Sinopsis Jodha Akbar episode 374 by Sally Diandra. Masih didalam ruang sidang, Jalal bertanya pada Nadira : “Nadira, apakah kamu saksi yang melihat Salim menyerang Qadir dengan anak panahnya ? tolong jawab pertanyaan saya” kata Jalal, “Yaa … Yang Mulia, saya memang berada disana, Qadir sedang memetik buah mangga di kebun istana dan saya berdiri dibawah pohon kemudian saya melihat dengan mata kepala saya sendiri Salim mengarahkan anak panahnya kearah Qadir, Qadir jatuh dari pohon, lalu Salim berlari menjauh setelah melihat Qadir terkena anak panahnya” jelas Nadira.
Jalal benar benar murka, amarahnya mulai memuncak dan langsung berteriak kearah Salim : “Sekhu Baba ! kenapa kamu berbohong tadi ke ayah ??? ayah tidak tahu siapa yang berbohong diantara kalian, apakah anak perempuan ini atau kamu !” bentak Jalal, “Sekhu Baba ! katakan sejujurnya !” bentak Jalal lagi,
“Waktu itu … waktu itu … aku hanya mau memanah buah mangga, ayah … aku tidak tahu kalo ternyata anak panahku mengenai Qadir, aku tidak sengaja memanah dia, ayah … maaf kan aku, ayah …” ujar Salim ketakutan sambil menangis . ”Sebuah kesalahan dilakukan secara sengaja atau tidak sengaja itu tidak menjadi masalah tapi kenapa kamu bohong sama ayah, Sekhu Baba !” bentak Jalal, perasaan Jalal benar benar tidak menentu saat itu di satu sisi dia adalah ayah dari pelaku tapi disisi lain dia adalah seorang Raja yang harus bisa memberikan keadilan untuk rakyatnya.
“Nenek, maafkan kami atas semua yang terjadi pada cucumu ini tapi aku berjanji bahwa pelakunya pasti akan aku hukum ! aku akan memberikan keputusannya besok ! Pangeran Salim akan di tahan di dalam istana dan dia hanya boleh didalam kamarnya saja !” kata Jalal kemudian Jalal menyuruh Todar Mal untuk mengawasi Salim, Salimpun mulai menangis, Jalal sangat marah melihat Salim dan langsung mengakhiri sidang pada hari itu.
Dikamar Jodha, “Salim, kemarin ibu bertanya sama kamu, kamu bilang tidak apa apa dan sekarang kamu berbohong dipengadilan, kenapa Salim ???” tanya Jodha. “Aku takut sama ayah, ibuuu …. Aku tidak sengaja memanahnya, sungguh ibuuu …” kata Salim sambil berderaian air mata, “Lalu kenapa kamu lari setelah memanah anak itu, Salim ??? kamu adalah pewaris tahta Kerajaan Mughal, kamu seharusnya faham dengan situasi yang parah seperti itu” ujar Jodha,
“Yang Mulia bukan hanya ayah kamu saja, Salim, dia mempunyai tanggung jawab terhadap rakyatnya …. Ibu tidak tahu apa yang akan Yang Mulia putuskan besok” ujar Jodha lagi, Salim semakin menangis meratapi nasibnya “Ibuuu …. Mintalah pada ayah untuk tidak menghukumku ibuuu” rengek Salim, Jodha merasa iba dengan anaknya, segera dipeluknya Salim erat erat.
Malam itu nenek Qadir hanya bisa menangis meratapi nasibnya, untungnya para tetangga datang memberikan dukungan untuk sang nenek, saat itu mereka sedang mengobrol di depan teras gubuk nenek Qadir, tak berapa lama kemudian Jalal dan Todar Mal datang kesana dalam penyamaran, Jalal mendengar semua keluhan si nenek, “Aku tidak tahu lagi bagaimana keadaaan Qadir, apakah dia akan sembuh atau tidak, dialah yang membantuku selama ini, kalo dia tidak bisa bekerja bagaimana keadaan kami ??? ujar nenek pada para tetangganya, Jalal yang mendengarkan semua itu merasa iba dengan penderitaan yang dialami oleh nenek dan cucunya itu, tapi dilain pihak hatinya juga merasa gamang karena dia harus menentukan keputusan yang tepat untuk anak yang sangat dicintainya.
