Sinopsis Ashoka Samrat episode 56 by Jonathan bay

Sinopsis Ashoka Samrat episode 56 by Jonathan bay. Bindusara kecewa dengan apa yang di lakuka Sushim. Di amengatakan isi hatinya pada Charumitra dengan nada yang berapi-api, “kesalahan Sushim pantas mendapat hukuman. Bisakan masadepan Magadha diserahkan di tangan seseorang seperti Sushim yang tidak punya kesopanan, tidak punya malu, tidak mengerti kebenaran. Tidak aku tidak akan menerima maafnya.” Charu menghampiri Bindu, “samrat, aku tahu Sushim melakukan kesalahan. Tapi apa yang di lakukannya adalah karena dia sangat mencintaimu. Dia tak dapat melihat cinta ayahnya terbagi. Dia menjadi no 1 di kompetisi tapi anda malah mengkhawatirkan Ashok. Dia bisa menerima cinta anda terbagi antara saudaranya, Siamak dan Drupat. Tapi Ashok? Dia hanya anak biasa, tapi apa yang di lakukannya? Dia meletakan tombak di leher Sushim. Sushim bisa saja diam dan Ashok di buang dari sekolah. Tapi dia mengatakan yang sebenarnya. ashoka samrat 56Dia sedang di hukum sekarang. Semua orang melakukan kesalahan. Tapi menerima kesalahan dan mendapatkan hukuman tidak semua orang mampu melakukannya.” Bindu memberitahu Charu kalau dirinya tidak bisa terlibat dalam masalah sekolah, “jadi aku tidak akan meringankan hukumannya.” Setelah berkata begitu Bindu pergi meninggalkan Charumitra. Charu berguman, “entah apa yang telah di berikam Subhadragi pada samrat bahkan setelah kematiannya, dia masih di butakan oleh anaknya.”

Dharma dan Kasturi datang ke klinik. Mereka melihat tentara di pintu masuk. Keduanya bingung harus bagaimana. Kasturi mendapatkan ide. Dia mendekati pelayan dan menunjukan nampan makanan yang di bawanya. Penjaga melayani Kasturi. Kasturi memberi isyarat pada Dharma agar menyelinap ke klinik yang kini tanpa pengawasan. Kasturi meminta izin pada penjaga untuk mengantarkan makanan pada Ashok. Tapi penjaga melarangnya. Tiba-tiba terdengar pengumuman kalau Samrat datang. Kasturi menjadi cemas.

Dharma berhasil masuk keklinik. Dia melihat Ashok terbaring pingsan di ranjang klinik di kelilingi para guru dan seorang perawat wanita. Dharma bersembunyi di belakang rak sambil mengawasi keadaan. Ketika para guru pergi, kasturi berhasil masuk ke klinik dan memberitahu Dharma kalau Samrat bisa datang setiap saat.

