Deja Vu bag 37 by Sally Diandra

Siang itu di rumah Jodha dan Jalal ,,,

Jodha masih penasaran dan bertanya tanya, siapa gerangan yang berani menyobek buku diktat kedokterannya ? Jodha segera keluar dari kamarnya dan bergegas mencari tahu siapa pelakunya ? karena Jodha tidak merasa menyobek buku tersebut, ketika sampai dilantai bawah dilihatnya Salima  dan ibu Meinawati sedang sibuk didapur menyiapkan makanan untuk makan siang,

sementara Rahim anak Salima sedang bermain main dengan pinky bear, boneka beruang milik Jodha dan Jalal, didekatinya anak itu yang masih asyik ngobrol dengan pinky bear

“Rahim, sedang main apa ?” Rahim langsung menoleh begitu mendengar suara Jodha “Main perang perangan, tante ,,, boneka ini monsternya”, “Oooo ,,,, oh iya, Rahim ,,, tante boleh nanya ?” Rahim langsung menganggukkan kepalanya “Apa Rahim pernah masuk ke kamar tante Jodha diatas ?” sejenak Rahim terdiam lalu menggelengkan kepala mungilnya, dalam hati Jodha semakin penasaran

“Kalau bukan Rahim yang menyobek lalu siapa ? dia bilang dia nggak masuk ke kamarku, lalu siapa ?” Jodha semakin geram, tiba tiba tanpa sengaja Jodha melihat Rahim sedang memainkan pesawat pesawatan kertasnya yang diterbangkannya kesana kemari didepan pinky bear, seraya mulutnya bersuara seperti suara pesawat dengan suara dentuman bom yang tiada henti,

sekilas Jodha tidak peduli, tapi lama kelamaan ketika diperhatikannya baik baik pesawat itu, Jodha sepertinya familiar dengan kertas dan tulisan diatasnya, Jodha kaget ketika disadarinya kalau pesawat Rahim adalah lembaran buku diktatnya yang hilang

“Rahim !!” sontak Rahim langsung kaget begitu mendengar bentakan Jodha “Darimana kamu dapat kertas itu ?” Rahim terbengong dan tidak tahu maksud Jodha

“Ini pesawat kertasmu ! kamu dapat darimana ? ayoo jawab ! kamu nyobek buku tante kan ? iya kan ? ayoo jawab  !” ujar Jodha sambil merebut pesawat kertas itu dan mengacungkannya ke arah Rahim, melihat perangai Jodha yang berubah kasar, Rahim jadi takut dan tak lama kemudian pecahlah tangis Rahim menggema keseluruh ruangan hingga terdengar sampai  ke dapur,

Salima dan ibu Meinawati pun kaget sambil saling berpandang pandangan, bergegas mereka berdua lari menuju ke ruang keluarga, dilihatnya Jodha sedang mencengkram lengan atas Rahim dan mengguncang guncangkan tubuh Rahim kedepan dan kebelakang, tepat pada saat itu Jalal yang kebetulan pulang  kerumah untuk makan siang bareng Jodha juga melihat apa yang telah diperbuat  oleh Jodha pada Rahim

“Jodha !!!! apa yang kamu lakukan !” Jalal langsung menghardik Jodha dengan keras sambil mengambil alih Rahim dan memeluk Rahim yang menangis sesenggukkan “Dia menyobek buku diktatku, Jalal ! lihat ini pesawat kertasnya ! kertasnya ini dari buku diktatku ! tapi dia nggak mau ngaku ! ayooo jawab, Rahim ! kamu yang menyobeknya kan ?” suara Jodha semakin meninggi sambil mengacungkan telunjuknya kearah Rahim

