Sinopsis Jodha Akbar episode 131 by Jonathan Bay. Jalal tiba di depan kamar Jodha. Melihat ada pelayan yang berjaga, Jalal sedikit tertegun. Tapi dengan pura-pura tidak terjadi apa-apa dia terus melangkah hingga di depan pintu. Dia mengintip kedalam lalu tersenyum. Jalal mengulurkan sekantong uang pada pelayan yang berjaga di pintu sambil berpesan, “jangan ada yang masuk kedalam, kami ingin sendirian.” para pelayan kemudian pergi dari depan kamar Jodha. Jalal tersenyum senang.
Di dalam kamar, Jodha sedang bersiap-siap untuk pergi tidur. Dia berdiri didepan jendela sambil mengenakan baju tidur tanpa lengan dan sedang berusaha melepaskan semua perhiasan di tubuhnya. Jodha membuka anting-antingnya dan menyimpannya di kotak perhiasan. Tapi saat hendak membukan gelang tanganya, dia sedikit kesulitan. Dia lalu memanggil Moti sambil mengulurkan tanganya,”Moti, bantu aku melepas gelangku..” Jalal datang, dia memegang tangan Jodha hendak membantunya melepas gelang. Jodha terkejut dan bertanya, “Yang Mulia, kau? Kesini selarut ini?” Dengan mesra Jalal memandang Jodha. Lanjut Jodha, “tak ada yang memberitahu aku kalau kau datang.” Jalal tersenyum, “kau juga tidak butuh ijinku sebelum mengirim surat itu.” Jalal kemudian membantu melepaskan gelang tangan Jodha. Jodha merasa malu dengan baju yang di kenakannya, dia bergegas mengambil mentel tidur lengan panjang dan memakainya. Lalu dia berdiri di tempatnya sambil membenahi rambutnya yang panjang tergerai. Jalal menghampirinya dan berdiri di belakang Jodha. Jalal ingin menyentuh Jodha tapi mengurungkan niatnya. Jalal dengan excited bertanya, “apapun yang kau tulis di surat itu, Ratu Jodha. Kau bisa mengatakannya secara langsung padaku.” Jodha tersenyum, “akan ku lakukan, tapi aku tak berani. Aku tak tahu bagaimana cara mengatakannya padamu. AKu tak tahu bagaimana mengatakan kalau pria yang dulu aku benci, sekarang adalah…” Jalal menyentuh pundak Jodha dan memotong kata-katanya, “Ratu Jodha, lihatlah ini..” Jalal mengajak Jodha mendekati jendela untuk melihat rembulan. Jalal tersadar kalau tangannya masih menyentuh pundak Jodha, padahal Jodha diam saja, tapi Jalal dengan sedikit malu menarik tangannya dengan cepat dan menyembunyikan wajahnya dengan malu. Keduanya sama-sama tersenyum malu dan berdiri saling membelakangi. Jalal menunjukan telapak tanganya pada Jodha, “Bisakan kau lihat tanganku, Ratu Jodha. Tanganku gemetaran saat aku berusaha naik kuda untuk pertama kalinya. Dan saat aku memengal musuhku untuk pertama kalinya. Tanganku gemetaran saat aku memegang mahkota kerajaan Mughal untuk pertama kalinya dan merasakan tanggung jawabku. Tanganku dulu gemetaran. Kau tahu kapan tanganku paling gemetaran? Di hari kita menikah. Di hari saat aku memegang tanganmu untuk pertama kalinya. Menikah denganmu adalah tantangan terbesarku karena aku ingin mendapatkan dirimu. Aku ingin membawamu ke haremku sebagai piala kemenanganku. Aku ingin menguasaimu, Ratu Jodha. Tapi semuanya berubah perlahan-lahan. Aku ingin kau memahami aku. Aku ingin mengalahkanmu, tapi kau yang mengalahkan aku.” Jalal memunggungi Jodha. Jodha menoleh dengan rasa haru mendengar pengakuan Jalal, dia menyentuh jemari jalal dan menggenggamnya. Jalal terkejut dan berbalik menghadap Jodha dengan perasaan tak percaya. Jodha tersenyum, dia mengangkat tangan Jalal yang ada dalam genggamannya dan menangkupkan tangannya yang satu lagi di atas tangannya Jalal. Jalal pun melakukan hal yang sama. Jalal terlihat sangat bahagia tiada tara. Dia berkata, “aku sangat senang saat menerima suratmu. Aku ingin kau katakan satu kali padaku, kalau itu benar.” Jalal menatap Jodha dengan tatapan ingin tahu amat sangat. Jodha tersenyum dan menjawab, “benar, Yang Mulia. Yang aku tulis di surat itu aku merasakannya sungguh-sungguh.” Jalal tertawa dan sedikit salah tingkah, “subhanallah…” Jalal tersipu malu dengan sendirinya, di membalikan badan membelakangi Jodha untuk menyembunyikan kebahagiaan yang terpancar di wajahnya, “Ratu Jodha, kau wanita pertama yang menolakku. Bahkan setelah menerimaku, kau selalu menentangku. Kau tak pernah menyerah. Kau memiliki ego yang besar seperti diriku. Aku mungkin tidak punya hati, tapi…” Jodha menyentuh pundak Jalal, “tidak, Yang Mulia. Aku tau 1 hal. Kau memiliki hati. Kau pura-pura tidak memiliki hati. Tapi kau memiliki sisi kemanusiaan yang baik di dalam dirimu.”
