Sinopsis Jodha Akbar episode 127 by Jonathan bay. Tak bisa mencegah Jalal dan tak tahu harus berbuat apa, Jodha akhirnya menemui Ruq. Pada Ruq Jodha berkata, “mereka telah kehilangan kendali. Mereka melampar batu. Maham anga terluka parah.” Tanpa rasa simpati Ruq bertanya, “lalu kenapa? Dia membayar kejahatan anaknya.” Jodha menyela, “bagaimana kalau kaisar juga terluka? Dia sedang kesal sekarang. Bagaimana kalau terjadi sesuatu? Aku gagal mencegah dia. Hanya kau yang bisa mencegah dia agar tidak keluar.” Ruq berdiri menghadap Jodha dan berkata, “Jalal berusaha menyelamatkan pernikahan kami. Kenapa kau sangat ingin melihat kami berpisah?” Mendengar tuduhan Ruq, dengan tidak enak hati Jodha menjelaskan, “Ratu Ruqaiya, kau sudah salah paham. Kenapa kau tidak mengerti? Situasi bisa jadi di luar kendali.” Dengan tanpa perasaan Ruq berkata, “kalau begitu, kau seharusnya senang. kalau terjadi sesuatu, Jalal akan menceraikan aku. Lalu kau akan menjadi istri kepala. Itu yang kau mau, kan?” Jodha dengan purtus asa berkata, “kenapa kau tidak mengerti? Mreka sangat marah.” Ruq menyahut, “rakyat bisa melakukan apapun yang kita mau. Hanya Jalal yang bisa menenangkan mereka. Untuk membuat mereka tenang, Jalal harus keluar. Rakyat kerajaan Mughal tidak akan berani melukai kaisar mereka.” Mendengar sahutan Ruq, Jodha tak tahu harus bagaimana lagi. Dia sangat bingung.
Dengan menahan marah dan geram, Jalal mengajak maham menemui rakyat yang sedang menunggu di pintu gerbang di iringi Atgah dan para menteri. Jodha dengan tergesa-gesa menghadang Jalal sambil berkata, “Yang Mulia, Maham anga berdarah banyak. Setidaknya obati dia dulu.” Jalal menyahut, “mungkin kau belum tahu, ratu Jodha. Tapi Maham anga ku sangat kuat. Dia sudah banyak menderita demi kerajaan ini.” Tanpa menunggu komentar Jodha, Jalal bergegas menuntun Maham dan melanjutkan langkahnya. Dengan was-was menatap kepergian Jalal, dia berdoa, “Oh Ambe Ma, semoga tidak ada yang terluka lagi.”
Jalal keluar dari pintu gerbang, seluruh prajurit dan menteri segera mengurungnya, seolah tak ingin Jalal keluar dan menemui rakyat. Pada para prajurit itu Jalal berkata, “tunggu disini. Mereka adalah rakyatku, aku tidak takut pada mereka. Ayo badi Ami.” Terdengar suara rakyat yang berteriak-teriak meminta agar Adham di berikan pada mereka untuk di hukum. Ketika akan langsung menuju pintu gerbang Atgah menahan Jalal, “Yang Mulia, aku sudah buat rencana untuk perlindungan tapi sebaiknya kau lewat tangga ini.” Tapi Jalal menolak, dia lebih memilih menggunakan pintu gerbang dan berhadapan langsung dengan rakyatnya.
