Sinopsis Ashoka Samrat episode 38 by Jonathan bay

Sinopsis Ashoka Samrat episode 38 by Jonathan  bay. Bindu bertanya, “kau kemari ada apa?” Sushim berkata kalau dirinya membawakan surat dari ibu suri untuknya. Bindu mengambil surat itu sambil berkata, “seorang bisa datang untuk mengantarnya.” Sushim berdalih, “…lalu bagaimana aku bisa bertemu anda, ayah? Aku sedih tinggal di istana sendiri tanpamu. Hatiku sakit karena andaa bahkan tidak berpikir untuk membagi dukamu denganku. Jadi aku terpikir untuk menyusulmu kemari dan melihat keadaanmu. Apakah anda baik-baik saja, ayah?” Bindu tersenyum, “aku baik-baik saja. Ketika anak begitu peduli pada ayahnya maka ayahnya akan merasa baik.” Bindu kemudian memeluk Sushim. Ashok sedih melihat kemesraan Bindu dan Sushim. Sushim menyerigai senang melihat kesedihan Ashok.

ashoka samrat 38Noor dan Justine sedang menikmati kebersamaan mereka. Noor duduk di tempat tidur sementara Justin berbaring di sampingnya. Noor mengungkapkan isi hatinya pada Justin. Menurutnya kini mereka berdua sudah saling memahami dengan baik, “aku hidup hanya karena cintamu saja. Dulu setiap kali kau pergi dari istana, aku selalu merasa kalau kau tidak akan kembali. Tetapi sekarang aku mulai mempercayaimu. Aku merasa kalau kau tidak akan peranh meninggalkan aku. Kau tidak akan pergi..dan akan tetap mencintaiku seperti ini..” Justin tegang mendengar kata-kata Noor, dia terduduk dan teringat kata-kata Helena tentang pertunangannya dengan Agnishikha. Melihat itu Noor bertanya, “ada apa Justin?” Justin tak mau mengatakannya. Noor berkata dia tahu kenapa Justin tegang, “kau tegang karena Maharani Charumitra dan Sushim bukan? Kau berpikir kenapa dia mengirim Sushim pada Samrat.” Justin berkata kalau hal itu tidak penting. Noor berkata sebaliknya, “itu penting. Samrat Bindusara akan berpikir betapa maharani Charumitra dan Sushim sangat perhatian padanya, dengan begini Siamak akan terabaikan. Semua tahu kalau Siamak lebih mampu menjadi Samrat daripada Sushim. AKu tidak akan membiarkan maharani Charumitra sukses dalam permainannya.” Justin protes karena Noor selalu membicarakan Charumitra dan Sushim. Noor dengan heran bertanya, “apa yang ingin kau bicarakan, Justi? Katakan Justin!” Justin berkata kalau Noor tidak akan mengerti. Dia lalu pergi meninggalkannya.

Sushim mendatangi Ashok dn bertanya apakah dia tak suka melihat dia datang? Ashok menjawab kalau dia selalu menyambut tamu siapapun mereka. Ashok menyodorkan minuman pada Sushim. Sushim menerimanya. Dia ragu-ragu untuk meminumnya dan meletakannya kembali di tepi sumur sambil berkata, “ashok, setelah apa yang terjadi padamu, aku jadi paham betapa pentingnya orang tua dalam hidup kita. Sekarang aku tahu kalau orang tua sangat dekat dengan anak-anaknya. Kau lihat betapa senang yang mulia melihat aku. Tak dapat kubayangkan aku hidup tanpa orang tua. ~Sushim memegang bahu Ashok dengan sok akrab~ Aku berdoa semoga tuhan memberimu kekuatan padamu untuk menjalani hidup tanpa orang tua.” Ashok hanya menatapnya tanpa berkata sepatah kata.

Di istana Patliputra, Helena sedang membeli perhiasan untuk calon mempelai Justin. Pedangang memuji daganganya. Helena mendengarkan. Dan Justin berdiri tegang. Pedangan menunjukan barang terbaiknya. Helena meloihat barang itu dan bertanya pada Justin, “apakah kau menyukainya?” Dengan kesal Justin menjawab, “anda tidak bertanya tentang gadis yang akan anda nikahkan denganku, mengapa anda meminta pendapatku untuk perhiasan itu. Silahkan pilih sendiri saja.” Helena menatap Justin dengan tatapan yang sulit di mengeri. Justin balas menatapnya lalu tanpa pamit peri dari hadapan Helena.