Sinopsis Jodha Akbar episode 131. Jalal membalikan tubuhnya menghadap Jodha, “Ratu Jodha, apapun yang kau tulis di surat itu, aku ingin mengatakannya padamu, tapi..” Jodha bertanya, “tapi apa yang mulia?” Jalal tertawa, “aku, Jalaluddin, telah memberikan perintah pada seluruh pasukan dan rakyatku. Tapi aku tak tau cara mengatakan ini padamu.” Jodha meraih jemari Jalal dan mengenggamnya, “yang mulia, kau tak perlu takut dan ragu. Katakan saja, apapun yang ingin kau katakan.” Jalal menyentuh pipi Jodha dan mengelusnya, “aku tak pernah tunduk di depan siapapun di dunia. Tapi hari ini, aku biarkan diriku di kendalikan olehmu. ~jalal menyentuhkan keningnya di kening Jodha. Jodha mulai terlihat kebingungan~ Dan sesuai keinginanmu, aku adalah milikmu dan kau adalah milikku.” Ketika Jalal hendak mencium Jodha, Jodha memalingkan wajahnya ke samping dengan cepat.” Jalal terpana. Jodha bertanya, “apa yang kau lakukan, Yang Mulia?” Jalal masih dengan tersenyum menyahut, “aku melakukan semua yang kau minta di surat itu.” Jodha dengan heran berkata, “aku tidak menulis hal semacam itu dalam surat. Aku hanya berterima kasih padamu karena telah bersikap adil. Aku memujimu. Aku anggap kau sebagai temanku. Itu saja.” Jalal tertawa, “banyak orang bilang kalau wanita tidak ungkapkan apa yang mereka rasakan. Kau memanggilku kesini dan sekarang kau bersikap begitu.” Jodha menyahut, “yang Mulia, kau salah paham. Aku tak memiliki perasaan semacam itu padamu.” Jalal menyentuh pundak Jodha dan memeluknya dari belakang, “Ratu Jodha, jangan buat aku menunggu. kenapa kau malu? Kau istrku dan aku suamimu. ~Jalal mencoba membuka mantel tidur Jodha~ Kalau begitu, katakan apa yang kau rasakan.” Jodha menepis tubuh Jalal dan menjauh darinya, “tidak, Yang Mulia.” Jalal dengan heran dan tatapan kecewa bertanya, “kenapa, ratu Jodha?” Jodha menjauhi Jalal, “Kau bicara ngawur. Kau terlalu mabuk. Kita memang menikah dan aku anggap kau sebagai temanku. Tapi aku tidak mencintaimu, yang mulia.” jalal terbelalak, tapi dia tidak putus asa. Jalal mendekati Jodha, berdiri di belakangnya dan mencoba membuka mantel tidur Jodha dengan paksa, “Ratu Jodha, kau memanggilku kesini, lalu kenapa kau bersikap berbeda?” Jodha berteriak, “Yang Mulia!” Dengan refleks Jodha mendorong tubuh Jalal, Jalal hilang keseimbangan dan terjatuh. Jodha sangat terkejut, lebih-lebih Jalal. Dia merasa terhina, terluka dan sangat marah. Jodha dengan pipi basah berkata, “aku tidak mengundangmu ke kamarku. Aku tidak menulis apapun di surat itu yang kau anggap sebagai pengakuan cintaku.” Jodha mendekati Jalal, dan menyentuh lengannya. Tapi Jalal sambil berteriak menampel tangan Jodha dan menatapnya penuh amarah. Lalu kembali ke posisi semula sambil menahan marah. Wajah Jalal memerah, urat-urat di wajah tersembul semua dan matanya terlihat sangat kejam. Jodha berusaha menjelaskan, “memang benar kalau dulu aku membencimu. Aku berpikir kalau kau bukan orang yang baik. Tapi seiring waktu, perasaanku