Sinopsis Jodha Akbar episode 184 by Meysha Lestari. Jodha dan Moti sedang dalam perjalanan untuk memenuhi panggilan Jalal. Moti berkata, “yang terjadi memang tidak benar, Jodha. Tapi kau seharusnya tidak ikut campur dalam urusan Ruq, apalagi sebagai Ratu.” Jodha menyahut, “aku tahu, tapi aku harus. Sebagai Rajvanshi aku tidak bisa mentolerir hal ini…” Moti berkata kalau dia mengerti maksud Jodha, tapi Moti takut pada konsekuensinya.
Dari arah lain, Hamida, salima dan Gulbadan juga sedang dalam perjalanan memenuhi panggilan Jalal. Hamida berkata kalau dia khawatir dengan kelakukan Ruq, tak seharusnya dia bersikap begitu. Salima menyahut, “aku juga tidak tahu kenapa Ruq bertindak berlebihan seperti itu. Bukankah itu hanya masalah biasa.”
Dari arah lain lagi, Ruqaiya juga sedang memenuhi panggilan jalal. Dengan kesal Ruq berkata, “bagaimana bisa Ratu Jodha ikut campur dalam masalah ini sampai aku harus di panggil Jalal. Tapi Jalal pasti mendukung diriku. Aku yakin Jalal pasti akan setuju denganku. Dan ratu Jodha akan malu. Karena Jalal tidak pernah ikut campur dalam masalah harem. Ratu Jodha menjadikannya masalah khusus.” #sinopsisjodhaakbar.blogspot.com
Sidang khusus bagi para wanita harem sedang berlangsung. Semua ratu dan wanita penting telah hadir. Tinggal menunggu Jalal. Terdengar pengumuman kalau Jalal datang, semua yang hadir berdiri dan memberi salam. Jalal sepertinya tidak tertarik mengurusi urusan harem, dan itu terlihat jelas di wajahnya. Jalal duduk di tahtanya dan berkata, “aku tidak biasanya ikut campur dalam urusan harem. Tapi kali ini aku akan buat pengecualian. Sekarang aku ingin mendengar dengan jelas sebenarnya ada masalah apa di sini? Bawa semuanya kehadapanku.” Lalu ketiga orang yang bermasalah di hadirkan di depan Jalal, mereka adalah Ruksana, Aziza dan Mazhar. Ketiganya segera memberi salam pada Jalal. Maham menyuruh mereka bertiga memberitahu nama mereka. Ruksana memberi tahukan namanya dan masalah yang sedang dia hadapi, yaitu masalah pernikahan. Mazhar dan aziza juga memperkenalkan dirinya. Jalal berkata kalau dirinya mendengar masalah mereka adalah tentang pernikahan, yaitu dengan siapa Mazhar akan menikah, yang satu teman kecil yang di jodohkan dan yang lainnya karena cinta. Mazhar memberi tahu Jalal kalau dirinya telah dijodohkan dengan Ruksana sejak kecil tapi dirinya kemudian mencitai Aziza, karena itulah masalah ini muncul. Ruksana berkata kalau perjodohan mereka sudah di tentukan sejak kecil dan tidak tahu kalau Mazhar mencintai aziza. Aziza mengatakan kalau dia tidak tahu tentang perjodohan Mazhar dengan Ruksana, tapi dirinya sangat mencintai Mazhar. Ruq berkata, “tapi yang mulia, apapun yang terjadi mazhar dan Ruksana harus menikah, kalau tidak itu sama saja dengan durhaka pada orang tua.” Jodha juga berkata, “tapi yang mulia, cinta itu juga penting. Mana bisa pernikahan bahagia tanpa cinta?” Jalal benar-benar di buat bingung oleh kedua istrinya. Jodha melanjutkan, “aziza dan Mazhar saling mencintai, tapi berbeda dengan cintanya pada Ruksana.” Setelah diam beberapa saat, jalal berkata, “masalah ini sebenarnya sangat sederhana. Hanya masalah pilihan. Satu karena di jodohkan, satu lagi karena cinta. Tapi menurut hukum islam, nikah baru bisa di lakukan kalau mempelai pria dan wanita setuju. Oleh karena itu aku akan memberi mazhar waktu satu bulan untuk memutuskan dengan siapa dia akan menikah.” Jalal berkata pada Mazhar kalau semuanya tergantung pada dirinya, dengan siapa dia mau menikah. Jalal menunggu lagi, kalau-kalau ada yang menginterupsi keputusannya. Jalal melirik Ruq dan Jodha, lalu berkata, “aku pikir menikah dengan teman kecil itu indah, tapi menikah dengan orang yang dicintai bisa membawa kebahagiaan.”