Bindu membaca surat dari Helena, dia terlihat binggung, “aku tidak paham dengan apa yang di aceritakan tentang raja Ujjain ini. Aku harus segera kembali ke Patliputra dengan segera. Masalahnya, bagaimana caranya menyakinkan Ashok.” Sushim datang sambil menggandeng Ashok. Bindu menatapnya dengan heran dan bertanya, “Sushim apa yang kau lakukan pada Ashok?” Sushim mengatakan kalau dirinya ingin mengakhiri permusuhannya dengan Ashok hari ini. Pada Ashok Sushim berkata, “ayahku telah memberimu banyak cinta yang aku tidak rela melihatnya. Tidka mudah menjadi pangeran. Kami punya keluarga besar, lalu kau datang. Aku selalu berpikir kenapa ayah menghabiskan waktu dengan anak biasa dan bukan denganku. Aku mulai merasa iri padamu. Tapi seharusnya aku mengerti, seseorang yang dekat dengan ayah, aku harus menghormatinya. Kalau aku menhinamu, sama artinya aku meghina ayahku. Maafkan aku Ashok!” Sushim meminta maaf pada Ashok, ashok hanya menatapnya. Melihat itu Bindu berkata, “maafkan dia, Ashok. Maafkanlah!” Mendengar Bindu berkata begitu Sushim berkata dalam hati, “ayah macam apa yang menyuruh anak biasa memaafkan anaknya.” Ashok berkata kalau dirinya akan memaafkan Sushim kalau dia sakit hati padanya, “tapi aku tidak punya sakit hati padamu, jadi tak pelru minta maaf.” Sushim merangkul Ashok dan berkata, “kau orang yang baik, ashok….” Ashok merasa lega. Bindu tersenyum. Sushim melepas pelukannya dan berkata pada BIndu kalau dirinya, Bindu dan Ashok akan berkeliling untuk melihat keindahan desa vann.  Bindu menggeleng, “tidak, Sushim. AKu punya sesuatu yang harus kukerjakan bersama Mir. Kalian berdua saja yang pergi.” Sushim mengangguk setuju dan beranjak pergi. Ashok masih berdiri di depan Samrat. Bindu bertanya, “kenapa Ashok?” Ashok menjawab, tidak apa-apa. Aku permisi dulu.” Ashok melangkah mengikuti Sushim. Sushim menggandeng tangan Ashok dan mengajaknya pergi bersama.

Noor menyuruh siamak berdiri dengan satu kaki sambil mengangkat pedang diatas kepala lalu menghitungnya. Siamak protes. Noor memarahinya dan memaksanya melakukan apa yang dia suruh. Dengan wajah tidak senang, Siamak menurut. Justin yang melihat itu segera menghampiri dan bertanya pada Noor, “apa yang kau lakukan?  Noor menjawab, “aku melatih siamak agar bisa mengalahkan Sushim.” Justin memprotes, “sushim sudah besar, Siamak masih anak-anak.” Norr dengan sengit bertanya, “sampai kapan dia akan tetap menjadi anak-anak, Justin?” Justin tidak menjawab, dia menyuruh Siamak pergi. Setelah itu dia berkata pada Noor, “kenapa kau begitu terobsesi dengan maharani Charumitra dan Sushim?” Noor menjawab kalau Justin tidak punya hak untuk menanyai dirinya tentang anaknya sendiri. Noor mengalihkan perhatian dengan menanyai Justin kenapa Helena membeli banyak perhiasan? Justin dengan kesal takmau mengatakannya dan pergi dari hadapan Noor. Noor merasa Justin menyembunyikan sesuatu darinya.

Ashok dan Sushim berjalan berdua di hutan. Mereka berjalan sambil berbincang-bincang. Ashok bicara banyak. Sushim lebih banyak mendengarkan. lalu dia berkata, ‘kau sangat pandai bicara yang baik-baik, karena itu yang mulia menyukaimu. Apakah di sini ada tempat di mana kita bisa melihat seluruh desa vann?” Ashok mengangguk, “ada. Aku akan membawamu kesana.”