padamu telah berubah. Menurutku kau orang yang baik. Semua yang kau lakukan untuk Tasneem, dan semua yang sudah kau lakukan untuk membela kehormatanku. Itu membantuku melihat sisi baik dirimu. Tapi yang mulia, bukan berarti kalau aku mencintaimu. Cinta adalah perasaan yang berbeda. Aku menghormatimu. Tapi aku tidak mencintaimu.” jalal terlihat sangat terluka mendengar kata-kata jodha, dia memejamkan matanya untuk menenangkan perasaannya. Lalu ketika dia membuka mata, kemarahan yang amat sangat masih terpancar di wajahnya. Jodha masih berkata dengan berlinangan air mata, “aku siap merubah diriku untukmu. Tapi aku belum siap untuk terlalu intim denganmu, Yang Mulia.” Jodha melangkah mundur dan membalikan badan. Jalal dengan cepat berdiri dan maraih keramik yang ada di atas meja dan hendak memukulkannya kearah Jodha. Jodha berbalik menatap Jalal karena terkejut. Tangan Jalal terhenti di udara. Keduanya saling bertatapan, Jodha dengan ketakutan dan Jalal penuh kemarahan. Tak sanggup menyakiti Jodha, Jalal melampiaskan marahnya dengan menghantamkan keramik itu ke jendela. Jalal menatap Jodha dengan wajah menakutkan dan mata yang terlihat sangat kejam. Lalu tanpa berkata apa-apa dia bergegas pergi dari hadapan Jodha. Jodha menatap kepergian jalal dengan tubuh gemetar.
Sinopsis Jodha Akbar episode 131. Jalal meninggalkan kamar Jdoha dengan sangat marah. Di jalan dia berhenti sejenak, teringat pada surat Jodha yang di baca Mahan anga. Suara maham terdengar lagi saat membaca surat itu, “aku menaydarai kalau aku mencintaimu.” Jalal juga teringat bagaimana Jodha meraih jemarinya dann menggenggamnya dan mengatakan, “aku merasakan setiap kata yang aku tulis di surat itu. Katakan apapun yang ingin kau katakan. Kau akan merasa lebih lega.” Jalal juga teringat saat Jodha memalingkan wajah saat dia inggin menciumnya. Serta bayangan saat Jodha mendorongnya ketika dia hendak membuka mantel tidurnya. Mengingat itu semua Jalal menjadi sangat marah dan terluka. Dia menendang api obor hingga terjatuh. Melihat semua itu dan tertawa lebar, “bagus! Ini saat yang aku tunggu. Badai menggelora di dalam dirinya.”
Jalal memasuki kamar mandi. Para pelayan berbaris rapi menunggu perintah Jalal. Jalal dengan berteriak marah menyuruh mereka semua pergi. Setelah semua pelayan pergi, jalal membuka semua bajunya dan menenggelamkan diri di dalam bak mandi. Tak lama kemudian kepala Jalal muncul dari dalam air dengan wajah tegang. Dia teringat saat Jodha mengatakan, “aku tidak mengundangmu ke kemarku, yang mulia.” Jalal masukkedalam air lagi, lalu ketika menyembulkeluar dia berkata, “kau mengundangku ke kamarmu. Lalu kau mempermalukan aku, Ratu Jodha.” jalal masuk lagi kedalam air. Kata-kata Jodha terngiang kembali, “aku tidak mencintaimu. Tapi aku siap merubah diriku untukmu. Tapi aku belum siap untuk intim denganmu.” Jalalmemejamkan matanya, “kalau kau tidak mencintaiku, kenapa kau menulis surat itu untukku, Jodha? AKu tidak akan pernah memaafkanmu, Ratu Jodha.”
