Sinopsis Ashoka Samrat episode 219 by Sally Diandra

Sinopsis Ashoka Samrat episode 219 by Sally Diandra. Masih dalam suasana berkabung, Ashoka merasa bingung melihat kematian gurunya, Ashoka segera meletakkan jenazah Chanakya dalam sebuah gerobak dan mulai menggeretnya menuju ke istana Magadha, sepanjang perjalanan Ashoka teringat ketika Chanakya memintanya untuk berjanji agar suatu saat nanti Ashoka harus menjadi seorang Samrat seluruh India sebagai ucapannya yang terakhir kali didengar oleh Ashoka, Ashoka terus berjalan membawa jenazah Chanakya dalam gerobak melewati pasar, semua orang di dalam pasar terkejut dan kaget begitu melihat jenazah Chanakya. Sementara itu di istana, salah satu prajurit mengabarkan kematian Chanakya pada Radhagupta, Radhagupta terkejut dan menangis, Dharma yang juga mendengar berita tersebut langsung berteriak “Tidaaaakkkk !!!” nampan aarti yang dibawanya langsung terjatuh berserakan di lantai “Kabar ini tidak mungkin benar, aku tidak akan percaya sampai aku melihatnya sendiri dengan mata kepalaku sendiri” Khalatak bersandiwara dengan pura pura sedih, Charumitra dan Sushima juga menunjukkan perilaku yang sama “Kita semua sekarang adalah anak yatim” ujar Charumitra sedih sambil tertawa dalam hatinya atas kematian Chanakya

Sementara itu dikamar Helena, Helena sedang ngobrol dengan lukisan Justin “Justin, akhirnya ibumu ini berhasil membunuh dia, dia sudah mati sekarang !” ujar Helena dengan senyum sadisnya, pada saat yang bersamaan Ashoka membawa jenazah Chanakya masuk ke dalam istana, semua orang mengikutinya dibelakang dengan rasa duka yang mendalam atas meninggalnya seorang guru besar pendiri kerajaan Magadha, Radhagupta membantu Ashoka mendorong gerobak itu dan membawa jenazah Chanakya masuk ke istan, Siamak yang saat itu sedang berada di kamarnya merasa gelisah ketika mengetahui kalau Chanakya telah meninggal “Jadi aku telah membunuhnya ?” Siamak panik dan berusaha untuk menyembunyikan belati yang di gunakannya untuk membunuh Chanakya, tepat pada saat itu Helena menemui Siamak dan langsung mengambil belati yang ada ditangan Siamak dan berkata “Kamu harus membalas dendam atas kematian ibumu dan Justin, itu adalah tugasmu, Siamak ,,, dan kamu tidak melakukan apapun” kemudian Helena menawari Siamak minuman sambil berkata “Aku akan menenangkanmu” Siamak menurut meminum minuman itu dan akhirnya tertidur “Ketika kamu akan bangun nanti, masa depanmu yang cerah sudah berada didepanmu” ujar Helena dengan senyumnya yang mengembang

ashoka cover122Saat itu Bindusara memasuki ruangan dimana jenazah Chanakya disemanyamkan, Bindusara bingung melihat jenazah gurunya, Radhagupta duduk di dekat kaki Chanakya, Bindusara langsung bersimpuh di dekat jenazah Chanakya sambil membelai wajahnya dengan perasaan sedih, tiba tiba Bindusara sangat marah begitu melihat kondisi gurunya yang sudah tidak bernyawa, Bindusara menatap ke arah Ashoka yang nampak sangat menderita kehilangan gurunya, di tempat Siamak, tiba tiba Siamak terbangun dan berkata pada Helena “Kalau ayah sampai mengetahui semua ini maka dia akan menyebutku sebagai seorang pengkhianat dan akan memberikan hukuman mati padaku” ujar Siamak gelisah “Tidak akan ada seorangpun yang tahu tentang hal ini, kamu tidak boleh lemah karena ini bukan hanya balas dendam atas kematian ibumu, tapi aku juga telah mengambil resiko yang cukup besar hanya untuk kamu” Siamak tertegun “Siamak, kamu telah membalaskan dendammu pada satu musuh sampai saat ini, setelah itu kamu harus membalaskan dendammu pada musuh yang lain yaitu Ashoka, impian ibumu ingin melihat kamu menjadi Samrat dan kamu harus bisa memenuhi impian itu, orang orang ini tidak pernah menerima keturunan Yunani ataupun Khurasani, apa yang kamu miliki harus kamu dapatkan meskipun dengan cara saling menelingkung, kamu harus merebut hakmu, kamu harus melakukannya dengan menipu dan melakukan tindakan kekerasan, seseorang yang akan mengalihkan perhatianmu dari mencapai impianmu adalah musuhmu, jika kamu tidak membunuh dia maka dia akan membunuh kamu dalam pertandingan memperebutkan tahta kerajaan, hanya ada satu cara yang bisa diikuti yaitu dengan membunuh musuhmu !” Helena terus menerus meracuni pikiran Siamak