Sinopsis Jodha Akbar episode 184. Salal satu ratu berkata, “yang mulia, ini sebenarnya masalah sepeleh. Kalau Ratu Ruqaiya tidak ikut campur sudah pasti masalah ini tidak akan menjadi besar seperti ini.” Semua yang hadir tercengang dengan keberanian ratu itu mengungkapkan pendapatnya. Akhirnya keluar semua komplainan tentang Ruqaiya yang di simpan oleh para ratu dan pelayan selama ini. Satu persatu mereka menuding Ruq dan mengungkapkan kesalahannya di depan Jalal. Ada ratu yang mengatakan kalau Ruqaiya sering menggunakan pelayan ratu lain sebagai pelayannya. Maham pun angkat bicara, “maafkan aku yang mulia. Aku yang tinggal di harem setuju dengan pendapat para ratu tentang Ratu Ruqaiya. Dia memang sering melakukan hal itu. Dia seringkali menyalah gunakan kekuasaannya. Jalal menatap Ruqaiya, tapi yang ditatap seperti tidak merasa kalau dirinya yang di bicarakan orang. Hamida berkata, “permasalahan ini pasti sangat sulit. Mungkin yang di katakan perdana menteri benar, tapi mereka tidak punya bukti untuk menentang Ruqaiya. Di dalam Harem seharusnya tidak ada lagi penyalahgunaan kekuasaan.” Ratu lain pun mengajukan komplain kalau Ruqaiya seringkali menyusahkan mereka dan memperlakukan ratu seperti pelayannya. Mendengar itu, Jalal berkata, “apakah menurut kalian aku telah salah memberikan kekuasaan pada Ratu Ruqaiya?” Tak ada seorangpun yang berani menyahut. Ruq berkata, “itu benar! Kalian semua telah menganggap kaisar salah membuat keputusan.” Jalal menimpali, “kalau memang dia tidak cocok, maka menurut kalian siapa yang bisa menggantikan dirinya?” Tidak ada yang menyahut lagi. Jalal menawarkan jabatan itu pada Ratu Ruksar, tapi ruksar menolak. lalu menawarkan pada ratu lain, ratu itu juga menolak. Lalu Jalal dengan tegas bertanya, “apakah ada ratu yang bisa mengatur harem ini selain Ruqaiya?” Tidak ada yang menyahut, Jalal melanjutkan, “kalian lihat, itulah kenapa aku membuat keputusan itu.” Ruq tersenyum penuh kemenangan, sedangkan Ratu yang lain hanya bisa menundukan kepala. Jalal meminta semua yang hadir mengatakan padanya siapakah Ratu yang cocok untuk memimpin Harem dan menggantikan Ratu Ruqaiya. Salah seorang ratu mengusulkan Jodha. Jalal menatap Jodha yang telihat kaget mendengar usul itu. Aziza juga mendukung usulan ratu itu, karena menurut aziza Jodha sangat bijaksana. Jodha dengan cepat menjawab, ‘tidak! Aku tidak pantas. Dan tidak cocock untuk mengatur harem ini. Terlebih lagi aku adalah ratu baru di harem ini.” Ruq tersenyum dan berkata, “yang mulia, aku pikir ratu Jodha akan sanggup untuk menggantikan aku. Mungkin dialah yang cocok menggantikan aku.” Semua orang heran mendengar usul Ruqaiya yang tiba-tiba mendukung Jodha. Jodha tetap menolak usul itu. Jalal akhirnya berkata, “masalah ini akan di putuskan besok pagi, dan aku ingin kalian semua sudah memutuskan apakah ada yang lebih pantas untuk menggantikan posisi ratu Ruqaiya.” Setelah berkata begitu, Jalal segera meninggakan ruang sidang para wanita di iringi senyuman Ruq dan wajah cemas Jodha.