Dirumah Zil Bahar, Zil Bahar menegur Nadira karena telah menceritakan kenyataan sebenarnya di pengadilan tadi, “Salim adalah pewaris tahta kerajaan, Nadira … tapi kenapa kamu selalu membenci dia ???” tegur Zil Bahar, “Sudahlah Zil Bahar, jangan khawatir semuanya akan baik baik saja” ujar Rashid, “Kita sebaiknya meninggalkan tempat ini” kata Zil Bahar lagi sambil mengambil semua pakaian mereka dan mengemasnya satu per satu “Jika kita ingin tetap hidup, kita harus pergi … anakmu telah membuat seluruh keluarga Kerajaan melawan kita dan mulai sekarang kita tidak akan aman” ujar Zil Bahar lagi sambil terus mengemas pakaian pakaian dari dalam lemari,
tiba tiba gelang kaki Nadira jatuh ke lantai terbawa oleh pakaian pakaian yang diambil oleh Zil Bahar, Nadira langsung mengambil gelang kakinya, “Aku tidak mau meninggalkan tempat ini, buuu …” kata Nadira, “Aku hanya mengatakan apa yang benar dan aku tidak melakukan kesalahan apapun” kata Nadira lagi sambil memegang gelang kakinya, “Yaaa … tapi karena kamu, Ratu Rukayah telah memecat ayahmu, mungkin bisa jadi dia akan melenyapkan kita dari muka bumi ini, Nadira” ujar Zil Bahar,
“Semua yang terjadi ini karena takdir Yang Maha Kuasa, jika Yang Mulia ingin membalas dendam pada kita maka dia tidak bisa melakukannya, dan jika kita lari dari sini maka kebenaran yang diungkapkan Nadira bisa dianggap sebagai kebohongan, jangan khawatir, buuu” bujuk Rashid. Sesaat Zil Bahar kembali teringat akan ramalan Shagnui Bai ketika dia mengandung Nadira “Saatmu tinggal didalam gubuk ini akan segera berakhir dan kamu akan masuk ke dalam istana” begitu ramalan Shagnui Bai.
Malam itu seperti biasa apabila Jalal sedang dirundung masalah, Jalal suka sekali menyendiri di halaman istana dimana terdapat timbangan besar disana, Jalal gelisah …. hatinya gundah gulana, sebagai ayah rasanya tidak sampai hati untuk menjatuhkan hukuman untuk Salim anaknya tercinta tapi sebagai Raja, Jalal harus bisa berlaku adil dan bijaksana untuk semua rakyatnya. Jalal kembali teringat akan nenek tua yang datang padanya meminta keadilan tapi terbayang pula wajah Salim yang penuh dengan ketakutan, Jalal berfikir keras didepan timbangan besar tersebut,
dari arah belakang Jodha datang menemui Jalal dan langsung menyentuh pundaknya, “Aku tahu … kamu pasti akan berada disini,Yang Mulia”, ujar Jodha … Jalal nampak sekilas menoleh begitu tahu bahunya disentuh, “Aku tahu kamu pasti sedang memikirkan hukuman apa yang akan kamu berikan untuk Salim, disatu sisi kamu adalah ayahnya tapi disisi lain kamu adalah seorang Raja yang harus bisa menegakkan keadilan, seorang Raja memang merupakan jabatan yang sangat besar dan dia juga mempunyai permasalahan yang besar” ujar Jodha lagi,
Jalal hanya diam mendengarkan apa yang sedang diutarakan Jodha. “Besok, kamu harus memberikan keadilan untuk rakyatmu, apapun keputusanmu … tapi ingatlah … Salim melakukan kesalahan ini tidak sengaja, Yang Mulia” ujar Jodha. Begitu mendengar kata kata Jodha, Jalal langsung berbalik arah menghadap ke Jodha,
“Ratu Jodha, saat ini aku sedang memikirkan bagaimana memberikan keadilan untuk rakyatku dan kamu datang kesini dengan kata katamu tentang anakmu yang tidak bersalah itu ???” kata Jalal lantang, “Jangan lupa Ratu Jodha ! kamu adalah Marium Uz Zamani bukan hanya ibunya Salim, semua anak di negara ini adalah anak anakmu juga !” bentak Jalal dengan nada marah, Jodha hanya bisa diam memandangi suaminya yang saat ini sedang sangat tertekan atas kasus Salim, sehingga semua kekesalannya ditumpahkannya malam itu,
“Aku tahu, Ratu Jodha … tanggung jawabku sebagai seorang Raja dan jika aku mencoba untuk mengubah pikiranku tentang keadilan dan kemudian meninggalkan semua ini, aku ingin Marium Uz Zamani mendukungku, tidak hanya sebagai ibunya Salim” kata Jalal lagi, “Salim tidak akan menjadi anak yang tidak bersalah jika dia menerima perbuatannya didepanku, Ratu Jodha … tapi dia telah berbohong padaku, itu adalah suatu kejahatan ! aku ingin Salim mengerti bagaimana tanggung jawab seorang Raja, oleh sebab itu aku berbuat demikian, Ratu Jodha” ujar Jalal,
“Maafkan aku, Yang Mulia …. Aku hanya ingin mengatakan bahwa Salim bukanlah seorang anak yang dengan sengaja melukai anak yang lain, dia bahkan juga bisa merasakan kesakitan ketika dia menolong seekor merpati tempo hari dan jika kamu masih berfikir bahwa Salim adalah seorang penjahat, berilah hukuman padanya, sebagai seorang Raja, kamu memang harus menghukumnya” kata Jodha
tepat pada saat itu Salim sedang berada dibelakang mereka dan mendengarkan ucapan Jodha, dalam hatinya berkata : “Apaaa ???? ibu juga akan memberikan hukuman juga buatku ???” bathin Salim lalu dia berlari menjauh dari Jodha dan Jalal tanpa sepengetahuan mereka berdua, sementara itu kata kata Jodha tadi sempat membuat Jalal terharu,
“Salim baru berusia 9 tahun, Yang Mulia … dan dia memang telah melakukan kesalahan, seorang pewaris tahta Kerajaan yang bisa menghentikanmu menghukum para pengkhianat, jangan tekan dia dengan keputusanmu, Yang Mulia” kata Jodha sambil berlalu meninggalkan Jalal, Jalal langsung menoleh memperhatikan Jodha yang telah menjauh darinya, Jalal benar benar berada di dilemma yang cukup besar.
