Sinopsis Jodha Akbar episode 394 by Sally Diandra. Malam itu anak buah Syarifudin mulai bertengkar dengan salah satu warga desa, mendengar adanya keributan, Jalal langsung keluar dari tendanya dan melihat apa yang terjadi, Jalal menyuruh prajuritnya untuk mengatakan pada Maan Sigh agar menyelesaikan keributan tersebut kemudian Jalal kembali masuk kedalam tendanya, Jodha juga penasaran dengan keributan diluar. Sementara itu Syarifudin sedang bersembunyi dibalik pepohonan, dalam hatinya berkata : “Kali ini Jalal harus terjebak dalam rencanaku dan kemudian aku akan mengeksekusi rencanaku ini” bathinnya dalam hati. Sesaat kemudian prajurit Jalal datang menemui Jalal di tendanya, “Yang Mulia, orang yang bertengkar itu sudah dibawa ke tendanya tuan Maan Sigh” ujar prajurit dari arah luar tenda, “Baiklah, aku akan datang” kata Jalal sambil berlalu meninggalkan Jodha ditendanya dan menemui orang orang yang berkelah tadi, ketika Jalal sudah sampai disana, “Kenapa kalian saling berkelahi ?“ tanya Jalal, “Aku akan menceritakan permasalahannya, Yang Mulia” kata salah satu dari mereka, “Aku telah meninggalkan sapiku ke orang ini tapi ketika aku kembali, sapiku hilang, Yang Mulia … ketika aku tanyakan padanya, dia bilang sapiku mati karena sakit” jelas orang tersebut, dari kejauhan Syarifudin bisa melihat anak buahnya yang sudah beraksi, “Anak buahku sudah melancarkan aksinya sekarang, dan mereka telah melibatkan Jalal dalam percakapan mereka, sekarang tinggal aku yang beraksi” ujar Syarifudin sambil mendekati tenda Jodha, sesaat kemudian Syarifudin sudah berhasil masuk kedalam tenda Jodha dengan menyayat tenda Jodha yang dibagian samping, dilihatnya Jodha sedang tertidur ditempat tidurnya, dalah hati Syarifudin berkata : “Setelah beberapa tahun, akhirnya aku bisa melihatmu lagi, dan segera kamu hanya akan jadi milikku, Ratu Jodha” bathin Syarifudin yang tanpa sengaja tiba tiba menjatuhkan bejana besar yang ada disamping tempat tidur Jodha hingga menimbulkan suara kegaduhan yang membangunkan Jodha. Jodhapun bangun dan berteriak “Aaaahhhh !!!” dilihatnya Syarifudin sedang berdiri disana, Jodha langsung bangun dan berlari menghindari Syarifudin, sementara Syarifudin berusaha sekuat tenaga untuk memegang Jodha, sementara itu ditenda Maan Sigh, Jalal mendengar teriakan Jodha, tanpa berfikir panjang Jalal dan Maan Sigh langsung berlari kearah tenda Jodha. Syarifudin yang sempat terjungkal karena didorong oleh Jodha, akhirnya melarikan diri setelah mendengar langkah kaki yang mendekati tenda Jodha, sementara Jodha terlihat sangat geram dengan perlakuan Syarifudin barusan, dan sesampainya Jalal di tenda Jodha, dilihatnya Jodha sedang berdiri dengan nafas yang tersengal sengal, “Yang Mulia, Syarifudin tadi kesini !” kata Jodha, Jalal langsung menyuruh Maan Sigh untuk mengejar Syarifudin.