Para wanita mendiskusikan kesempatan yang diberikan Jalal pada mereka untuk memilih pengganti Ruqaiya. Hamida bersama Salima, Gul badan dan Jiji anga juga sedang membicarakannya. Hamida berkata, “aku pikir inilah kesempatan terbaik untuk menggantikan Ruqaiya. Ruqaiya selalu mengambil keputusan secara tergesa-gesa dan tidak berpikir panjang dahulu. Aku pikir ratu Jodha yang paling pantas menggantikannya.” Jiji anga setuju dengan pendapat Hamida, “ratu jodha mungkin masih belum berpengalaman di harem ini. Tapi semua orang tahu kalau dia paling bijaksana dalam memutuskan sesuatu di banding ratu Ruqaiya. Ratu Jodha memang pilihan terbaik.” Gulbadan juga setuju, “dia selalu memutuskan hal yang terbaik untuk semua orang, tidak pernah untuk dirinya sendiri.” Salima juga mendukung dengan mengatakan kalau dirinya tidak pernah menemukan orang sebaik Jodha, “aku pikir inilah saatnya untuk kita merasakan rumah yang terbaik untuk kepentingan kita bersama, ami jaan. Harem sudah lama merindukan hal seperti itu. Inilah saatnya untuk menurunkan Ratu Ruqaiya dari kekuasaanya. Dia selalu membuat tempat ini menjadi tempat permusuhan, berbeda dengan Ratu Jodha yang selalu berusaha berdamai dengan semua orang di harem.” Hamida senang mendengarnya, “subhanallah, aku pikir memang ratu Jodha yang paling pantas, Ratu salima.” Pelayan yang sedari tadi berdiri di belakang para ratu ternyata mata-mata ratu Ruqaiya. Dia berniat akan melaporkan apa yang di dengarnya itu.
Jalal sedang duduk di teras istana dengan seorang pelayan yang sedang memijat kepalanya. Jodha datang dan memberi salam. Jalal terlihat senang melihat Jodha, dan menyuruhnya mendekat sambil berkata, “masalah yang ada di harem selalu saja membuat kepalaku pusing. Duduklah!” Jodha menyahut, “tidak, tidak apa-apa.” Jalal kemudian menyuruh pelayan pergi. Setelah pelayan pergi, Jalal melirik Jodha dengan tatapan menggoda. Jodha kemudian duduk di sofa di depan Jalal. Jalal tersenyum dan berkata, “kau aneh sekali, Ratu Jodha. Mengatakan apa, melakukan apa.” Jodha menatap Jalal dengan pura-pura sengit, “apa katamu tadi?” Jalal menyahut, “ya, kamu tahu betul aku tidak pernah mengerti wanita. Mereka selalu mengatakan apa tapi melakukan apa.” Jodha tersenyum dan berkata, “aku ingin mengucapkan terima kasih karena telah memberi keputusan yang adil dengan menyuruh mazhar memilih dengan siapa dia akan menikah.” Jalal berkata itu semua juga berkat Jodha. Jodha agak tersipu mendengarnya. Lalu dengan ragu-ragu dia bertanya, “yang mulia, apakah kamu sungguh ingin mengganti posisinya?” jalal mengeluh kalau sebenarnya urusan itulah yang membuat kepalanya sangat sakit, “setiap kali aku memikirkan hal itu, kepalaku selalu terasa sakit. Maukah kau memijatnya?” Jodha protes, “tapi bukankah tadi kepalamu sudah di pijat oleh pelayan?” Sambil pura-pura merasakan sakit pada kepalanya, jalal berkata, “tapi sekarang karena kamu mengungkit soal itu, rasa sakitnya kambuh lagi. Dan lagi, tangan pelayan tidak akan sama efeknya di bandingkan kelembutan tanganmu. Ya ampun, Ratu Jodha, kepalaku rasanya seperti mau pecah sekarang.” Untuk mendukung kata-katanya, jalal memijat-mijat kening dan pangkal hidungnya. Jodha tahu kalau Jalal pura-pura, dia terlihat sedikit bingung harus melakukan apa, tapi kemudian dengan sedikit malu, Jodha beranjak duduk di dekat jalal, mengambil minyak dan memijat kepala jalal. Melihat tipu dayanya berhasil, Jalal tersenyum nakal.