Di kamarnya, Maham tertawa terbahak-bahak. Resham bertanya, “maafkan aku, Nyonya. Aku tak mengerti kenapa kau tertawa seperti ini?” Maham dengan masih tertawa bertanya, “kau pernah lihat harimau terluka? harimau terluka akan lebih berbahaya. Dia akan lebih menikmati berburu dan kejam pada mangsanya.” Resham masih tidak mengerti, “apa maksud mu perdana menteri?” Maham dengan menyentuh pundak resham dan berkata, “kalau kau mengerti, kau akan ada di tempatku hari ini. ~maham mendorong pundak Resham~ Kadang, pemburu terkena perangkapnya sendiri. Ratu Jodha berusaha memburu harimau Mughal, Jalal. Jalal terluka karena Ramtanu Pandey. Bagus! Permainan yang luar biasa. Tapi tak ada yang tahu siapa otak di balik permainan ini. Aku! Aku gunakan mereka semua sebagai bonekaku! Mereka semua melakukan apapun yang aku perintahkan! Aku orangnya, Maham Anga. AKu harus memuji diriku sendiri untuk permainan hebat ini. Bagus sekali. Aku memang pantas menjadi perdana menteri kerajaan Mughal. Aku memang hebat. ~Meham menoleh ke arah Resham~ Apa kau tahu, Resham. Jurang dalam telah terbentuk antara Jodha dan Jalal hari ini. Mulai sekarang mereka tidak akan bisa tidur nyenyak. Dan aku akan hidup damai. Aku akan terus mengipas api kebencian antara mereka berdua. Ini adalah awal dari pembalasan dendamku untuk Adham! Dan pada akhirnya, Ratu Jodha akan meninggalkan istana ini selamanya. Ini adalah janjiku untuk diriku sendiri.”
Esok paginya, Maham berjalan bersama Javeda dengan wajah sangat-sangat gembira. Javeda bertanya, “ada apa, ibu? Kau kelihatan senang hari ini. Aku tak pernah melihatmu sesenang ini. Aku jadi ingin melukis dirimu. Siapapun akan mau menbeli lukisanmu yang berwajah bahagia.” Maham tidak mengubris kata-kata Javeda, dia berkata, “berhenti bicara dan jalan lebih cepat. Kita ada banyak tugas.” Javeda menjawab, “baik, ibu.” Maham menghampiri kerumuan di taman istana. Seorang bendahara istana memberi tahu maham kalau Munin Khan telah mengirim kekayaan Abu mali dan seorang wanita dari kabul, “saat ini kami sedang mencatatnya.” Maham menyuruh pelayan agar membawa semua perhiasan itu pada ratu Ruqaiya, “dia yang akan putuskan yang mana yang akan di simpan dan yang mana yang akan di bagikan. Beberapa pelayan abu mali akan masuk ke harem dan sisanya akan berkerja di tempat lain. Dan aku akan…” Maham membalikan badan hendak melangkah ketika dia melihat sebuah kurungan besar yang tertutup kain berwarna ungu. Maham dengan penasaran bertanya, “ini apa? Seperti kurungan, tapi tak mungkin ada burung di dalamnya. Terlalu besar untuk burung. Untuk apa kurungan ini?” Seorang wanita kecil yang cantik dan berkerudung dengan suaranya yang nyaring menjawab, “kau boleh anggap ini sebagai burung. Resah seperi burung dan sangat unik. Dia memiliki banyak kelebihan. ” Maham dengan heran bertanya, “benarkah? Apa kelebihannya?” Wanita kecil itu menajwab, “kalau pria melihatnya, mereka takkan bisa memalingkan wajah mereka. bahkan ekspresi wajah mereka akan berubah.” Maham bertanya, “benarkah?” Wanita kecil itu dengan bangga menyahut, “percayalah padaku. Dia memiliki kualitas yang unik. kalau di lihat dari depan, orang-orang akan kehilangan kendali.” Maham penasaran dan ingin membuktikannya. Dia memanggil seorang penggawal dan menanyakan namanya. Pengawal itu hendak mengatakan namanya. tapi wanita kecil itu melarang. Dia menyuruh pengawal itu mengintip dulu ke dalam kurungan baru kemudian mengatakan namanya. Pengawal setuju. Wanita kecil itu menyingkapkan kain sehingga pengawal itu bisa mengintip kedalam. Benar saja, pria itu langsung terlihat linglung dan hilang kesadarannya. Sehingga ketika di tanya siapa namanya, dia tak bisa menjawab. Maham tersenyum senang dan berkata kalau Jalal pasti akan menyukainya. Javeda tidak setuju. Dia mengusulkan agar Maham menyimpannya saja untuk Adham, suaminya. Maham terliha kesal, lalu menarik Javeda mendekatinya dan berbisik, “kau selalu bicara ngawur, ya? Kalau kau bicara ngawur lagi, aku akan mengurungmu selamanya. ~Javeda menggeleng ketakutan~ Bisakah kau berpikir dulu sebelum kau bicara?” lalu pada petugas bendara maham berkata agar mengirim kurungan itu ke kamarnya.