Maan Sigh mencoba mengikuti jejak yang ditinggalkan oleh Syarifudin, disana ditemui seorang prajurit yang telah tewas, dan tak berapa lama kemudian Maan Sigh langsung bisa menangkap Syarifudin yang ketika itu hendak menggunakan kudanya, Maan Sigh langsung membawa Syarifudin menghadap ke Jalal. “Yang Mulia, penjahatmu sudah ada disini !” ujar Maan Sigh dari arah luar tenda Jalal, Jalal langsung keluar dari tenda diikuti oleh Jodha, dilihatnya Syarifudin yang sedang duduk bersimpuh dilantai, Jalal sangat marah pada Syarifudin, “Maafkan, aku Yang Mulia …” pinta Syarifudin dengan mengiba, “Salut terhadap nyali kamu, Syarifudin … kamu telah berusaha bertindak tidak senonoh pada istriku, kamu menyakiti adikku, dan kamu juga telah mencoba membunuh anakku, sekarang aku yang akan membunuh kamu !” kata Jalal dengan tatapan sadisnya sambil mengeluarkan pedangnya dan hendak ditebaskannya ke kepala Syarifudin tapi Jodha menghentikannya, “Jangan Yang Mulia ! ingatlah … dia ayahnya Mehtab” ujar Jodha, “ Yaaa .. kamu benar, Ratu Jodha… Mehtab dan Bhaksi Bano yang akan menghukumnya !” kata Jalal sambil meyuruh para prajuritnya untuk menahan Syarifudin dan Syarifudin segera ditahan oleh prajurit Jalal.
Sementara itu didalam istana, Bhaksi Bano sedang ngobrol bersama Hamida, ibunya … “Ibu, bagaimana kalau Syarif mencoba membunuh Mehtab lagi ?”tanya Bhaksi, “Sekarang dia sudah ditangkap, dia tidak bisa menyentuhmu lagi dan kamu harus menjatuhkan hukuman padanya, Bhaksi” kata Hamida, “Aku tidak bisa melihat wajahnya, ibuu” ujar Bhaksi, “Kamu harus kuat , nak … kamu adalah istri yang sudah disalahgunakan olehnya, kamu adalah seorang ibu dimana anak perempuanmu disakiti oleh ayah kandungnya sendiri, kakakmu dan ibumu ada bersamamu untuk mendukungmu !” kata Hamida sambil berusaha meyakinkan Bhaksi yang terlihat gelisah setelah mendengar suaminya sudah tertangkap. “Sekarang seorang wanita yang sudah disalahgunakan olehnya harus bisa memberikan hukuman padanya ! lupakan bahwa dia adalah suamimu, dia adalah penjahat yang sudah menyakitimu dan anakmu, Mehtab … sekarang kamu harus memberikan contoh dengan menghukumnya !” tegas Hamida
Keesokan harinya, Syarifudin dihadapkan didepan sidang istana dengan kondidi kedua tangannya diborgol, semuanya hadir disana termasuk Bhaksi Bano. “Orang yang duduk dibawah ini adalah seorang pengkhianat !” kata Jalal dengan nada marah, “Dia telah mengkhianati aku, juga mencoba untuk membunuh anakku ! sebenarnya aku sudah siap hendak membunuhnya akan tetapi Ratu Jodha menghentikanku dan membuat aku mengingat kembali bahwa dia adalah suami adikku yang juga seorang penjahat !” kata Jalal, “Jadi hari ini adikkulah yang akan menghukum orang ini !” kata Jalal, kemudian Jalal memanggil Bhaksi Bano, Bhaksi langsung tegang dan perlahan lahan datang ke depan sidang, “Bhaksi Bano apa hukumanmu buatnya !” tanya Jalal, “Bhaksi, tolong maafkan aku … aku adalah suamimu, aku juga ayahnya Mehtab, aku ingin bertemu dengannya, tolong …. maafkan aku, Bhaksi ” pinta Syarifudin dengan nada memelas, Bhaksi hanya diam saja, dia teringat bagaimana dulu ketika Syarif mencoba membunuh Mehtab, sesaat kemudian “Plaaaakkkkkk !!!” Bhaksi tiba tiba saja menampar wajah Syarifudin, Syarif terkejut. “Anak siapa kamu bilang ? istri yang mana ? bagiku kamu sudah mati sejak dihari kamu menampar wajahku