Sinopsis Jodha Akbar episode 184. Sambil memijat jodha berkata, “kau selalu bisa memecahkan semua masalah. Masalah apa yang membuatmu sampai seperti ini?” jalal menjawab, “masalah kepala.” Jodha heran, “kepala? Kepala apa?” Jalal mengatakan kalau seseorang harus menjadi kepala para ratu di harem, “tapi sebenarnya aku sangat senang dengan keputusanmu untuk menolaknya, ratu Jodha. Itulah yang membuatmu berbeda. Dan aku mulai berpikir, ratu Jodha. Jika saja semua orang bisa sedikit saja seperti mu, mungkin harem akan sedamai surga. Dan kepalaku ini tidak perlu sakit lagi. Dan menurutku kau memang cocok untuk itu. Percayalah padaku, ratu Jodha. Begitu kau menjadi kepala ratu semua akan berubah. Dan ratu Ruqaiya tidak akan berani macam-macam lagi dengamu, iyakan?” Jodha dengan tatapan kesal menyahut, “menurutku tidak seperti itu. AKu tidak punya pengalaman di harem. Dan aku juga tidak sehebat itu. lagipula selama ini Ratu Ruqaiya yang selalu mengatur harem.” Dengan cepat jalal menyela, “itulah masalahnya, Ratu Jodha. Karena Ratu Ruqaiyalah maka harem jadi seperi ini. Percayalah, ratu Jodha kau pasti bisa mengubah harem. Karena ratu jodha kita ini tidak ada duanya. Jadi menurutmu, apakah harem yang sekarang ini adalah rumah yang baik?” Jodha tidak menjawab, tapi dia bergegas berdiri dan pamitan. Jalal menahannya, “eit..jangan pergi dulu, Ratu Jodha. Kepalaku masih sedikit pusing.” Jodha menyahut, “aku pikir justru kau sedang berupaya menyalurkan pusing mu padaku. Karena itu, sebaiknya aku pergi saja. Permisi. Selamat malam.” Mendengar tuduhan Jodha, jalal mencoaba menahan senyumnya dan membalas ucapan selamat malam Jodha. Sepeninggal Jodha Jalal terlihat bepikir dan berkata, “keadaan harem akan berubah oleh mu. Aku yakin kau bisa, ratu Jodha.”
Ruq menemui Salima dengan emosi dan berkata, “aku ingin kau menjawab secara jujur!” Salima dengan heran balik bertanya, “ratu Ruqaiya, kamu ingin menanyakan apa? Ada masalah apa?” Ruq menanyakan keputusan Salima untuk besok, “kenapa kamu bisa mengkhianati aku seperti itu? Apakah kurang? Apakah kurang perlakukanku terhadapmu di harem ini? Semua keinginanmu selalu aku bantu untuk di kabulkan. Aku selalu menghormati kalian yang lebih tua. Kenapa kau bisa melakukan itu? Apakah aku kurang baik pada kalian?” Salima menjawab, “aku sudah pernah bilang padamu soal ini, ratu Ruqaiya. Bahwa hal semacam ini bisa saja terjadi.” Dengan kecewa ruq tertawa, “benar. Benar kau telah mengatakan itu. Aku tidak pernah menyangka kau telah lama merencanakan ini! Rupanya kau yang telah membuat mereka semua berkomplot menentang aku! Hah? Katakan padaku! Katakan padaku apa saja yang telah kau rencanakan itu! Apakah ratu Jodha telah melakukan kesepakatan denganmu? Tidak! Ruqaiya tidak akan membiarkan hal ini terjadi. Tidak Jodha, tidak juga Salima!” Melihat Ruq meledak-ledak seperti itu, Salima berkata, “Kau seharusnya menjaga batas-batas kesopananmu, karena diriku lebih tua. Dengan menyebut Ratu Salima dengan hanya Salima, kau telah melanggar batas kesopanan.” Ruq tidak terima tingkat kesopananya di pertanyakan. Dia meminta salima merubah keputusannya, kalau tidak dia akan melihat akibatnya. Salima berkata, itu adalah salah satu sifat buruk Ruq yang di benci semua orang, “aku bukan tidak pernah memperingatimu. Aku sudah pernah bilang kalau semua ratu tidak menyukaimu. Kau selalu saja mengancam ataupun menghukum mereka yang menentang dirimu.” Ruq berkata, “oh itu pantas…” Salima menyela, “itu tidak pantas, Ratu Ruqaiya. Aku juga sudah muak dengan dirimu yang tidak pernah berubah. Sementara ratu Jodha sangat berbeda dan bijaksana dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu aku lebih memilih dia daripada kamu. Ini sudah malam, ratu Ruqaiya, sepertinya tidak ada lagi yang bisa di bicarakan. Jadi aku minta kamu pergi dari sini. Dan