Sinopsis Ashoka Samrat episod2 130 by Mey Lest. Bindu mendatangi kamar di mana patung Dharma telah menjadi puing-puing. Dia duduk di tepi altar patung dan menyampaikan keluhkesahnya. Tentang perasaannya pada Dharma, cintanya yang terpendam dan tidak pernah pudar. Tentang orang-orang yang jenuduh Dharma dan membuat dirinya terpojok hingga tak tahu harus beruat apa. Bindu menatap-puing-puing patung dan terlihat heran saat melihat melihat bongkaran patung wajah dharma hilang sebagian. Dengan heran Bindu bertanya-tanya sendiri, “kemana pecahan wajah ini? Siapa yang mengambilnya?”
Noor sedang melintasi kamar siamak saat dia melihat Siamak sedang berkemas. Noor segera bertanya dengan rasa ingin tahu, “apa yang kau lakukan Siamak?” Siamak menoleh dengan tatapan terkejut. Dia bergegas menghampiri Noor, “tidak melakukan apa-apa.” Noor menatapnya dengan tatapan penuh selidik, “kau berkemas dan menjawab tidak ada apa-apa? Apakah kau mau pergi?” Siamak teringat pesan Ashok agar tidak memberitahu siapapun tentang mencari Dharma. Siamak menyahut, “aku sedikit ketakutan akhir-akhir ini jadi ku pikir aku akan pergi untuk berpetualang.” Noor mengingatkan Siamak kalau dirinya pernah berjanji pada Justin bahwa dirinya akan melindungi Noor, “dan sekarang menyembunyikan sesuatu dariku?” Siuamak dengan terpaksa memberitahu Noor, “aku akan peri dengan Ashok untuk menemukan ratu Dharma.” Noor tertegun, “kau tidak boleh pergi kemana-mana begitu juga Ashoka.” Lalu dengan marah dia meningalkan Siamak.
Ashok mendatangi klub bertarung Eravat. Dia melihat banyak orang sedang berlatih di sana. Ashok mengamati mereka satu persatu lalau menguatkan diri untuk menemui mereka. Sebelum melangkah Ashok memotivasi dirinya sendiri dengan berdoa, “semoga sukses!” Lalu tanpa gentar dia melangkah ke arena. Latigan terus berlangsung seolah tidak terganggu dengan kedatangan Ashok. Ashok melangkah perlahan sambil menatap ke sekiling. Tiba-tiba seorang menegurnya, “hei.. kau siapa?” Ashok balik bertanya, “Eravat di mana?” Telinga seseorang menengang begitu Ashok menyebut nama Eravat, seorang pria gagah dengan bekas luka-luka di tubuhny menjawab, “tidak ada orang dengan nama itu di sini. Pergilah!” Ashok menjawab, “aku punya satu pertanyaan dan hanya Eravat yang bisa menjawabnya. Sebelum itu, aku tidak akan pergi dari tempat ini.” Pria itu bertanya, “pertanyaan apa?” Ashok menjawab kalau dirinya hanya akan menanyakan itu pada eravat saja. Pria itu mengatai Ashok, “kau gila!” Lalu dia menyuruh anak buahnya memlempar Ashok keluar dari tempat itu. Bberapa orang bersenjata lalu mengelilingi Ashok dan bersiap untuk menghajarnya. Ashok pun mengangkat pedang dengan siaga, “aku tidak akan pergi hingga Eravat menjawab pertanyaanku. Aku akan bangga jika harus mati di sini. Orang-orang bersenjata itu sudah siap hendak menyerang Ashok tapi seseorang menghentikannya. Ashok menoleh kearah asal suara. Seorang pria dengan mata buta sebelah datang ke dalam arena. Ashok langsung menurunkan pedangnya. Pria itu melangkah mendekati Ashok. Ashok memberinya salam dan berkata, “anda pasti Eravat… anda pernah bersama Khorasan 14 tahun yang lalau. Aku Ashok dan aku membutuhkan bantuan. AKu ingin bertanya tentang Khorasan.” Eravat menjawab dengan dengan ketus, “aku telah meninggalkan ketentaraan dan aku tidak ingin bicara tentang Khorasan. Tinggalkan tempat ini!” Ashoik memberitahu eravat kalau dirinya datang dengan satu misi, “lalu bagaimana aku bisa pergi?” Eravat mengingatkan Ashok kalau terlalu percaya diri itu tidak baik, “ini prajurit terkuatku. Kau tidak akan tahan menerima pukulannya.” Ashok menjawab tanpa pikir panjang, “bukan satu tapi 3 pukulan. Jika aku masih bisa menahannya, maka anda harus menjawab pertanyaanku.” Eravat menyahut, “kau akanmati!” Ashok menjawab, “kalau begitu tidak ada masalah. Apakah anda menerima tantanganku?” Eravat terlihat berpikir sebentar, dia melirik prajuritnya lalau mengangguk.