Ashok tersadar dari pingsannya dan mengaduh kalau dirinya merasa sakit. Perawat mengoleskan ramuan pada lukanya. Ashok berkata kalau ibunya bisa membuat obat yang tidak menyebabkan rasa sakit pada luka. Perawat menjawab kalau tidak seorangpun bisa membuat obat seperti dia. Perawat membujuk Ashok, “obat akan menyebabkan iritasi di lukamu, tapi kau harus mengoleskannya.” Mendengar itu, Dharma berkata pada Kasturi kalau dirinya akan membuat obat untuk Ashok, “tolong lakukan sesuatu.” Kasturi menghampiri perawat dan berkata, “samrat akan datang kesini, kita sebaiknya peri.” Perawat pergi bersama kasturi. Dharma menghampiri Ashok yang sedang tertidur. Dia menatapnya sambil menangis. Kenangan masa-masa indah saat mereka tinggal di Vann terbayang kembali di benak Dharma. Dharma hendak menyentuh Ashok. Tapi tidak jadi. Dia bergegas membuat ramuan obat dan segera mengoleskannya di luka Ashok. Dalam tidurnya, Ashok memanggil, “ma..!” Dharma tersentak kaget. Dia menangis pilu. Tiba-tiba terdengar pengumuman kalau Bindusara datang. Dharma segera berdiri membelakanginya. Bindu menatap Ashok yang terbaring dan bertanya pada Dharma, “ashok bagaimana keadaannya?” Dharma menyahut, “dia akan segera baik-baik saja.” Ashok membuka matanya sebelah, tapi tidak cukup jelas untuk melihat sosok dharma. Bindu melangkah mendekati Ashok. Dharma segera bergeser dan bersembunyi di belakang bindu. Ashok membuka matanya dan berkata, “ma?” Ashok tidak bisa melihat Dharma, dia melihat Bindu dan menyapa, “Samrat? Anda…?” Bindu duduk di tepi tempat tidur Ashok sambil berkata, “aku tahu kau terluka, karena itu aku datang menemuimu.” Ashok memberitahu Bindu kalau dirinya merasakan kehadiran ibunya diklinik ini. Bindu menjawab, “ibumu dulu bekerja disini karena itu kau merasakan kehadirannya di sini. Aku merasakan kehadirannya juga.” Dharma mengintip mereka berdua dari balik pintu. Kasturi datang dan mengajak Dharma peri. Dharma menurut.

Bindu dan Ashok berbincang-bincang. Bindu meminta maaf pada Ashok atas perilaku Sushim padanya. Ashok menjawab, “jangan berkata seperi itu. Aku juga melakukan kesalahan dengan menodongkan tombak di lehernya, bukan karena dia pangeran, tapi karena dia putramu. Anda telah sangat banyak menolongku dan aku seharusnya menghormati itu.”

Sushim menjalankan hukumannya dengan merangkak di bawah lintasan berlumpur yang diatasnya di berikan kawat-kawat berduri. Ahenkara dengan setia menemaninya. Ahenkara bertanya, “kenapa kau mengatakan kebenaran? Sekarang kau menerima hukuman. Akankah lintasan ini berakhir?” Sushim terlihat marah. Ahenkara prihatin melihatnya. Dia bergegas pergi menemui Charumitra dan mengatakan tentang hukuman apa yang saat ini sedang di jalani Sushim. Charu pun terlihat prihatin. Dia berkata, “aku tahu siapa yang bisa meringankan hukuman untuknya..”

Helena sedang berincang-bincang dengan Raja Ji tentang Chanakya yang telah memperketat keamanan Patliputra. Raja Ji berkata dirinya harus segera membuat istana secepatnya dengan semen dan bata yang di bawanya. Helena meminta Raja ji agar tidak khawatir, “apapun yang kau butuhkan, kau akan mendapatkannya…” helena membalikan badannya dan tertegun saat melihat sebuah bayangan dibelakang tirai. helena memberi isyarat pada Raja ji. raja ji segera mengalihkan pembicaraan sementara Helena mendekati tirai dan menarik keluar sosok yang ada di belakangnya. Dia tidak tampak terkejut saat menemukan  Charumitra. Helena bertanya, “apa yang sedang kau lakukan di sini?” Charu menjawab kalau dirinya ingin meminta Helena menyuruh Bindusara meringankan hukuman untuk Sushim. Tapi Helena sepertinya tidak percaya.

Helena dengan tatapan menyelidik bertanya, “kau sedang mendengarkan pembicaraan kami dari balik tirai?” Charu menjawab, “apa yang anda bicarakan sehingga anda tidak ingin aku mendengarnya? Sekarang aku yakin, anda sedang membuat konspirasi.” Helena berkata kalau dirinya tidak akan melakukan apapun untuk Sushim. Charu dengan marah berkata, “sekarang aku akan memastikan bahwa istana itu tidakakan dibuat dengan semen dan bata yang di bawah oleh raja ji!” Setelah berkata begitu Charu segera pergi menemui Bindusara.

pada Bindu Charu berkata kalau mereka tidak seharusnya mengambil apapun yang dibawa Rajaji karena mereka dari pihak wanita, “kita harus menggunakan semen, pekerja dan balok kita sendiri untuk membuat istana itu.” Helena datang dan memberitahu Bindu kalau dia mengetahui bahwa seseorang sedang melakukan sihir hitam di istana. Helena megajak Bindu pergi ke ruang pengadilan.