selamat beristirahat.” Ruq masih belum terima, dia berkata, “kalau kau pikir aku akan membiarkan Ratu Jodha terpilih, itu salah! Karena aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi.” Salima dengan tenang berkata, “ya. memang kau bisa melakukan itu, tapi kamu harus ingat bahwa ada kaisar yang bisa memutuskan hal yang berbeda darimu. Biar aku jelaskan padamu sekali lagi untuk terakhir kalinya. Tidak ada yang lebih tinggi daripada keputusan kaisar. Ratu Ruqaiya, kau sendiri menyadarinya bahwa apapun pilihannya, kau hanya bisa menghormati dan mengikuti keputusan yang mulia, begitu pula kami. Sampai suatu saat kami merasa tidak kuat dengan perilakumu yang tidak adil itu. Batas kesabaran orang ada batasannya. Dan ketika kesabaran itu sudah habis, maka inilah yang terjadi. Sekarang kau hanya perlu menerima keputusan besok. Apapun keputusannya, aku akan menghormatinya. Hari sudah sangat larut sekarang, ratu Ruqaiya. Maafkan aku, Selamat malam.” Merasa malu karena di usir, Ruqaiya segera bergegas pergi. #sinopsisjodhaakbar.blogspot.com
Sinopsis Jodha Akbar episode 184. Ruq dengan gelisah meondar mandir di kamarnya. Jalal datang langsung meraih pundak Ruq dan memutar tubuh Ruq menghadap padanya. Ruq terlihat puas melihat kedatangan jalal. Dengan judes Ruq bertanya apakah Jalal tahu kenapa dia memanggilnya? dan Kenapa Jalal baru datang sekarang? Jalal balik bertanya, “baru databg sekarang? Ruqaiya aku minta kau jangan lampiaskan marahmu padaku. Jika para ratu memilih ratu Jodha untuk menggantikan dirimu.” Ruq mengatakan kalau ratu Jodha tidak memiliki kemampuan itu, “apa kau tidak dengar apa yang di katakannya tadi? Dia itu tidak berpengalaman.” Jalal dengan tenang berkata, “benarkah? Tapi kita semua tahu kalau Ratu Jodha itu suka mengalah.” Ruq memberitahu jalal ratu salima juga menentang dirinya, hamida juga, “mereka semua akan memilih ratu Jodha untuk menggantikan aku.” jalal meminta Ruq agar tidak berpikir seperti itu. Karena kalau Jodha menggantikan dirinya, itu adalah karena pilihan semua orang di harem. Ruq setuju, tapi dia mengancam semua orang akan merasakan akibatnya jika menentang dirinya. Jalal dengan nada memanas-manasi berkata kalau Ruq telah menganggap remeh seseorang, “dari semua ratu yang ada di harem, kau seharusnya waspada dengan yang satu ini. Dia itu sangat pintar dan juga sangat bijaksana sekali, ratu Ruqaiya.” Ruq penasaran dan bertanya siapa orang itu? jalal menjawab kalau dia sudah mengatakan siapa orang itu, hanya Ruq saja yang terlalu menganggap remeh dirinya, “karena keputusanku, kau telah menganggap remeh semua ratu yang ada di Harem ini. Sedangkan Ratu Jodha, tidak pernah berbuat salah, tidak pernah bermusuhan, tidak pernah memaksa, dan sangat pintar. Apakah kamu baru sadar sekarang? Kamu tahu sendiri aku juga kagum dengan ratu Jodha yang begitu hebat.” Ruq tidak terima mendengar pujian Jalal pada Jodha, “baiklah kalau begitu. Lihatlah tanganku! Lihatlah tanganku ini, Jalal. ~Ruq menunjukan tanganya di hadapan Jalal, jalal segera menggenggam tangan itu.~ Karena yang berkuasa di harem adalah aku. Aku tidak akan membiarkan siapapun menentang diriku dan merebut kekuasaanku di harem.” Jalal tersenyum, “rupanya kamu masih belum mengerti maksudku, ratu Ruqaiya. Ada satu kesalahan di dirimu. Kamu menganggap karena kita teman dari kecil aku akan selalu mendukungmu. kamu juga tahu, bahwa aku selalu memutuskan hal dengan adil. Jika memang semua ratu telah memutuskan untuk menurunkanmu dari posisimu itu, maka ratu Jodha akan menggantikanmu dalam sekejap mata. ~jalal menjentikan jarinya berkali-kalai di depan wajah Ruq~ Aku pemisi dulu.” Tanpa menunggu sahutan Ruq, jalal bergegas meninggalkannya. Ruq ingin memanggil Jalal tapi tidak jadi. Dia hanya bisa berdiri mematung memikirkan ucapan Jalal…Sinopsis Jodha Akbar episode 185