Yel-yel masih terdengar. Pintu gerbang terbuka. Jalal dengan bergegas keluar sambil menuntun Maham anga. Tanpa basa-basi dia naik keatas podium dan berteriak, “siapa yang telah melempar batu pada Maham Anga? Jawab! Siapa yang membuat Badi ami ku terluka? ~Suasana menjadi hening~ Melempar batu pada perdana menteri adalah kejahatan besar! Kalau berani, Ayo lempari aku batu! Cepat!” Jalal dengan tangan terbuka berteriak menantang rakyatnya. Tapi tidak seorangpun dari mereka yang bergerak. Jalal kembali berteriak lantang, “apa salahnya? Kenapa kalian menghukumnya? Hanya karena dia adalah ibunya Adham Khan? Tapi aku juga menganggap dia sebagai ibuku! Ayo lempari aku batu! Kalau kalian mau menyakiti dia, sakiti saja aku!” Seorang warga yang sudah berumur berkata, “kami tidak akan diam sebelum anda biarkan kami menentukan nasib Adham khan.” Mendengar itu, dengan panik Maham berkata, “kalau mereka mau, mereka bisa hukum aku tapi bukan Adham. ~dengan suara terengah-engah~ kalau itu bisa menenangkan mereka, aku sudah siap menerima hukumannya.” Jalal dengan cepat menyahut, “tidak, Maham anga! Bukan itu solusi dalam masalah ini!” Tiba-tiba terdengar rakyat berteriak lagi, “kami mau Adham Khan! Kami akan putuskan nasib dia! Kami mau adham Khan!…”
Sinopsis Jodha Akbar episode 127. Jalal menatap rakyatnya dengan mata terbelalak lebar, tapi tanpa ekspresi marah, geram atau kesal. Sedangkan Maham, matanya terlihat liar dan penuh ketakutan. Mendengar teriakan rakyat yang takkunjung redah, Atgah khan mengangkat tangannya. Seketika itu juga, hiruk pikuk itu meredah. Atgah berkata, “kalian tahu kalau Yang Mulia selalu memikirkan rakyatnya. Dia selalu adil pada kalian. Percayalah pada dia. Dia tidak akan berlaku tidak adil pada kalian.” Seorang pria yang sudah sangat tua berkata dengan susah payah, “tapi ini tidak adil, Paduka. Aku sudah sangat tua. Karena hukum baru itu, aku harus menceraikan istriku. Bagaimana itu bisa adil, paduka? Aku lebih memilih anda memenggalku daripada aku bercerai di usiaku yang sekarang.” Warga yang lain menimpali, “kalau anda tidak mencabut hukum baru itu, kami akan pergi dari kerajaan ini.” Jalal dengan lantang berteriak, “tapi semua sama di mata hukum. Bahkan aku juga harus mematuhi hukum itu! Itu sebabnya aku akan menceraikan Ratu Ruqaiya. Meski aku sangat mencintai dia, tapi aku akan menceraikan dia! Jadi kalian juga harus mematuhinya!” Seorang warga berteriak, “ubah peraturannya. Jangan ceraikan Ruqaiya.” Rakyat yang lain menimali, “kami selalu menerima semua peraturan yang anda buat. Kami siap menerima peraturan baru. Tapi kau harus izinkan kami menentukan nasib adham! Hanya ini permintaan kami.” Warga yang lain menyahut, “ini semua tanggung jawab Adham. Dengan membunuh dia, kami akan tenang.” Lalu sebagian besar rakyat menyahuti secara serentak, “dia benar! Izinkan kami membunuh Adham! Kami mau Adham!”
Setelah mendengarkan teriakan rakyat beberapa saat, jalal mengangkat tanganya, “aku sudah dengar pemintaan kalian. Yang aku inginkan dari kalian..adalah tetap tenang. Kerusuhan bukanlah solusi dari masalah ini! Aku tidak mau melukai kalian atau siapapun yang tidak bersalah. Berikan aku waktu untuk membicarakan masalah ini dengan anggota dewanku. Aku akan temui kalian setelah itu. Tapi sampai saat itu tiba, ku minta kalian menjaga ketenangan!” Setelah berkata begitu, Jalal sambil menuntun Maham anga beserta Atgah dan para menteri masuk kembali ke istana. Kepergian mereka di ringi yel-yel dari rakyat yang meneriakkan, “Adham khan harus mati! Adham Khan harus mati!”