Di ruang duka dimana jenazah Chanakya di semanyamkan, Bindusara mencoba bangun dan hampir saja Bindusara terjatuh karena perasaan sedihnya yang cukup mendalam namun Ashoka mencoba membantu ayahnya, meskipun dirinya juga sangat terluka dengan kepergian gurunya, Bindusara melihat ke arah jenazah Chanakya dan berkata “Hari ini Magadha telah kehilangan seorang putra yang sangat berbakat, hari ini Magadha akan menangis karena telah kehilangan seorang putra seperti dia, semua orang di Magadha sedang berduka !” ujar Bindusara, sementara itu di penjara, Mir Khurasan dan Dastan juga mendengar tentang kematian Chanakya “Ada banyak kesempatan berbohong dalam setiap berita yang ada” ujar Dastan

Kembali ke tempat jenazah Chanakya di semanyamkan, Bindusara yang masih tidak percaya gurunya telah tiada mencoba mencari tahu kejadian yang sesungguhnya “Ashoka, katakan padaku, bagaimana kejadian ini bisa terjadi ?” dengan menahan marah dan sedih Ashoka berkata “Dia tidak meninggal atas kemauannya sendiri, ayah ,,, ini bukan kecelakaan, ini adalah konspirasi untuk membunuhnya, dia telah dibunuh, aku sempat bertemu dengannya, saat itu dia berada di sekitar api yang berkobar” Khalatak segera menyela ucapan Ashoka “Apakah kamu melihat seseorang yang membakar Chanakya hidup hidup ?”, “Tidak !” ujar Ashoka lantang “Jangan mulai menyalahkan orang sekarang, Ashoka” timpa Sushima “Aku yakin karena seseorang telah mencoba melukai ibuku juga dengan menggunakan ilmu hitamnya !” Charumitra segera menyela ucapan Ashoka “Tapi ilmu hitam tidak diijinkan di Magadha, jadi itu tidak mungkin benar” Bindusara segera membela Ashoka dan berkata “Apa yang Ashoka katakan itu benar, Dharma telah berubah perilakunya karena pengaruh ilmu hitam itu yang ditujukan padanya, guru Chanakya telah menyelamatkan Dharma dari ilmu hitam tersebut”, “Guru Chanakya sedang pergi mencari seseorang yang melakukan ilmu hitam pada ibuku, aku juga sempat bertemu dengan seorang perempuan yang tahu siapa yang melakukan ilmu hitam pada ibuku, tapi sayangnya dia mati dibunuh, aku kira orang ini yang membunuh perempuan penyihir itu sama dengan yang membunuh guru Chanakya, aku akan mencari tahu !” ujar Ashoka geram,

Tiba tiba Badarbhat menyela pembicaraan mereka dan berkata “Sebelumnya bolehkah aku ,,,” namun ucapannya tidak di teruskan sambil melirik ke arah Khalatak, saat itu Khalatak teringat ketika dirinya menyuap Badarbhat “Aku akan mempromosikan dirimu untuk mengambil tempatku didepan Samrat Bindusara” kemudian Bindusara berkata pada semua orang “Guru Chanakya adalah pemimpin semua orang, dia telah melindungi semua orang tapi tidak ada seorangpun yang bisa mengatakan apa yang terjadi pada guru Chanakya” saat itu tabib mengecek jenazah Chanakya dan berkata “Tubuhnya telah banyak terbakar sehingga tidak ada bukti yang bisa ditemukan pada tubuhnya”, “Seseorang telah membakarnya” ujar Ashoka, Bindusara segera memerintahkan anak buahnya untuk menyelidiki tempat dimana Chanakya meninggal dan memeriksa tempat tersebut untuk mendapat bukti bukti siapa pembunuhnya “Aku akan menyelidiki kasus ini, Samrat” Khalatak mengajukan dirinya, Bindusara langsung bertanya pada Ashoka “Ashoka, apakah guru Chanakya sempat mengatakan sesuatu padamu tentang siapa yang dia duga selama ini ?”, “Apakah Chanakya mengatakan nama pembunuhnya ?” sela Helena “Tidak ! Dia tidak mengatakannya, dia hanya meminta aku untuk melakukan upacara pemakaman terakhirnya, dia belum sempat mengatakan padaku apa apa, dia sudah meninggal dunia” ujar Ashoka sambil menangis, tepat pada saat itu salah satu prajurit mereka mengabarkan kalau Mir Khurasan dan Dastan telah melarikan diri dari penjara, Bindusara benar benar bingung… Sinopsis Ashoka Samrat episode 219 by Sally Diandra