Bindu tiba di ruang pengadilan. Seorang pria di bawah ke hadapannya. Khorasan berkata kalau pria itu terlibat dalam praktek sihir hitam. Bindu memerintahkan agar orang itu di penggal, “tidak ada seorangpun yang boleh melakukan sihir hitam. Jika ada orang yang di temukan bersalah maka dia akan di beri hukuman mati.” Mendengar itu Charu menjadi tegang. Helena mengulang kata-kata Bindusara, “maksumu Samrat, siapapun yang terlibat dengan sihir hitam akan di beri hukuman mati? Pesan ini harus jelas untuk semua orang. Aku mendapat tahu, saat pelayan Subhrasi meninggal, dia memegang boneka yang aneh di tanganya. Sekarang aku terpikir bahwa boneka itu mungkin punya hubungan dengan praktek sihir hitam. Tidak tahu apakah dia sendiri yang melakukan sihir hitam atau dia menangkap seseorang yangs edang melakukan sihir hitam karena itu dia di bunuh.” Charu teringat bagaimana laksmi memergokinya dan dia terpaksa membunuhnya. Bindu segera meminta perdanan menteri menyelidiki kasus pelayan Subhrasi lagi. Charu tertegun panik.

Helena bertanya pada Bindu apakah dia ingin mengatakan sesuatu pada raja jiraj? Bindu mengatakan kalau Charu telah memberinya saran agar dia memberi semen dan segalanya untuk pembangunan istana. Charu berubah pikiran ddan berkata, “tidak samrat, aku memikirkannya lagi. Dan sekarang ku pikir mungkin Raja Ji tidak suka jika kita terlibat dalam urusannya. Jadi biarkan beliau membawa semen dang segala keperluannya sendiri.” Bindu mengangguk setuju, “kau benar, Maharani. Jika dia membutuhkan bantuan, kita akan memberikannya.” Setelah itu Bindu pergi. Helena mendekati Charumitra dan berbisik, “ku harap kau tidak akan pernah lupa perlajaran ini sepanjang hidupmu.” helena pun pergi meninggalkan Charu yang terlihat sangat tegang.

Ashok masih terbaring di klinik. Dia tertidur lelap. Sushim datang bersama Ahenkara. Di amengeluarkan pisau dan menghunuskannya ke leher Ashoka. Ashoka terbangun dengan kaget. Sushim menyerigai dan berkata, “jangan khawatir, aku tidak akan membunuhmu tapi akan menghancurkan egomu. hari ini kau telah menjadi orang besar di mata orang banyak tapi aku tak ingin orang berkata kalai Ashok mengalahkan Sushim. Tidak aku tidak bisa menanggung karena kalah dari pertarungan ini. Jika kau di buang hari ini, maka orang-orang akan mengatakan kalau kau menang dari aku, orang besar dan lai-lainnya. Aku ingin kau pergi dari sekolah ini dengan pikiran orang bahwa kau hanya orang biasa yang mendapat anugerahh dari Samrat. Sekarang aku yang akan memainkan permainan denganmu.” Ahenkara sambil tersenyum ikut bertanya, “apakah kau siap? Karena permainan sebenarnya akan segera dimulai sekarang!” Setelah berkata begitu, Sushim dan Ahenkara meninggalkan Ashok. Asok bangkit dari berbaringnya dan berkata, “kepercayaan diriku terkain dengan ayahmu dan keyakinan ibuku padaku. Ini tidak dapat di hancurkan oleh apapun yang akan kau lakukan pangeran Sushim..” Sinopsis Ashoka Samrat episode 57 by Jonathan bay