Sinopsis Ashoka Samrat episode 225 by Meysha Lestari. Istana magadha di sibukkan dengan kepergian Ashok ke Takshila. Beberapa pendeta melakukan arti untuk Ashok. Bindu memberi Ashok koin maurya dan mengingatkan dirinya tentang harga diri dan kehormatan. Katanya, “ini adalah perintah resmi untukmu untuk pergi ke takshila dan menurunkan Sudama dari jabatannya dan mengambil alih kepemimpinan. Setelah itu kau harus menangkap Kechak dan mengembalikan situasi Takshila seperti sedia kala. Kemudian bukalah kembali jalur perdagangan sementara aku akan mengatur bagaimana caranya menyingkirkan Kichak dari Takshila.”
Ashok mencabut pedang Candragupta Maurya dan bersumpah akan menghancurkan musuh Magadha. Melihat itu Shushim diselimuti rasa marah. Dharma tidak dapat menahan kesedihannya. Sebelum berangkat, sekali lagi Bindusara menasehati Ashok, “ketika kau siap untuk melukai seseorang, maka kau juga harus siap untuk terluka.” Ashok mengangguk. Radhagupta berteriak mengelu-elukan Ashoka yang kemudian di ikuti oleh semua orang, “Hidup pangeran Ashoka! HIdup pangeran Ashoka!” Siamak melihat semua itu dengan wajah kesal.
Di sebuah ruangan, Shsushim kembali membuat ulah. Dia marah-marah sambil menendang dan melempar apapun yang bisa di raihnya. Perdana menteri Khalatak dan Charumitra meminta Shushim tenang dan mencari sisi positifnya, “Ashok tidak akan kembali dari Takshila hidup-hidup!”
Shushim teringat bagaimana Ashok selalu bisa lolos dari semua rencana jahat yang selama ini dia lakukan untuk menyingkirkannya. Dengan sangsi dia berkata, “entah bagaimana Ashok selalu bisa meloloskan diri. Kali ini aku harus menyusun rencana yang sempurna untuk menyingkar dia.” Charumitra menginggatkan Shushim bahwa bukan hanya Ashoka saja sainganya tapi ada Siamak yang harus diperhitungkan. Shushim menyahut dengan acuh tak acuh, “aku tak perduli paanya…!” Charumitra mengingatkan Shushim bahwa musuhnya kini bukan hanya Ashoka tapi juga Siamak. Charu meminta Shushim waspada setelah apa yang dilakukan Siamak pada Achary Chanakya, “dia bisa juga melakukan hal yang sama padamu.” Bukannya bersyukur di ingatkan, Shushim malah terlihat kesal, karena ibunya lebih percaya pada kekuatan siamak daripada kemampuan anaknya. Ketakutan Charumitra pada Siamak membuat Shushim terluka.
Tanpa pamit, Shushim pergi meninggalkan ruangan itu dan pergi ke kamarnya dimana seorang pelayan terlihat sedang mempersiapkan minuman untuk dirinya. Gadis itu berbalik dengan gayanya sehingga percikan air dari rambutnya yang basah mengenai wajah Shushim. Shushim tertegun. Pelayan itu dengan anggunnya menghidangkan minuman pada Shushim dan memintanya agar duduk dan menikmati kebersamaan mereka. Shushim mengambil cawan yang di suguhkan padanya. Dia mendekatkan cawan itu ke bibirnya seolah-olah hendak meminumnya, tapi ternyata Shushim malah membuang minuman itu dengan kesal dan mengusir si pelayan. Pelayan itu geram dan mencakar Shushim yang membuat Shushim pingsan seketika. Ternyata pelayan itu adalah Vishkaya. Setelah Sushim pingsan, beberapa pria muncul dan menculiknya.
Charumitra yang datang mencari Shushim di kamarnya tidak menemukan dia dan menjadi khawatir. Khalatak berkata kalau Shushim mempunyai semua kualitas sebagai seorang pangeran tapi kemarahannya yang tak bisa dibendung akan menghancurkan segalanya.
Ashok dan Dharma sedang beribcara ketika Bindusara datang. Bindu berjanji pada Ashok kalau dia akan menjaga Dharma. Ashoka pergi ke kuburan Achari dan berkata, “ibu menyuruhku meminta restu sebelum melakukan suatu pekerjaan penting, tapi guru juga seperti dewa, jadi aku datang kesini untuk meminta restumu..”
Sementara itu Shushim yang pingsan di bawa menemui guru Amadhya/Rakshacharya.Begiu Shushim tersadar, Rakshacharya memberitahu Shushim siapa dirinya, “aku adalah salah satu pendukung Chandragupta Maurya saat mengalahkan Dhananand, tetapi Achari Chanakya telah mengusirku seperti mengusir lalat dari susu. Sekarang aku ingin membalas dendam padanya, tapi dia telah mati. Jadi aku ingin membantumu mengalahkan murid pilihannya Ashoka.” Shumshim tertarik dan bertanya, “lalu apa yang kau dapatkan? Kenapa kau membantuku?” Rakshacharya berkata kalau yang dia inginkan adalah kehormatan dan harga dirinya. Shushim setuju. Rakshacharya kemudian menyuruh Shushim menulis surat dna membubuhkan stempelnya di surat itu. Shushim menurut.
Ashok dan orang tuanya berkumpul. Mereka makan bersama dan terlihat bahagia. Dharma mengingatkan Ashok agar tidak lupa menulis surat pada mereka. Ashok megangguk dan berminta ibunya agar tidak khawatir. Ashok kemudian menyuapi Dharma dan meminta dia agar beristirahat dengan cukup. Bindupun mengatakan hal yang sama. Ashok juga menyuapi BIndusara dan memintanya agar tidak mencemaskan dirinya. Setelah selesai bersantap bersama, Ashok segera menaiki kudanya.
Bindusara dan Dharma mengantar kepergian putra mereka dengan perasaan sedih dan haru. Bindu berkata, “lihatlah anak kita, dia mengajariku.” Dharma mengangguk sedih, “ya. Dia telah tumbuh menjadi pria dewasa dan kita harus menyiapkan sebuah pernikahan untuknya.” Ashok menyahut cepat, “aku tidak punya waktu untuk menikah.” DHarma menyuruhnya diam dan mengingatkan Ashok kalau cinta tidak keal waktu.
Dari jauh, Siamak menatap kebersamaan Ashok dan orang tuanya dengan tatapan iri. Dia terlihat sangat marah dari biasa karena dia merasa Bindusara tidak pernah mencintainya sebanyak itu. Helena yang ada disampingnya terus menyuarakan hasutan yang meracuni hati Siamak, “..kau harus merampas apa yang kau inginkan…” Sinopsis Ashoka Samrat episode 226 by Meysha Lestari