Sinopsis Jodha Akbar episode 131. Di ruang sidang, Jalal terlihat tegang dan tidak konsen. Atgah memberi tahu Jalal tentang urusan politik, tapi jalal sedang sibuk dengan pikirannya sendiri. Dia tidak mendengarkan apa yang di katakan ATgah. Maham melihat sikap Jalal itu dan merasa senang. Setelah menyampaikan informasinya, Atgah bertanya, “Yang mulia, apa perintah anda selanjutnya?” Jalal tidak menjawab. Semua orang menunggu dengan heran. Maham berkata dalam hati, “semua orang terlihat kaget. Tapi aku tidak. Aku tahu, Jalal tidak bisa fokus.” Lalu tanpa berkata apa-apa, Jalal meninggalkan ruang sidang di ikuti tatapan mata semua orang. Maham mengejar Jalal dan memanggilnya, ” Jalal..” Jalal berhenti menunggu Maham. Setelah dekat, Maham bertanya, “ada apa, Jalal? Kenapa kau tinggalkan sidang tanpa mengatakan apapun? ~Maham menyentuh kening Jalal~ Apa kau baik-baik saja? Kemarin kau sangat bahagia. Apa yang terjadi hari ini?” Dengan geram Jalal menjawab, “apapun yang membuatku bahagia kemarin, sekarang aku marah pada hal yang sama.” Maham dnegan pura-pura heran bertanya, “kau marah pada ratu Jodha? Kenapa Jalal?” Jalal menyahut, “aku sedang tidak ingin membicarakannya. AKu hanya ingin pergi dari sini dan bicara dengan ratu Ruqaiya.” maham dengan heran bicara sendiri, “apa yang ingin di bicarakan jalal dengan Ruqaiya?”
Jodha duduk di depan Kanha untuk mengadukan permasalahannya dan berdoa. Pada Kanha Jodha berkata, “apa yang telah kulakukan semalam, Dewa Krisna? Aku telah melakukan kesalahan besar. Aku harus menemui kaisar dan minta maaf padanya. Aku pasti menulis sesuatu di surat itu yang membuat dia salah paham. Tapi aku ingat dengan jelas, kalau aku tidak menulis apapun di surat itu yang bisa membuat dia bersikap seperti itu. Lalu apa masalahnya?” Jalal kemudian menyembah Kanha dan beranjak pergi keluar hendak menemui Jalal. Tapi maham menahannya, “ratu Jodha, Salam. Boleh aku tanya kau mau kemana pagi-pagi begini?” Jodha dengan sedikit ketus menjawab, “kurasa aku berhak tidak menjawab pertanyaanmu. tapi aku akan menjawabmu. Aku mau menemui kaisar. Aku harus katakan sesuatu padanya.” Jodha berniat melanjutkan langkahnya ketika Maham berkata, “itu tidak mungkin. Kau tidak bisa menemui dia sekarang, ratu Jodha. Tapi aku bisa membantumu. Misalnya…kalau kau mau tahu kondisi kaisar aku bisa beritahu kau. Kaisar sepertinya sangat tidak fokus tapi bahagia.” Jodha dengan terkejut bertanya, “apa? Dia bahagia?” maham dengan tegas menjawab, “ya. benar. Dia terlihat lebih bahagia di bandingkan sebelumnya. Maaf, tapi sebagai perdana menteri, aku menyarankan kau untuk tidak menganggu kewajiban kaisar. AKu permisi dulu.” tanpa menunggu sahutan, Maham pergi. Jodha tertegun. …Sinopsis Jodha Akbar episode 132