Helena memanggil Justin agar datang kekamarnya. Justin datang, “matera, anda memanggilku?” Helena menyuruh Justin duduk dan menulis sebuah surat untuknya. Justin menurut. Helena mendiketkan, “tulis ini untuk Raja Ujjain, bahwa Samrat Bindusara akan segera kembali ke Patliputa. Aku meminta anda untuk mengirimkan lamaran resmi dari keponakamu untuk Justin pada Samrat Bindusara. Justin ingin pernikahan ini dilangsungkan secepatnya…” Justin melempar pena di tangannya dengan marah, “beri aku racun daripada menulis ini..” Helena dengan kesal memhampiri Justin, “akan ku berikan. Noor telah membuatmu buta dan aku akan melakukan apa saja untuk menjauhkannya draimu. Buang dia jauh-jauh dari hatimu.” Justin menjawab, “noor tidak akan pergi dari hatiku. Anda tak bisa melakukan apapun.” Helena dengan kesal membalas, “kau punya waktu sampai Samrat Bindusara kembali. Begitu dia setuju pada pernikahan ini, maka kautak kan bisa melakukan apapun.” Jutsin dengan marah dan geram pergi mninggalkan Helena.

Ashok membawa Sushim ke tebing di mana mereka bisa melihat seluruh desa vann. Sushim memuji sambil menyerigai licik, “ini adalah pemandangan yang indah, tempat yang tenang. Ashok, kau beruntung tinggal di sini.” Sushim mencoba mengalihkan perhatian Ashok, hingga Ashok ikut dengannya pergi ke tepi tebing yang sangat curam. Ketika Ashok lengah, Sushim segera mendorongnya. Ashok meluncur jatuh sambil berteriak, “maa…!” Suhim menyerigai puas. Tapi kemudian terdengar suara Ashok berteriak memanggil Sushi dan meminta tolong. Sushim menjadi kesal. Ternyata Ashok masih sempat meraih batu sehingga tidak langsung jatuh ke bawah. Sushim melihat Ashok bergantungan sambil memegang batu karang yang menonjol. Sushim berjanji akan kembali membawa pertolongan dan segera berlari pergi.

Justin menyerahkan surat pada prajurit dan menyuruhnya mengirimkan surat itu pada Raja Ujjain. Charumitra memergokinya. Justin hendak beranjak pergi ketika Charu menegurnya, “mereka adalah musuh kita…” Justin menghentikan langkahnya. Charumitra menghampiri Justin, “..kenapa kau menulis surat pada mereka pangeran Justin?” Justin menjawab kalau raja Jirat bukan musush mereka, “kakaknya telah di bunuh oleh Samrat Bindusara, aku hanya melakukan yang terbaik untuk Magadha.” Charu dengan curiga berkata, “kau pikir aku akan percaya padamu? kau tidak pernah melakukan sesuatu yang baik untuk Magadha.” Jsutin balik bertanya, “apakah kau melakukan sesuatu untuk Magadha?” Charumitra terdiam. Justin berkata, “anda tak bisa menjawab pertanyaanku, lalu bagaimana anda bisa memenangkan permainan tahta ini?” Justin segera meninggalkannya. Charu menatap kepergian Justin sambil berkata, “seseorang yang melarikan diri dari arena adalah pecundang!”

Ashok masih tergantung di tebing. Dia mencoba untuk memanjat tebing itu dengan susah payah. Sementara di atas tebing, Sushim sedang duduk sambil menikmati buah-buahan. Ashok berpikir, “sambil menunggu Sushim, aku akan mencoba memanjat tebing ini.” Keasyikan Sushim terganggu oleh suara kaki kuda. Bindu datang. Sushim kaget. Ashok berteriak, “pangeran Sushim, peganganku akan terlepas..!” Bindu mendegar teriakan Ashok, bergegas turun dari kuda dan berteriak panik, “Ashok? kamu di mana Ashok?” Ashok mendengar teriakan Bindu balas berteriak, “aku di sini..!” Bindu segera berlari kearah tebing. Dia terkejut melihat Ashok tergantung di sana. Ashok berkata, “bantu aku, Samrat. Aku tidak tanah lagi.” Kaki Ashok menginjak batu yang tidak kokoh. Batu terlepa dan jatuh. Ashokpun kehilangan keseimbangan. Pegangannya terlepas….tubuhnya meluncur jatuh… Sinopsis Ashoka Samrat episode 39 by Jonathan  bay