Adham menyelinap keluar dari istana. Prajurit sudah menyiapkan semua keperluannya. Bahkan dia juga sudah menyiapkan kuda tercepat yang di miliki oleh mereka. Pengawal Adham berkata, “rumah tasneem tidak jauh dari sini, tapi…” Adham bertanya, “tapi kenapa?” Pengawal memberitahu kalau penduduk telah berkumpul di depan gerbang istana, “bagaimana kalau ada yang mengenalimu saat kau pergi?” Dengan geram Adham berteriak lantang, “lalu kenapa? Kau pikir mereka akan lakukan apa padaku? Aku tidak takut siapapun! Aku bisa melawan mereka semua sendirian! Aku tidak takut apapun.” Adham sudah akan menaiki kudanya ketika Maham dari balik jendela benteng berteriak, “Adham Khan!” Adham segera menoleh kearah Maham. Maham berteriak, “berhenti sekarang juga!” Maham dengan cepat menghampiri Adham, “sudah saatnya kau mulai takut pada rakyat. Kalau mereka melihatmu, mereka akan membunuhmu. Apakah perintahku tidak jelas? ~Maham menatap Adham dan Resham bergantian, Resham ketakutan. Maham berkata pada Resham~ Aku sudah bilang untuk tidak biarkan Adham keluar dari istana. bagaimana Adham bisa keluar dari kamar Rahasia? ~Maham menatap marah pada Adham~ kau pikir ini lelucon? Kematian sudah mengincarmu! Dan kau bahayakan dirimu demi mencari Tasneem agar kau bisa bersama dia. Jangan remehkan kemarahan rakyat Adham! Mereka akann membakarmu dan kau takkan di ampuni!” Terdengar gemuruh suara khalayak di luar istana yang menginginkan Adham. Adham mendengarkan suara yang sayup-sayup terdengar itu. Maham dengan marah kembali berkata, “kau dengar suara rakyat itu? Itu sebanding dengan kematian! kau ingin bertemu malaikat kematian? Ikutlah denganku. Akan kutunjukkan padamu!” maham menarik tangan Ahdam agar mengikutinya katas benteng. Dari sana mereka bisa melihat kerumunan rakyat yang memenugi halaman luar istana. Maham menunjuk ke arah kerumunan itu dan berata, “lihat mreka semua yang menginginkan kematianmu.” Rakyat masih berteriak, “Adham Khan harus mati! Adham Khan harus mati!” Maham berkata lagi, “mereka semua kesini untuk menghukummu. Meski tiap orang hanya melemparimu dengan batu kecil, kau tetap akan mati. Kau tidak akan bisa pergi hidup-hidup. Jangan pernah remehkan kekuatan rakyat. Kau mau tetap hidup? kau mau hidupkan? maka dengarkan aku, tetaplah di dalam istana. Biar aku yang lakukan sesuatu. Ikuti saja perintahku. Ikutlah denganku!” Maham kembali menarik tangan Adham. Adham menurut saja.
Sinopsis Jodha Akbar episode 127. Jalal sedang duduk sambil berpikir di kamarnya. Atgah datang menemuinya. Atgah memberi salam, “Yang Mulia, kau ingin bicara denganku?” Jalal menjawab, “benar, Atgah Khan. Aku tidak mau rakyatku kedinginan di luar istana. Kumpulkan semua anggota dewan. Aku ingin segera tuntaskan masalah ini.” Atgah menyahut, “baik, Yang Mulia.” Tanpa membuang waktu lagi, Atgah segera melaksanakan perintah Jalal.