“Okeee, kalau dia memang yang menyobeknya, kamu bisa kan bertanya secara baik baik padanya ? tanpa harus marah marah seperti itu ! kamu sendiri bilang ingin jadi dokter anak, tapi apa seperti itu sikap seorang dokter anak !” Jalal pun terpancing emosinya begitu mendengar ocehan Jodha “Kamu ingin tahu jawabannya kan ? sekarang diam !” bentakkan Jalal membuat Jodha bergidik dan terdiam sesaat,

sementara ibu Meinawati juga hanya bisa terdiam melihat pertengkaran anak dan menantunya, sedangkan Salima yang merasa serba salah hanya bisa menangis, tak lama kemudian Jalal pun berlutut merendah agar bisa ngobrol dengan Rahim

“Rahim, cup cup diam sayang ,,, nggak papa, tante Jodha nggak marah sama Rahim” Rahim masih terus menangis sambil sesekali melirik kearah Jodha yang masih menatap kearahnya dengan perasaan kesal “Sekarang, om mau nanya ,,, apa benar Rahim yang nyobek buku tante Jodha ? untuk buat pesawat kertas ini ?” Rahim yang masih menangis mulai mengangguk lemah ketika Jalal menunjukkan pesawat kertas buatan Rahim sendiri

“Lihat kan !” suara Jodha terdengar kembali meninggi “Jodha, diam dulu !”, “Bagaimana aku bisa diam, Jalal ! dia sudah nyobek bukuku ! berani beraninya dia masuk ke dalam kamarku dan mengambil buku itu !” suara Jodha kembali merepet

“Rahim memang menyobeknya, tapi Rahim nggak ngambil buku tante, buku itu ada diatas meja sana” Rahim mencoba membela diri sambil menunjuk kearah meja makan “Meja makan ? siapa yang ngeluarin ?”, “Oooh ,,, tunggu tunggu, aku ingat, aku yang ngeluarinnya, waktu itu aku memang membaca bukumu dimeja makan tapi aku lupa mengembalikkannya” Jalal menyela ucapan Jodha “Ibu yang menaruhnya dikamarmu, Jodha” ibu Meinawati juga ikut menimpali ucapan Jalal

“Tapi bagaimanapun juga buku itu tetap tidak boleh disobek, Jalal ! paling tidak seharusnya dia minta ijin sama aku dulu ! nggak seenaknya main sobek sobek seperti itu !” suara Jodha kembali meninggi

“Jodha, diam kamu !”, “Kenapa sih kamu belain dia terus ? kemarin ibunya, sekarang anaknya !!” Jodha sangat kesal dengan perlakuan Jalal yang tidak membelanya “Jodha, please ,,, Rahim ini masih kecil, kamu seharusnya bisa mengerti”,

“Aku memang nggak bisa ngerti, Jalal ! aku keras  kepala ! aku egois ! aku stress ! apalagi anakku juga mati ! dan semua ini karena perempuan itu !” Jodha meluapkan seluruh kemarahannya yang tersimpan selama ini di dalam dada  sambil menunjuk kearah Salima

“Jodha !!!”, “Kalau dia nggak datang dalam kehidupan kita, semua ini tidak akan terjadi, Jalal !” amarah Jalal  mulai memuncak dan tiba tiba terdengar suara “Plaaakkkkk !!!!” Jalal yang tidak bisa menahan emosinya, langsung menampar pipi Jodha dengan keras, semua orang jadi tegang dan terpana sesaat,

Jodha sendiri juga tidak menduga kalau Jalal akan berbuat seperti itu padanya, hanya demi membela pasiennya, Jalal tega menampar istrinya sendiri “Teganya kamu, Jalal !!!”, “Aku hanya ingin menyadarkan kamu, Jodha ! kalau semua ini semata mata bukan kesalahan nyonya Salima, kamu sendiri yang membahayakan nyawamu ! kalau kamu tidak ikut ikutan merelai perkelahianku dengan Bhairam Khan, semua ini tidak akan terjadi, Jodha ! anakku tidak akan mati ! ingat itu !!! kamulah yang membunuh anakku !!!!” suara Jalal terdengar menggelegar, sesaat membuat ibu Meinawati terhenyak, sedangkan Salima hanya bisa menangis sambil mengambil alih Rahim dari tangan jalal, lalu memeluknya erat

