Sinopsis Ashoka Samrat episode 80 by Jonathan Bay

Sinopsis Ashoka Samrat episode 80 by Jonathan Bay. Bindusara meminta maaf pada Chanakya atas nama Sushim, “adalah dosa menghina guru dan ini terjadi di depanku. Aku sangat malu.” Dengan penuh penyesalan, Bindusara melipat tanganya dan menundukan kepala di depan Chanakya di saksikan oleh perdana menteri dan anggota keluarga. Melihat itu Chanakya bertanya, “apa yang anda lakukan?” Bindu menjawab, “ini untuk menunjukan pada orang-orang bahwa tidak ada seorangpun yang berhak untuk menghinamu ketika samrat Magadha bersujud padamu.”

Perdana menteri menemui Charumitra dan memberitahu kalau Samrat sangat marah dengan apa yang terjadi hari ini, “kita harus menenangkannya. Pangeran Sushim harus membangun kembali imagenya di hadapan samrat.” Charu setuju dengan usulan perdana menteri, ‘Sushim harus meminta maaf pada achari Chanakya di hadapan semua orang. AKu akan menentukan waktunya tapi pertama-tama kita harus membujuk samrat.” Sushim yang mendengarkan pembicaraan itu menyahut, “aku akan melakukan apapun yang kau inginkan, ma.” Charu mengingatkan Sushim, “setiap kali kau menentangku, kau menghancurkan dirimu sendiri. Kontrollah kemarahanmu. AKu akan memastikan kalau tak seorangpun menjadi ahli waris.”

Bindu dengan masih di liputi rasa sesal berkata pada Chanakya, “aku telah melakukan kesalahan besar dengan menjadikan Sushim sebagai pewaris, sekarang aku bahkan tidak yakin kalau Sushim akan berubah atau tidak di masa depan.” Chanakya menenangkan, “jika keputusan besar harus terhenti hari ini maka pasti ada alasan baliknya. Anda pasti akan mempunyai anak yang akan mengambil alih Dianasti maurya kedepannya. Dia akan menulis sejarah. Aku pikir kita harus kosentrasi pada satu hal lagi. Siapapun yang akan menjadi ahli waris, dia akan membutuhkan kepala pasukan yang kuat. jadi kita harus mengumumkan kepala pasukan itu sekarang sehingga kita bisa mulai mendidiknya.” Bindu berkata kalau dia sduah punya pilihan di benaknya, “dan aku yakin anda akan setuju dengan pilihanku itu, achari.” Chanakya mengangkat alisnya dengan Sinopsis Ashoka Samratpenasaran. Bindu berkata, “Ashok.. aku ingin Ashok menjadi kepala pasukan.” Ashok tertegun. Justin dan Helena mengangkat alis tak percaya. Noor dan Ahenkara juga. tapi Siamak tersenyum senang. Melihat raut wajah Ashok, Bindu bertanya, “apakah kau setuju Ashok?” Ashok menjawab kalau dirinya tidak bisa mengambil keputusan tergesa-gesa, “berilah saya sedikit waktu.” Bindu menjawab, “ambilah waktu mu, tapi kalau kau tidak setuju maka itu akan menyakiti aku.” Ashok tertunduk. Dharma yang terkejut dengan penunjukan Ashok terlihat cemas.

Ashok sedang berjalan di lorong istana ketika Chanakya memanggilnya. Ashok menoleh. Chanakya bertanya, “kau mencari siapa?” Ashok menjawab kalau dirinya sedang memikirkan tawaran dari bindu, “haruskan aku menjadi kepala pasukan atau tidak?” Chanakya menyahut kalau dirinya berdoa untuk Ashok semoga selalu mendapatkan apa yang dia inginkan. Ashok memberitahu Chanakya kalau Siamak telah melakukan hal yang besar dengan menceritakan hal yang sebenarnya tentang Sushim pad Chanakya, “sehingga anda bisa menghentikan samrat karena telah mengambil keputusan yang salah dan mengajukan nama pangeran Siamak sebagai ahli waris. Aku yakin, pangeran Siamak akan menjadi raja yang besar.” Chanakya menjawab, bukan begitu. Tapi nasib Magadha yang menentukan siapa yang akan menjadi pewaris samrat Bindusara. Apapun yang akan terjadi di masa depan akan mempunyai alasan di belakangnya.” Ashok yang cerdas langsung terpikir, ‘apakah anda ingin mengatakan kalau ada orang lain lagi yang dapat menjadi pewaris samrat?” Chanakyaa tidak menjawab pertanyaan Ashok, dia mengalihkan pembicaraan dengan mengatakan kalau saat ini dia sedang memikirkan tentang posisi kepala pasukan. Ashok berkata, “aku telah mengalami banyak ketidakadilan di istana, jadi aku ragu apakah ada gunanya mendapatkan titel atau tidak.”