Khorasan sedang memerintahkan prajuritnya agar menemukan Dharma dan membawanya kemari. Noor mendatanginya dan dengan cemas memberitahu kalau Ashok sedang pergi mencari Dharma, “kalau dia tahu apa yang akan kita lakukan pada Dharma maka ini akan menjadi masalah buat kita.” Khorasan memeritahu Noor kalau dia akan memyuruh prajurit membuntuti Ashok. Noor mengingatkan Khorasan kalau pendeta pernah berkata bahwa putra ketiga bindu akan selamat. Tapi Siamak bukan anaknya, jadi…” Khorasan menyela, ‘jika itu benar maka putra ketiga bindu adalah anak Dharma. Dia sedang hamil ketika aku pergi untuk membunuhnya. Kalau dia masih hidup, berarti anaknya juga masih hidup.” Noor berkata dengan cemas, “dia pasti datang kesini untuk menjadikan anaknya sebagai ahli waris.”
Ashok dan prajurit eravat saling berhadapan. tanpa buang waktu si prajurit segera meninju Ashok yang langsung membuat Ashok terpelanting kebelakang dan tersungkur di tanah. Melihat itu si prajurit tersenyum bangga. Ashok bangkit dengan sedikit sempoyomgan lalu berdiri di hadapan siprajurit sambil berkata mengejek Eravat, “jadi ini pejuang terkuat mu? Oh aku tahu, dia kan cuma terlihat seperti pejuang dan lagi dia di sinikan untuk menghibur.” Prajurit dengan kesal meninju Ashok lagi. Ashok kembali tersungkur jatuh. Tapi masih bisa berdiri. Ashok membasahi wajahnya dengan air lalu melangkah menghampiri si prajurit sambil tersenyum. tanpa buang waktu, si prajurit sekali lagi memukul Ashok dengan keras. Ashok kembali terpelanting. Kali ini dengan darah yang keluar dari bibirnya yang pecah. Ashok tergeletak di tanah. Si prajurit tertawa senang. Eravatpun tersenyum puas. Para penonton menunggu dengan harap-harap cemas. Seorang prajurit yang lain berteriak mengelu-elukan temannya yang ternyata bernama jamawan. Si Jamawan tertawa bangga. Tapi tak seorangpun yang bersorak untuknya. Semua mata tertujuh pada Ashok yang tergeletak dengan mata terpejam. Si prajurit akhirnya menghentikan teriakannya dan turun menatap ke arah Ashok.
Ashok teringat akan janjinya untuk membawa Dharma kembali pada Bindu. Kekuatan keinginannya begitu besar, sehingga dalam kepayahan itu dia masih bisa tersadar. Perlahan-lahan Ashok mengerakan jemarinya, lalu membuka matanya. Gerakan Ashok itu membuat semua penonton yang menungu bersemangat dan meneriakan namanya, “ashok…ashok…!” secara serentak. Ashok semakin termotivasi. Dia mencoba untuk bangkit berdiri meski sempoyongan dan mata berkunang-kunang. Jamawan terpana tak percaya. Ahsok mengusap darah yang menetes di bibirnya. Jamawan meraih pedang dan hendak menyerang Ashok, tapi Eravat menangkis pedang itu dan menyentakannya sehingga si prajurit terdorong kebelakang. Suasana tegang sesaat. Seorang prajurit lain mengambil pedang dari tangan eravat. Eravat menatap Jamawan sambil berkata, “tempat ini memiliki peraturan, Jamawan. Kita menghormati pejuang dan anak ini adalah pejuang sejati…” Eravat mengambil pedang Ashok danmengamatinya sejenak, “pedang Chadragupta Maurya?” Eravat dengan kedua tanganya menyerahkan pedang itu pad Ashok, Ashok mengambil pedang itu. Eravat berkata, “kau bukan orang biasa. Aku beruntung dapat berbicara dengan seseorang yang seperti Chandragupta. Aku temanmu mulai sekarang, kau bisa meminta bantuan dariku.” Ashok kembali menanyakan tentang peristiwa 14 tahun yang lalu ketika Bindu meminta Khorasan untuk membawa Dharma ke istana, “tapi ketika dia tiba di sana, gubuknya terbakar. AKu ingin tahu nama tempat itu.” Eravat mengatakan kalau istri Bindusara itu tinggal di tempat bernama Champanagri. Ashok terkejut, “Champanagri? kebetulan sekali bahwa ibuku dulu juga tinggal di tempat itu sebelum ayahnya meninggal dan gubuknya terbakar. Aku harus menemukan kebenarannya.”
Noor memberitahu Khorasan kalau Sushim akan di tangani oleh Helena, “tapi jika ada lagi anak bindu yang lain, maka akan menjadi masalah bagi kita.” Khorasan menyahut, “jangan khawatir, jika putra Dharma masih hidup maka aku akan membunuhnya.” Noor mengingatkan Khorasan kalau Ashok akan menemukan Dharma lebih dahulu dari kita. Khorasan meminta Noor agar tenang karena dirinya yang akan menangani masalah itu. Dharma yang besembunyi di belakang pilar tak jauh dari mereka terkejut…. Sinopsis Ashoka Samrat episod2 131 by Mey Lest