Malam itu juga, sidang khusus untuk Adham khan di gelar. Adham di ajukan ke depan Jalal dan anggota dewan. Jalal dan Adham saling berpandangan denga tajam. Jalal berkata, “aku sudah berpikir keras dan lama mengenai kasusmu, Adham. Aku bahkan membahas ini dengan ratu Ruqaiya dan keputusan dia juga menentukan. Aku akhirnya memutuskan kalau aku akan…biarkan rakyat yang memutuskan nasibmu.” Semua yang hadir menatap Adham dan Jalal bergantian dengan tegang. Maham dengan raut wajah ketakutan berkata, “tidak, Yang Mulia,” Maham berlutut didepan Jalal, “kau tidak bisa lakukan ini. Kumohon ampuni dia.” Jalal dengan tenang menatap Maham dan menyahut, “apa yang kau katakan, Badi ami?” Maham menjawab, “ampuni Adham. Aku mohon padamu. ~jalal menatap Maham, Maham menangis~ Adham adalah anakku. Dia adalah kakak angkatmu. Ampunilah dia.” Melihat ibunya berlutut dan memohon pada Jalal, Adham menjadi gusar. Jalal mencondongkan tubuhnya ke arah maham dan berkata, “sampai sekarang aku selalu maafkan dia karena dia anakmu! Tapi dia menyebabkan kehancuran kehormatan Mughal. Dia telah melakukan banyak kejahatan saat sidang sedang berlangsung. Dia mempertanyakan keputusanku. Dia anggap pernikahanku tidak sah. Dia ingin aku menceraikan Ruqaiya. Dia sudah banyak melakukan kejahatan berat.” Maham sambil menangis berkata, “kau benar. Aku setuju dengan semua perkataanmu. Meski begitu, aku mohon padamu. Aku tidak memintamu untuk membebaskan dia. Kau boleh penggal dia kalau kau mau. Tapi jangan biarkan rakyat yang menentukannya. Mereka akan mencabik-cabik dia. Jangan lakukan ini pada dia. Kumohon ampuni dia, Yang Mulia.” Jalal tanpa emosi berkata, “Maham anga, ini bukan keinginanku. Adham sendiri yang mengundang kematian dia.” Maham menyangkal, “tidak, Yang Mulia. Jangan salah paham! Adham khan tidak mengira semua ini akan terjadi. Dia tidak sadar kalau semuanya akan kacau seperti ini. Dia tidak ingin kau menceraikan Ruqaiya. Percayalah padaku! Aku tahu kalau dia tidak ingin kau bercerai dengan Ruqaiya.” Untuk membuktikan ucapannya, Maham berdiri dan menghampiri adham. Pada Adham maham berkata, “Adham, katakan pada Yang Mulia. Ku mohon katakan padanya kalau kau tidak ingin dia bercerai dengan Ruqaiya.” Adham terlihat enggan mengatakan apa yang disuruh Maham. Jalal menatap Adham dengan tajam. Semua mata tertuju pada Adham menunggunya berbicara. Melihat keengganan Adham, Maham memaksa, “Adham, katakan yang sebenarnya pada Yang Mulia. ~maham menagis didepan Adham~ Kumohon telan egomu dan Katakan padanya. Lakukan ini demi aku, bukan demi dirimu. Aku mohon padamu!”