Chanakya mengingatkan Ashok kalau Bindu juga tinggal di istana, “dia tidak pernah melakukan ketidakadilan, dengan segala tipu muslihat dan perangkap disekelilingnya, dia tidak pernah menyerah pada siapapun. Apakah itu mudah baginya? tapi dia tidak pernah merasa terganggu. Jika kau pikir tentang dirimu sendiri, maka kau akan melarikan diri dari sini tapi jika kau inggin melakukan sesuatu untuk negerimu maka kau akan mendapat kesempatan untuk menghapus musuh dari tanah ini. Terserah padamu apapilihan yang kau pilih. jangan lupa bahwa dengan menjadi kepala pasukan, kau akan dapat melindungi ibumu dan dirimu sendiri. Apakah kau sudah bicara pada ibumu?”

Dharma sedang melayani para ratu. Dia emnuang air sambil berpikir, “ashok telah melakukan pekerjaan yang baik di komeptisi dan aku bahkan belum mengucapkan selamat padanya. Aku akan menemui dia malam ini.” Subhrasi berkata, “maharani Charumitra pasti sedih sekarang.” Agni setuju dengan apa yang di katakan Chanakya, ‘samrat seharusnya tidak terburu-buru dalam menentukan ahli warisnya.” Agni menyerigai dan membatin, “setelah beberapa hari lagi tidak akan ada Dinasti Maurya.” Helena menimpali, “semua kepurusan adalah untuk kepentingan magadha.” Helena melihat Dharma dan bertanya, “apa yang kau lakukan di sini?” Dharma membeirtahu kalau dirinya hanya berdiri aja. Helena mengatakan kalau mereka akan mengadakan cara patelia di mana mempelai wanita akan memberikan beberapa bajunya pada dewa yunanu, “kau pergilah bersama aginisika untuk membawa beberapa bajunya.” Dharma mengangguk. Helena berkata kalau Dharma akan pergi malam ini. Dharma terkejut, “apa?” Helena dengan curiga bertanya, “apakah kau punya pekerjaan malam ini?” Dharma menjawab dengan cepat, “tidak. Saya akan pergi denganya.”

Chanakya bertanya pada Ashok, “tidakkah kau ingin bicara padanya?” Ashok memberitahu Chanakya kalau dirinya sedang menghukum diri, ‘aku tidak akan menemuinya sampai aku menjadi sesuatu.: Chanakya mengingatkan< ‘samrat telah memilihmu untuk menjadi kepala pasukan. Apakah itu tidak cukup? Pergi dan temuilah dia!”

Subhrasi melihat Dharma yangtegang. Dia bertanya pada Helena, “bolehkan aku meminta Dharma tinggal di sini sebentar? Dia akan menemani drupat makan.” Helena tidak keberatan. Dharma kemudian tinggal bersama Subhrasi sementara Helena dan Agnisika pergi. Subhrasi menanyai Dharma dengan penuh perhatian, ‘apakah kau ingin pergi ke suatu tempat?” Melihat ketegangan Dharma, Subhrasi bertanya, “rasa sakit sepeti apa yang kau simpan di hatimu? AKu merasa kau menyembunyikan sesuatu dariku. AKua hanya ingin mengatakan jika kau mau kau bisa membagi apapun denganku dan bahkan jika kau tidak mempercayaiku aku baik-baik saja.” Dharma menjawab dengan sedikit gugup, “bukan sepetri itu. 15 tahun yang lalau aku menikah dengan seorang pria yang aku cinta..” Subhrasi bertanya, “lalu apa yang terjadi?”  Dharma teringat bagaimana Khorasan datang dan membakar rumahnya, Dharma terlihat sedih dan meneteskan airmata. Subhrasi tersentuh, “cukup. AKu tidak akan bertanya lagi. Kau boleh pergi melakukan puja.”