Jodha benar benar tidak percaya begitu mendengar ucapan Jalal, Jalal bukannya membela dirinya, malah semakin menyalahkan Jodha atas kematian anak mereka, sejak saat itulah hubungan Jalal dan Jodha mulai renggang, meskipun mereka tinggal dalam satu rumah tapi mereka kembali tidak bertegur sapa, Jodha dan Jalal bagaikan dua orang asing yang tidak saling mengenal satu sama lain

Melihat keadaan ini, Salima semakin merasa bersalah, dan agar tidak semakin memperburuk keadaan, Salima yang saat itu sedang mengurus kasus perceraiannya, segera angkat kaki dari rumah Jalal dan Jodha dan mulai menetap dirumah ibu Hamida atas permintaan Jalal, sampai kasus perceraiannya berakhir

Jodha pun semakin kecewa dengan apa yang telah diperbuat oleh Jalal, melihat semangat Jalal yang begitu menggebu mendukung Salima, membuat Jodha benar benar sedih dan tidak percaya, karena Jalal  tidak memberikan semangat pada istrinya yang baru saja keguguran,

kekecewaan ini Jodha lampiaskan dengan belajar dan bekerja dengan menginap dirumah ibu Meinawati, ibu kandungnya, Jodha pun memutuskan untuk pisah ranjang dengan Jalal, Jalal sendiri tidak keberatan dengan kepergian Jodha ke rumah orangtuanya, Jodha benar benar sedih dengan perlakuan Jalal

déjà vu itu kembali menyeruak ,,, Jodha merasa pernah berada disituasi seperti ini, dimana suaminya tidak mendukung dan menyemangati dirinya yang baru saja kehilangan anak, Jalal seolah olah tenggelam dalam dunianya sendiri,

setelah selesai mengurusi perceraian Salima, Jalal kembali disibukkan dengan meeting meeting berikutnya yang berhubungan dengan pengembangan rumah sakit ayahnya, kesenjangan ini benar benar dimanfaatkan oleh Atifa, partner kerja keluarga Jalal yang sudah lama mengincar Jalal

“Jalal, apa malam ini, kamu ada acara ?” Jalal hanya menggeleng sambil memperhatikan jalanan didepannya ketika hendak mengantar Atifa pulang “Kalau gitu, gimana kalau makan malam dulu dirumahku ?”, “Makan malam ?” Atifa langsung menganggukkan kepalanya

“Kebetulan tadi pembantuku masak cumi pedas asam manis, enak lhoo ,,,, mau yaaa” Atifa mulai menggoda Jalal dengan gaya manjanya, Jalal hanya tersenyum kecil “Boleh juga, sekali kali boleh lah nyicipi masakkanmu”, “Nah, gitu doong” Atifa benar benar senang begitu Jalal  menyetujui permintaannya untuk makan malam dirumahnya,

malam itu Atifa berusaha melayani Jalal habis habisan masih dengan gayanya yang manja, yang sebenarnya tidak pantas untuk orang sepertinya dirinya yang sudah berumur dan terpaut usia yang sangat jauh dengan Jalal

Sementara itu di rumah bu Meinawati, Jodha juga sedang bermanja manja dengan ibunya didalam kamar, Jodha sedang tertidur dipangkuan ibunya, sementara bu  Meinawati membelai rambut Jodha yang panjang dan hitam legam

“Jo, ini sudah hampir sebulan ,,, apa kamu nggak kangen sama suamimu ? ini sudah terlalu lama kalian pisah ranjang” Jodha hanya menghela nafas dalam

“Jalal sendiri tidak membutuhkan aku, ibu”, “Jangan ngomong seperti itu, kalian berdua itu sama, sama sama keras kepala, selalu mengedepankan ego kalian masing masing, iya kan ? sebenarnya kalian ini sama sama terluka dan kalau ibu lihat, kalian itu saling membutuhkan” bu Meinawati berusaha menyadarkan Jodha akan posisinya sebagai seorang istri, namun Jodha tetap teguh pada pendiriannya untuk menjauh dari Jalal, laki laki yang selalu menyakiti perasaannya… NEXT