Sinopsis Ashoka Samrat episode 192 by Sally Diandra. Di kerajaan Magadha, Purshottam sedang ngobrol dengan perdana menteri Khalatak “Kita ini telah mendukung orang yang tidak tepat, apapun yang terjadi itu tidaklah baik” ujar Purshottam cemas “Kita harus menghadapi masalah yang kecil untuk memperoleh keuntungan yang besar” jelas Khalatak “Lalu kalau pangeran Ashoka, apakah dia memiliki perilaku yang sama seperti pangeran Sushima ?” sejenak Khalatak tertegun “Kita telah menghabiskan banyak waktu untuk pangeran Sushima, jadi lebih baik kita jangan mengalihkan perhatian kita sekarang, pangeran Ashoka akan menjadi orang yang sama di masa mendatang seperti dia saat ini, dia tidak akan pernah berubah, tapi jangan memikirkan hal ini, lebih baik fokus pada pekerjaanmu !” ujar Khalatak kemudian berlalu dari sana meninggalkan Purshottam yang nampak sedikit termenung memikirkan kata kata Khalatak
Sementara itu Ashoka yang masih menggendong ibunya membawa ibunya masuk ke dalam kamarnya, Charumitra yang mengikutinya di belakang Ashoka meminta pada salah satu prajurit untuk memanggil tabib, Helena yang melihat kegaduhan ini segera mencegat Charumitra dan bertanya “Maharani Charumitra, ada apa ? Apa yang telah kamu lakukan ?” Charumitra meyakinkan Helena pada saat yang tepat nanti dia akan menceritakan semuanya pada Helena. Di dalam kamar Dharma, tabib mulai mengecek kondisi Dharma, Charumitra menginformasikan pada tabib tentang apa yang terjadi dengan Dharma di sepanjang hari ini “Ini jelas jelas masalah kejiwaan, aku tidak bisa merasakan sesuatu yang buruk padanya” Ashoka mulai cemas “Kalau begitu lakukanlah apapun yang kamu bisa, tabib, aku tidak bisa melihat ibuku dalam kondisi seperti ini, dia telah melalui banyak hal yang sulit dalam hidupnya tapi dia biasanya selalu kuat, lalu bagaimana ini bisa terjadi secara tiba tiba” ujar Ashoka cemas “Hal ini tidak lah perlu, semuanya akan menunjukkan efeknya pada saat yang bersamaan, kadang kadang sebuah kejadian bisa mengambil sesuatu pada seseorang di kemudian hari” Ashoka nampak tidak senang dengan semua jawaban sang tabib, Charumitra berusaha menenangkan Ashoka, kemudian Ashoka meminta maaf pada sang tabib “Aku tidak bermaksud menghina kamu, tabib ,,, tapi ibuku adalah duniaku, hidupku” sang tabib bisa mengerti keadaan Ashoka, kemudian tabib memberikan Ashoka sesuatu untuk di minum setiap waktu oleh Dharma “Jangan tinggalkan ibumu untuk sementara waktu, pangeran” Ashoka menganggukkan kepalanya, Charumitra juga setuju untuk merawat Dharma, namun dengan sopan Ashoka mengucapkan terima kasih pada Charumitra karena telah menyelamatkan ibunya “Tapi dia adalah duniaku, apa yang akan aku lakukan jika aku tidak bisa menjaganya ? Aku akan meminta bantuanmu dalam hal ini kalau aku nanti memerlukannya” Charumitra hanya tersenyum bersandiwara di depan Ashoka “Tabib, lalu apalagi yang harus aku lakukan ?” tabib memberikan pengarahan pada Ashoka kemudian berlalu dari sana, sepeninggal tabib, Ashoka meminta semua orang untuk meninggalkannya sendirian bersama ibunya untuk sementara waktu, semua yang berada di kamar itu segera meninggalkan Ashoka, ketika Ahenkara tidak ikut keluar dari kamar Dharma, Charumitra segera menegurnya dan mengatakan hal yang sama agar Ahenkara meninggalkan Ashoka terlebih dulu, Ahenkara pun menurut mengekor di belakang Charumitra, ketika semua orang telah pergi, Ashoka sangat merindukan ayahnya “Mengapa kamu tidak disini, ayah ? Kapan kamu akan kembali ?”
