Jalal langsung mengangkat tangannya kembali hendak menampar Salim, tapi dari arah belakang Jodha langsung berteriak, “Yang Mulia ! apa yang kamu lakukan ??” tanya Jodha penasaran sambil melindungi Salim dari tamparan Jalal, “Aku sudah melakukan hal ini dari tadi, Ratu Jodha !” kata Jalal dengan nada marah, “Lihat dia, dia memang keliru meminum anggur, tapi kamu dengan sengaja mengangkat tangan untuk menamparnya” bela Jodha, Jalal sangat marah pada Jodha yang mulai ikut campur urusan Salim, kemudian Jalal menyuruh pelayannya untu membawa Salim ke kamarnya, sepeninggal Salim, “Ratu Jodha, kamu ikut denganku !” bentak Jalal marah.
Salim sedang berada didalam kamarnya, dia teringat bagaimana Jalal menampar pipinya dan bagaimana Jalal memberikan pernyataan pernyataan yang menyudutkan dirinya, lalu Salim keluar dari kamarnya dan menuju ke timbangan keadilan, sesaat Salim menatap timbangan itu penuh dengan kebencian lalu dia mengambil sebatang obor yang ada disebelah timbangan.
Sementara itu dikamar Jalal, Jodha dan Jalal mulai bertengkar lagi soal Salim, “Ratu Jodha, kamu sudah ikut campur urusanku !” kata Jalal marah, “Bagaimanapun juga dia adalah anakku, yang kamu lakukan itu salah, Yang Mulia … bagaimana hasilnya nanti” bela Jodha, “Karena cintamulah, Salim jadi keras kepala !” kata Jalal lagi dengan nada tinggi, “Bisakah kamu berfikir, kalau kamu sedikit keras padanya maka dia akan keras kepala, cinta bisa dimenangkan hanya dengan cinta juga, Yang Mulia” jelas Jodha, “Ketika aku melihat matanya, dia seakan akan menantang aku, Ratu Jodha .. dia sangat membenci aku ! dia fikir dia bisa berbuat sesuka hatinya dengan kekuasaannya !” kata Jalal lagi masih dengan nada tinggi, “Dia masih anak anak, Yang Mulia … dia tidak tahu bagaimana menggunakan kekuasaannya dan kemarahanmulah yang menghancurkan kita semua” ujar Jodha sedih, “Aku hanya ingin dia berada di jalur yang benar !” kata Jalal lagi, “Aku malah khawatir kalau Salim malah berada di jalur yang salah, Yang Mulia” ujar Jodha… Sinopsis Jodha Akbar episode 399