Siamak sedang menatap semut yang sedng hilir mudik di lantai dan di dinding. Tiba-tiba sebuah kaki menginjak semut-semut itu. Siamak kaget dan mengangkat wajahnya. DIa melihat Khorasan berdiri menatapnya.

Iswari bertanya pada Chanakya, “kenapa anda memberikan nama pangeran Siamak sebagai pewaris, achari?” Chanakya menjelaskan, “belum saatnya untuk mengumumkan nama Ashok, tapi aku harus menghentikan samrat membuat sushim pewarisnya jadi aku memberikan nama Siamak.”

Khorasan menghampiri Siamak dan berkata, “achari Chanakya memberikan namamu sebagai pewaris but sebanyak yang aku tahu, dia tidak akan membiarkan dirimumenjadi raja.” Siamak bertanya, “mengapa?”

Chanakya memberitahu Iswari kalau Siamak memiliki darah Khorasanai, “dia akan duduk di tahta tapi Khorasan dan noor yang akan memerintahnya, lalu mereka akan memerintah seperi yang lainnya.”

Khorasan menasehari Siamak agar menjadi sangat kuat hingga Chanakya tidak bisa mempermainkannya. Khorasan mengeluarkan pisau dan mengiris lengan Siamak. Siamak menjerit kesakitan. Khorasan berkata, “luka ini akan selalu mengingatkanmu apa yang telah aku katakan.”

Pada acara makan malam, Helena memberitahu Bindusara kalau istana baru hampir selesai di bangun, “kita harus memberi hadiah pada pekerja dari Ujjain sehingga kita bisa mulai persiapan pernikahan.” Charu datang dan bertanya pada Bindusara, “anda sepetrinya masih marah pada Sushim.” Bindu dengan kesal menjawab kalau dirinya lebih marah pada Charumitra, “sebagai ibu, kau tidak mengajarinya bagaimana berperilaku.” Charu memberitahu Bindu kalau Sushim akan melakukan bunuh diri, tapi aku mencegahnya. Dia bilang dia tidak akan muncul di hadapanmu sampai dia meminta maaf pada acharti Chanakya dengan sepernuh hati.” Bindu berkata dengan dingin, “aku ingin melihat dia melakukan itu.”

Khorasan menyuruh siamak duduk di samping samrat. Siamak segera berlari menghampiri Bindu, memberi hormat padanya dan lalu duduk disampingnya. Charu tidak suka melihat itu, tapi tiudak bisa protes. Dia hanya bisa membatin, “semua bisa memainkan peranannya tapi hanya anakku yang akan menjadi ahli waris. Untuk itu, aku harus meredahkan kemarahan samrat di malam hari.” Lalu tanpa pamit, Charu pergi dari hadapan Bindusara.

Ashok seorang diri di kamar. DI ateringat bagaimana Bindu menawarinya posisi sebagai kepala pasukan. Ashok berpikir, “bagaimana aku bisa mengambil keputusan tanpa bertanya pada ibu..tapi ibu pasti sibuk di istana.” Ashok membalikan badan dan tertegun saat melihat sesosok tubuh memasuki pintu. Ashok tidak bisa melihatnya karena silau. Dengan waspada dia mengambil tongkat yang ada tak jauh darinya dan bersiaga. Tapi ketika sosok itu semakin jelas, Ashok menjadi terpana hingga tongkatnya terjatuh ketanah, “ma??” Dharma menghampiri Ashok sambil menangis. Ashok pun terlihat sedih…. Sinopsis Ashoka Samrat episode 81 by Jonathan Bay