Di kamar Rukayah, Rukayah sedang berbicara pada dirinya sendiri, kemarin Ratu Jodha telah berpihak pada Rashid dan keluarganya dan sekarang dia tahu sendiri bahwa akulah yang benar” ujarnya dengan senyum sinisnya. Tiba tiba saja Salim datang sambil berlari tergopoh gopoh dan langsung memeluk Rukayah. “Bariammi … tolong akuuuu, ibu dan ayah akan memberikan hukuman buatku, apakah kamu juga akan menghukumku ???” kata Salim sambil menangis sesenggukkan, “Tidak ! tentu tidak Salim, kamu adalah hidupku, kamu adalah pewaris tahta Kerajaan dan tidak ada seorangpun yang bisa menghukummu” ujar Rukayah,
“Lalu mengapa ibu tidak bisa menghentikan ayah ? ayah selalu mendengarkan semua yang ibu katakana, aku takuuuttt Bariammi … aku tidak sengaja melakukan itu, tolonglah aku, ibuu Rukayah …. Apakah ayah akan menghancurkan kepalaku dibawah kaki gajah ???” rengek Salim sambil terus menangis, Rukayah mencoba untuk menghiburnya
“Sudah … sudah Salim, tenang tenang … jangan menangis lagi … ibu ada disini untukmu, tidak akan terjadi apa apa, ibumu mungkin tidak bisa berbuat banyak tapi aku … aku adalah ibumu yang terbaik dan aku tidak akan membiarkanmu dihukum, kamu aman bersama ibu, Salim” kata Rukayah sambil memeluk Salim kembali, dalam hatinya Rukayah berbicara : “Ini akan menjadi kemenangan pertamaku dari Jodha, dia akan tahu bagaimana sakitnya ketika dia merenggut anakku, aku akan membuat Salim menjadi anakku dan Jodha hanya sebagai Mariam Uz Zamani.
Di desa, semua orang membicarakan tentang Jalal yang akan segera memberikan keputusan untuk Salim atau tidak, mereka semua merasa penasaran akankah Jalal bisa memberikan keadilan untuk anaknya sendiri yang telah berbuat kesalahan.
Dipengadilan Kerajaan Mughal, semua orang dari berbagai penjuru datang ke ruang siding, mereka ingin melihat kasus ini dari dekat dan tak lama kemudian Jalal memasuki ruang siding, begitu pula Salim dan semua anggota keluarga Kerajaan termasuk ibu Ratu Hamida. Saat itu Salim mencari cari Rukayah, dalam hatinya bertanya tanya “Dimana ibu Rukayah ??? dia bilang dia akan menyelamatkanku di sidang ini” bathin Salim sambil terus merasa ketakutan dan gemetaran apalagi begitu melihat Jalal.
“Kesultanan Mughal terkenal dengan keadilannya, aku telah melakukan keadilan dengan duduk diatas singgasana selama ini dan aku akan memberikan keadilan pada hari ini juga” kata Jalal lantang, “Dan keputusanku adalah …. “ belum kelar Jalal menyelesaikan perkataannya seseorang tiba tiba saja memanah kearah nya, semua yang hadir disana terkejut , “Siapa yang melakukan itu ???”bentak Jalal, “Aku !!!” teriak Rukayah dari luar, “Apa apaan ini ! prajurit tangkap Ratu Rukayah !” perintah Jalal,
“Ratu Rukayah kenapa kamu memanah kearah Yang Mulia ??” tanya ibu Ratu Hamida, “Maafkan saya ibu, target saya sebenarnya bukan Yang Mulia tapi pemegang api yang berada dibelakangnya, jika tadi Yang Mulia tidak mengelak kemudian dia terluka oleh anak panah saya, itu kan bukan kesalahan saya” ujar Rukayah, “Kamu telah melakukan tindakan kejahatan karena kamu menggunakan senjata di ruang sidang, Ratu Rukayah!” bentak Jalal
“Kamu harus dipenjara atas perbuatanmu ini !”bentak Jalal lagi,semua yang hadir disana kembali terkejut dengan ucapan Jalal, “Yang Mulia, Ratu Rukayah hanya ingin memperlihatkan padamu apa yang terjadi pada Salim, Ratu Rukayah bisa melihat kamu tapi Salim saat itu tidak melihat Qadir ada diatas pohon itu, Yang Mulia” bela Jodha, “Ini ruangan persidangan Ratu Jodha ! dan tidak ada seorangpun yang boleh menggunakan senjatanya disini ! tangkap Ratu Rukayah !” para prajurit langsung menahan Rukayah…. Sinopsis Jodha Akbar episode 375