dan buat Mehtab ayahnya juga sudah mati ketika kamu mencoba untuk membunuhnya, kami sudah memaafkan semuanya dari waktu ke waktu tapi kamu tidak pernah berubah, kamu juga telah mengkhianati aku dan ini adalah saat yang tepat bagiku untuk menjadi seorang janda dari pada menjadi seorang istri pengkhianat !!” tegas Bhaksi Bano dengan berlinangan air mata. “Kakak, kamu selalu tepat dalam memberikan keadilan dan sekarang berilah hukuman padanya !” kata Bhaksi sambil menoleh kearah Jalal, “Bhaksi, tolooong maafkan aku ….” pinta Syarif lagi dengan nada memelas sementara itu Bhaksi Bano sudah tidak tahan lagi melihat Syarif, kemudian dia berlalu dari sana. “Aku kenal sekali dengan kamu dan ayahmu, aku ingin sekali membunuhmu tapi keadilan mengatakan mata untuk mata dan darah untuk darah, jadi aku tidak akan membunuhmu, tapi karena kamu telah memberikan banyak penderitaan ke adikku, aku akan memberikan penderitaan itu juga ! yang nantinya kamu sendirilah yang akan meminta kematianmu tapi tidak akan aku berikan !” kata Jalal dengan nada marah, kemudian Jalal memerintahkan prajuritnya untuk menahan Syarifudin dan ayahnya di penjara bawah tanah dimana tidak ada matahari yang bisa besinar disana, sesaat kemudian Syarifudin dibawa dari sana, sementara Bhaksi mendekati Jodha dan memeluk Jodha sambil menangis, Jodha menenangkannya dan melarang Bhaksi untuk menangis, disudut yang lain Rukayah nampak cemburu melihat kedekatan Bhaksi dan Jodha.
Siang itu Jodha mendatangi Salim dikamarnya bersama Moti yang membawa sebuah hadiah untuk Salim, “Salim, ibu membawa sesuatu buat kamu” kata Jodha, “Aku mau pergi !” ujar Salim dengan muka masam, “Luangkan waktumu sebentar saja bersama ibu” kata Jodha sambil menghentikan langkah Salim, “Besok adalah hari ulang tahunmu jadi ibu membawa sebuah hadiah buat kamu” kata Jodha sambil mendudukkan Salim ditempat tidur dan menunjukkan sebuah belati ke Salim, ketika melihat belati itu, Salim sangat menyukainya, Jodha dan Moti nampak bahagia melihat gesture tubuh Salim tersebut tapi sesaat kemudian ketika Salim melihat kearah Jodha, “Aku tidak suka !” kata Salim dengan muka cemberut dan berusaha untuk meninggalkan Jodha, Jodha langsung memegang lengan Salim, “Apa salah ibu, nak ? kenapa kamu tidak mau bicara dengan ibu ? ibu telah berusaha untuk dekat denganmu tapi kamu selalu menjauhi ibu, apakah kamu kira ibu tidak mencintaimu ?” tanya Jodha, “ Iyaaa !!! kamu tidak mencintai aku, jika ibu mencintai aku, ibu tidak akan mengeluh ke ayah tentang aku” kata Salim ketus, “Ibu tidak pernah mengeluh tentang kamu, nak … ibu sangat mencintai kamu lebih dari apapun, ibu merasa hampa tanpa dirimu, bagaimana bisa kamu berfikir bahwa ibu tidak mencintai kamu ?” kata Jodha sambil meneteskan air mata, “Maafkan ibu, nak …. “ pinta Jodha sambil mengatupkan kedua tangannya didada kemudian memeluk Salim erat, Salim yang tadinya diam saja tak bergeming ketika dipeluk Jodha, tiba tiba dia membalas pelukan Jodha dengan erat dan menangis, menyadari anaknya membalas pelukannya, Jodha sangat bahagia sekali, Motipun ikut terharu, kemudian Jodha mencium kening Salim “Ibu sangat mencintaimu” kata Jodha sambil tersenyum, Salimpun membalas senyumannya, “Ibu, bolehkah aku pergi sekarang ?” tanya Salim, Jodha mengangguk bahagia dan Salim berlalu dari sana…. Sinopsis Jodha Akbar episode 394