Tak sanggup melihat Maham menangis dan memohon padanya, akhirnya Adham berkata, “Yang Mulia, percayalah padaku. Aku tidak menginginkan semua ini. Aku tidak pernah ingin kau bercerai dengan Ruqaiya. Aku hanya ingin menikah dengan tasneem. Sebelum aku, ada ribuan orang yang menikahi gadis dibawah umur, tapi hanya aku yang di larang menikahi dia. Itu sebabnya aku merasa harga diriku terluka. Aku selalu setia melayani kerajaan Mughal, tapi apa yang aku dapatkan? Malah hukuman!” Jalal menyahut dengan tajam, “kau mendapatkan yang pantas kau dapatkan, Adham. Kau melawan perintahku. Aku bisa saja memenggalmu waktu itu. Tapi aku tak mau menyelesaikan ini dengan cara itu. Aku ingin ciptakan ketakutan di hati semua orang yang berani menentang keputusanku. Aku ingin tunjukan apa yang terjadi pada orang yang melawanku. Hari ini, aku telah hancurkan harga dirimu. kau sudah menyadari betapa kecilnya dirimu di depan kaisar dan rakyat. Berkat ibumu, aku memaafkan dirimu. Tapi kau akan di hukum. Aku akan biarkan Ruqaiya yang menentukan hukumanmu.” Maham terlihat kaget. Para ratu menatap Ruqaiya dengan rasa ingin tahu. Jalal memanggil Ruq, “Ratu Ruqaiya, kau boleh umumkan hukumanmu untuk Adham.” Ruq menghampiri Jalal dan berdiri di sampingnya. Dia menatap Adham dengan sudut matanya, lalu menyentuh tangan Jalal dan berkata, “kau bukan saja temanku dan suamiku, tapi kau juga rajaku. Jadi aku akan terima keputusan apapun yang kau berikan atas namaku. Karena kau lebih tahu cara melakukan keadilan. Dan berikan hukuman yang pantas dia dapatkan, yang mulia.” Jalal menatap Ruq dan mengangguk. Lalu dengan bahasa isyarat, dia menyuruh Ruq duduk disampingnya. Maham dengan penuh kebencian menatap Ruq dan jalal yang duduk berdampingan. Jalal berkata dengan lantang, “Adham Khan, hukumanmu adalah…aku mencopot jabatanmu sebagai komandan Malwa. Karena kau melakukan penghinaan di sidang, kau dilarang menghadiri sidang. Kau akan di copot dari semua posisi dan jabatan dan akan dianggap sebagai rakyat biasa.” Semua orang terlihat puas mendengar keputusan Jalal, kecuali Maham, Adham dan kroninya. Jalal kemudian memanggil Atgah, Atgah berdiri. Jalal berkata, “ambil segel kenegaraan dan senjata dari Adham Khan. Bawa dia ke penjara samapi aku berikan perintah lebih lanjut.” beberapa orang prajurit kemudian mmendekati Adham dan membawanya pergi. Maham menahan tangan Adham sambil menangis menatap kepergiannya, lalu dengan memasang wajah memelas dan berlinangan airmata, Maham menatap Jalal, memohon. Tapi Jalal dan Ruqaiya tidak bergeming dengan keputusannya.
Sinopsis Jodha Akbar episode 127. Jalal dan Ruqaiya, di iringi Atgah, Maham dan para menteri keluar istana menemui rakyatnya. Rakyat duduk tenang di tanah dengan tertib, begitu melihat Jalal, mereka segera berdiri serentak. Di hadapan rakyat Jalal berkata, “aku tidak ingin rakyatku menunggu di sini, kelaparan dan kedinginan. karena itu aku membuat keputusan…” Rakyat bersorak, “Hidup Yang Mulia! Hidup Yang Mulia!”Jjalal mengangkat tangannya, keriuhan itu seketika terhenti. Jalal menoleh ke arah Atgah dan menyebut namanya. Seperti sudah tahu apa yang harus di lakukannya, Atgah segera membuka gulungan dekrit dan membacanya di hadapan seluruh rakyat Mughal yang ada di situ dengan lantang dan jelas. Isi dekrit itu antara lain adalah: “Berdasarkan perintah kaisar Jalaluddin Muhammad, siapapun yang menikah di usia di bawah 14 tahun, akan di anggaop pernikahan di bawah umur. Dan yang menikah di bawah umur akan di anggap bersalah. Dan dia akan di hukum dengan berat. peraturan ini akan berlaku mulai hari ini dan seterusnya. Tapi hukum ini tidak berlaku pada pernikahan sebelum hari ini. HKarena itu telah di putuskan bahwa Kaisar Jalaluddin Muhammad tidak akan bercerai dengan Ratu Ruqaiya.” Ruqaiya tersenyum mendengarnya. Selesai atgah membaca dekrit itu, Rakyat kembali bersorak, “hidup Kaisar! Hidup Ratu Ruqaiya!”
