Dongeng Kera dan Kura-kura by Meysha Lestari

Dongeng Kera dan Kura-kura by Meysha Lestari. Pada Zaman dulu kala, di tepi sungai, tinggalkan seekor kura dan kera yang hidup rukun dan damai. Meski mereka mempunyai tabiat yang bebeda, tapi mereka tidak saling menggangu dan tidak saling menyakiti. Malah sebenarnya mereka jarang bertemu, karena Kera sibuk bermain bersama teman-temannya di hutan, sementara kura-kura sibuk mengumpulkan makanan. 

Pada suatu hari, kura-kura sedang  berenang di danau. Muncul kera dengan wajah ceria menegurnya, “kura-kura, apa yang sedang kau lakukan?”  Kura-kura menjawab, “aku sedang berusaha menangkap ikan untuk makan siang. Tapi dari tadi aku tidak juga berhasil menangkap barang satu ekorpun. Perutku sudah sangat lapar.” 

Kera menyentuh perutnya yang juga sangat lapar setelah bermain. Dia berpikir, “alangkah enaknya makan ikan panggang di siang hari, hmmm..” Lalu muncul ide cemerlang di benak kera. Sambil tersenyum licik dia berkata pada kura-kura, “kura-kura, sang kancil tadi mengundang penghuni hutan makan di rumahnya. Dia juga berpesan agar mengajak serta dirimu…”

Wajah kura-kura menjadi sangat gembira, “ya sudah, kalau begitu kita segera peri kesana.” Tapi Kera melarangnya, “jangan. Tidak enak rasanya kalau pergi ke sana tanpa membawa apa-apa. Bagaimana kalau kau tangkapkan beberapa ekor ikan dan aku mencari kayu bakar?” Kura-kura dengan heran bertanya, “untuk apa kayu bakar? Bukankah kita akan makan siang di rumah sang Kancil?” Kera berkata bahwa untuk memyakinkan sang kancil bahwa mereka memberikan hadiah terbaik, dia harus mencicipinya dulu, apakah ikan itu lezat atau tidak, “jangan sampai kita malu karena membawakan makanan yang tidak lezat.”

monyet dan pisangKura-kura mengangguk setuju. Dia segera berenang dan menangkap ikan kesana-kemari, sementara kera mengumpukan kayu lalu membuat api ungun. Setiap mendapat ikan, kura-kura memberikannya pada kera. lalu dia menyelam lagi untuk menangkap ikan yang lainnya. Setiap kali dia muncul kepermukaan air dan bertanya apakah ikannya sudah cukup, keras selalu menjawab kurang beberapa lagi. Padahal ikan yang di kumpulkan kura-kura sudah sangat banyak. Tapi kera dengan santainya membakar ikan-ikan dan menyantapnya sendiri. Karena kelelahan, kura-kura akhirnya naik ke permukaan dan menghampiri si kera. Dia terkejut melihat tulang-tulang ikan berserakan dan kera yang sedang mendengkur kekenyangan.

Seekor burung gagak hinggap di antara tumpukan duri-duri ikan mematuki sisa daging ikan yang di tinggalkan si kera. Dengan wajah menahan lela, kura-kura bertanya, “gagak, apakah kau tidak di undang sang kancing? Katanya dia mengundang semua penghuni hutan untuk makan-makan di rumahnya.” Gagak dengan acuh tak acuh menjawab, “bagaimana mau memberi makan, sang kancil saja tidak bisa pulang kerumahnya dari kemarin, karena dia telah membuat marah pak Buaya.”

Tahulah Kura-kura kalau  Kera telah menipu dirinya. Dengan menahan rasa kesal, dia membangunkan si kera, “Kera…kera, bangunlah! Pak buaya mencarimu!” Kera dengan mata terpejam bertanya, ‘kenapa mencariku?” Kura-kura memberitahu kalau pak buaya sedang marah-marah karena merasa di tipu si kera, “mereka baru pulang dari rumah sang Kancil dan tidak menemukan apa-apa. pak buaya bilang, kalau kau tidak mengambilkan dia setandan pisang, dia akan menelanmu bulat-bulat!”

Kera segera tersentak bangun, “menelanku? Bagaimana mungkin? aku kan cuma menipu dirimu bukan menipu pak buaya!” Mendengar pengakuan kera, Kura-kura semakin menahan kesal, “mana aku tahu. Tapi itu pesan yang ku dengar dari si burung gagak. Cepatlah kau pergi mencari setandan pisang masak, dan membawanya kesini. Kalau pak buaya sampai ke sini dan kau tidak punya pisang, di pasti akan marah dan……”

Kera segera menyahut cepat, “okey..okey… aku akan segera mencarikan setandan pisang matang untuknya. ” Kera segera pergi ke tempat dia menyembunyikan tandan pisang matang yang dia temukan di hutan. Dia menatap pisang berwarna keemasan itu dengan air liur. Kera berguman sedih, “alangkah lezatnya pisang ini, aku akan memakannya esok hari. Tapi kalau aku tidak memberikan pisang ini pada pak buaya, maka besok aku tidak akan bisa memakannya, karena pak buaya pasti akan menelanku.”

Lalu dengan wajah sedih Kera membawa tandan pisang ke tepi sungai, dia berniat akan menyerahkan pisang itu pada buaya. Tapi kera mencegahnya, “tunggu kera, pak buaya tadi berpesan agar aku mencicipi dulu pisang itu sebelum kau serahkan padanya. Dia takut kalau kau menaburi pisang itu dengan racun untuk membunuhnya.” Kera dengan sedih campur kesal berkata, “mana mungkin aku berbuat seperi itu, kura-kura?” Kura-kura memetik sebuah pisang dari tandan sambil berkata, “ya siapa tahu?” Lalu lura-kura it memakannya. Satu, dua, tiga…. Setiap kali Kera menyuruh kura-kura berhenti memakan pisangnya, kura-kura menjawab kalau rasa pisang itu sedikit mencurigakan. Setelah kekenyangan, kura-kura baru berhenti makan. Lalu dia mengucapkan terima kasih dan sebelum masuk kedalam sungai dia berkata, “pisangnya lezat sekali, tapi sayang aku sudah kekenyangan.” 

Si kera tersadar kalau kura-kura telah menipunya. Tapi dia tidak marah, karena dia juga telah menipu si kura-kura dan memakan ikannya.  Sambil mengangkat pisang yang tinggal setengah tandan, kerapun pulang ke tumahnya. Begitulah adik-adik, setiap perbuatan pasti ada balasan. Orang yang suka menipu suatu ketika pasti akan tertipu.