Helena mengecek ke salah satu pelayan setianya kalau ada pesan untuknya, pelayan itu hanya menggelengkan kepala, Helena merasa heran “Penting buat kamu untuk kembali sekarang, Noor ! Charumitra sedang melakukan sesuatu tapi dia tidak menceritakannya padaku, aku harap dia tidak akan menang dalam hal ini !” ujar Helena geram
Di tenda Bindusara, nampak Chanakya memasuki tenda Bindusara, sementara di kerajaan Magadha, Ahenkara sedang berdoa pada Dewa untuk Ashoka dan ibunya “Mereka berdua adalah orang orang yang baik, mengapa hal hal yang buruk selalu terjadi pada orang orang baik ? Aku mohon ,,, berilah keselamatan pada mereka berdua, aku tidak bisa melihat mereka dalam keadaan seperti ini” Ahenkara mencoba menutupi lampu minyak diya yang tiba tiba redup, tepat pada saat itu Sushima memasuki kamar Ahenkara, Ahenkara sangat ketakutan ketika melihat Sushima memasuki kamarnya “Seharusnya kamu tidak berdoa untuk dia karena aku mempunyai ketakutan sendiri pada orang yang kamu doakan tadi sepertinya tidak akan bisa melihat matahari terbit besok” ejek Sushima kemudian Sushima memegang tangan Ahenkara agar berada diatas lampu minyak diya yang menyala itu, Ahenkara merasa kesakitan sementara Sushima hanya tersenyum senang melihat penderitaan Ahenkara
Di kamar Dharma, Ashoka merawat ibunya dengan baik “Aku mohon, bukalah matamu, bu ,,, aku ada disini hanya untuk kamu” Dharma tiba tiba mengigau menyebut nyebut nama Ashoka, Ashoka teringat ketika tabib mengatakan padanya untuk memanggilnya ketika Dharma terbangun, namun tidak ada seorangpun di sekitarnya saat itu, Ashoka segera keluar untuk menemui tabib, di koridor istana Ashoka nyaris bertabrakan dengan Purshottam, Ashoka mencoba bertanya pada Purshottam, siapa dia sebenarnya tapi Purshottam malah mendorongnya dan berlari menjauhi Ashoka, Ashoka berhasil menangkapnya namun Purshottam terus berlari, Ashoka juga mendengar ibunya meracau kembali dengan menyebut namanya, Ashoka segera menemui ibunya “Aku kembali, ibu ,,, aku telah membawa obat obatan untuk ibu” tak lama kemudian Dharma membuka matanya, Ashoka membantu ibunya untuk duduk “Apa yang terjadi pada ibu, Ashoka ?” Ashoka kemudian menceritakan bagaimana dirinya menemukan Dharma, Dharma tidak mempunyai petunjuk apapun tentang hal ini, Dharma bercerita kalau dia mendengar ada suara yang mengganggu dan kemudian beberapa laba laba tarantula merayapi tubuhnya, Ashoka merenung memikirkan ucapan sang tabib kemudian Ashoka meminta ibunya untuk tidur kembali “Aku akan selalu bersamamu sampai ayah kembali, ibu” Dharma kembali terbaring, Ashoka sangat berharap ayahnya bisa merasakan apa yang terjadi disini, sementara itu di tenda Bindusara, Chanakya berfikir bahwa dirinya telah terlambat menyelamatkan Bindusara sambil mengoleskan obat ke tangan Bindusara
Ashoka mendengar sesuatu di luar melalui jendelanya, sepertinya ada beberapa pengungsi yang sedang berada dalam masalah, Ashoka dilema, disatu sisi ibunya membutuhkan dirinya juga “Apa yang seharusnya aku lakukan ?” pada saat yang sama salah satu prajurit mendatanginya dan mengabarkan kalau dirinya di panggil untuk hadir di ruang pribadi Samrat
Di ruang pribadi Samrat kerajaan Magadha, Sushima menyalahkan Ashoka karena tidak mematuhi perintahnya “Minta maaflah padaku sekarang juga atau kamu tahu apa konsekwensinya !” bentak Sushima lantang, Ashoka sama sekali tidak meminta maaf pada Sushima atas apa yang telah dia lakukan “Aku bisa saja melakukan hal itu ratusan kali jika aku harus melakukannya untuk ibuku, aku bahkan bisa menantang para Dewa hanya untuk ibuku karena tidak ada apapun diatas ibuku” Sushima nampak marah dan menyuruhnya berhenti mengoceh, Charumitra yang baru memasuki ruang pribadi Samrat itu mendukung Ashoka “Aku bisa mengerti penderitaannya, dia melakukan tugasnya untuk mengurus ibunya, aku bangga padanya, Rani Dharma sangat beruntung sekali memiliki anak seperti Ashoka” ujar Charumita, Sushima merasa kalau Ashoka menantang perintahnya, Charumitra meminta Sushima untuk berfikir sekali saja sebagai seorang saudara “Kakak tertua itu seperti layaknya seorang ayah ketika ayah kalian tidak berada di sini, apa yang nanti akan kita katakan pada Samrat Bindusara jika ada sesuatu yang terjadi pada Rani Dharma ?” Charumitra berusaha mencari simpati Ashoka “Dia bisa saja kan meminta ijin terlebih dahulu padaku !” ujar Sushima kesal, Charumitra mencoba memberikan saran pada Sushima “Pikirkanlah dari sudut pandang Ashoka, Sushima” Charumitra juga berpura pura baik pada Ashoka “Aku selalu ada disana untukmu, Ashoka” Ashoka berterima kasih pada Charumitra kemudian meninggalkan mereka, sepeninggal Ashoka, Sushima merasa heran dengan perilaku ibunya, Sushima bertanya pada ibunya “Ibu, apa yang telah ibu lakukan tadi pada Ashoka ?” Charumitra hanya tersenyum dan berkata “Ada saatnya kamu harus menggunakan rasa belas kasihanmu sebelum kamu melukai seseorang, anakku” Sushima mengerti maksud ibunya
Keesokan harinya, Bindusara sedang tertidur, seseorang berjalan menuju ke arahnya dengan membawa belati di tangannya kemudian menghunuskan belati itu ke perut Bindusara, Dharma langsung terbangun sambil berteriak memanggil nama suaminya “Samraaaaat !!!” dari kejauhan Ahenkara bisa mendengar teriakan Dharma, bergegas Ahenkara memasuki kamar Dharma dan menemani Dharma di sampingnya, Ahenkara membantunya untuk minum air putih, Dharma menceritakan tentang mimpi buruknya itu ke Ahenkara tapi Ahenkara meyakinkan Dharma kalau tidak terjadi apa apa pada Bindusara selama ada Chanakya bersamanya
Chanakya sedang mengecek denyut nadi Bindusara, kondisinya memburuk, pengobatannya akan menjadi tidak mungkin jika hal ini terus berlanjut “Aku harus pergi ke dalam hutan untuk menemukan suatu tanaman herbal yang special, kemudian Samrat Bindusara bisa meminum campuran herbal ini dan mengoleskan obat pasta itu di dahinya secara teratur, aku hanya mempunyai waktu sampai matahari terbenam” Sinopsis Ashoka Samrat episode 192 by Sally Diandra.