Salah seorang warga berkata, ‘kami sangat berterima kasih pada yang Mulia. karena telah membuat keputusan yang membela rakyatnya.” Warga yang lain menimpali, “tapi kami ingin tahu, penjahat sesungguhnya apakah telah di hukum atau belum?” Maham tegang. Jalal menjawab, “Adham Khan telah di hukum. Dia bukan lagi komandan pasukan kita dan telah di penjara. Mulai saat ini dia tidak di ijinkan menghadiri sidang dewan dan pertemuan publik. Aku ingin memperjelas kalau hukum baru ini telah berlaku. Demi kesejahteraan rakyat dan masa depan anak-anak mereka. Hukum ini harus di patuhi. ~dengan lantang jalal berteriak~ Kerajaan Mughal…” rakyat melanjutkan, “Panjang umur! Kaisar jalaluddin ..panjang umur!” Jalal dan rombongan kembali masuk ke istana. Rakyat pun membubarkan diri sambil memuji jalal yang selalu membuat keputusan yang tepat dan adil.
Bulan sembunyi di balik awan. Di kamarnya Maham termenung. Resham menghampirinya dan menyapa, “salam, nyonya.” Maham tanpa menoleh berkata, “aku ingin kau melaksanakan perintah resmi segera. Kau bisa melakukannya?” Resham menyahut, “sudah tugasku untuk mengikuti perintahmu. Tapi ada urusan apa sampai aku harus tulis surat dan disahkan oleh kaisar dan anggota dewan? Lalu di salin, baru setelah itu bisa di berikan cap kerajaan. Ini butuh waktu lebih dari 1 hari. Ya, kalau ini perintah kaisar, prosedur ini bisa di percepat. Tapi anda kan sudah tahu prosedur ini, nyonya.” Dengan geram Maham menatap Resham, “kupikir aku tahu. Tapi aku membuat kesalahan.” Resham dengan tatapan tak mengerti bertanya, “aku tidak mengerti. Apa maksudmu yang mulia?” Maham dengan tatapan penuh amarah menjelaskan, “sesaat setelah mengumumkan hukuman untuk Adham, Kaisar mengumumkan pada rakyat yang berada di luar. Aku melihatnya sendiri. Ini hanya bisa di lakukan kalau perintahnya sudah di catat sebelumnya. Semuanya sudah di putuskan sebelumnya. Semuanya sudah di rencanakan dengan baik dan teliti. Dan yang di lakukan Jalal di depanku hanyalah permainan kata. Dia sudah merencanakan semua ini.” Maham merasa dadanya sesak memikirkan penemuannya itu. Resham dengan terkejut mengucap, “Ya Allah! Apa itu artinya..” Maham dengan geram menjawab, “mereka bertiga sudah berkonspirasi terhadapku. Mereka bertiga, Ratu Jodha, ratu Ruqaiya, dan Jalal. Mereka bertiga.” Resham berkata, “apa artinya semua ini adalah bagian dari rencana mereka? Apa Jodha memberitahu rakyat tentang Adham Khan dengan tujuan memprovokasi rakyat? Ini adalah rencana mereka.” Maham menimpali, “tidak di ragukan lagi!” Resham terlihat binggung, “tapi aku tidak mengerti bagaimana ratu Jodha terlibat dengan rencana ini?”
Maham menyahut, “ini karena Jalal sangat pintar. Dia sekuat singa dan selicik Rubah. Wah Jalal, aku terkesan..! Ini adalah tindakan yang pintar. Dia berhasil menipuku. Waah..tapi ada yang tidak aku mengerti. Aku sudah racuni pikiran Ratu Ruqaiya untuk menyalahkan Ratu Jodha. Aku bilang kalau Jodha mengincar posisi dia. Tapi bagaimana mereka bertiga bekerja sama melawanku? Saat itu aku tidak tahu siapa otak di balik rencana ini. Tapi mata-mataku mengatakan kalau jalal sering bicara dengan Jodha di malam hari. Saat itulah semuanya menjadi jelas bagiku. Aku tak percaya kalau Jalal bisa bekerja sama untuk menentangku.” Sinopsis Jodha Akbar episode 128