Sinopsis Ashoka Samrat episode 4 by Sally Diandra

Sinopsis Ashoka Samrat episode 4 by Sally Diandra. “Ashoka pergilah dulu” Dharma meminta Ashoka untuk meninggalkan mereka berdua, awalnya Ashoka tidak mau bahkan menantang Acharaya namun akhirnya Ashoka menurut perintah ibunya dan meninggalkan mereka berdua “Mengapa kamu kesini ?”, “Bagaimana kamu bisa mendapatkan cincin kerajaan ini ?” ujar Chanakya sambil menunjukkan cincin yang diambilnya dari Ashoka tadi “Maharaja selalu memberikan uang dan makanan untuk rakyatnya tapi tidak memberikan perhiasan yang sangat pribadi seperti ini, hanya keluarga kerajaan Magadha yang mempunyai hak memilikinya dan Samrat (Maharaja) juga tahu itu jadi mengapa dia memberikannya untuk kamu ?” Dharma panik mendengar ucapan Acharaya “Aku tidak tahu mengapa dia memberikan padaku, jadi bagaimana aku bisa menjawab pertanyaanmu ?”, “Jawaban kamu akan berimbas pada masa depan Magadha, seperti dulu ketika aku bertemu dengan Chandragupta ketika dia masih muda, dia selalu menyebut dirinya sendiri dengan sebutan Samrat, aku tahu bahwa dia masa depan Magadha dan sekarang ketika aku melihat anakmu aku merasakan hal yang sama, ini bukan kebetulan dengan kamu memiliki cincin ini, anakmu mempunyai semua kwalitas seorang Samrat, kekuatan yang sama, kepintaran yang sama yang dimiliki oleh seorang Samrat, aku kesini untuk menemukan Samrat untuk Magadha” ujar chanakya dengan sikap yang tegas “Pergilah dari sini!”, “Kebenaran tidak akan berubah, masa depan Magadha, kesuksesan Magadha terletak pada takdirnya Ashoka” Dharma terperangah “Ini bukan takdir Ashoka tapi kejahatan untuk kehidupan anakku dan aku akan melakukan apa saja untuk melindungi anakku dari semua ini, kehidupan Ashoka akan lebih damai dan sejahtera, dia akan menjadi seorang Brahma, jika kamu tetap bertahan disini untuk beberapa menit saja maka aku berfikir bahwa kamu telah melewati batas” Dharma tetap bersikeras dengan pendiriannya “Maharaja Bindusara saat ini sedang dalam keadaan kritis, dia sedang bertarung antara hidup dan mati” Dharma menangis “Magadha akan hancur bila kami tidak mengambil keputusan”, “Lebih baik pergilah dari sini” Dharma langsung mengatupkan kedua tangannya didepan dada memohon Acharaya untuk pergi, Acharayapun tau diri, diapun mengatupkan kedua tangannya kemudian meninggalkan Dharma. Sepeninggal Achary Chanakya, Dharma menangis dan berkata “Aku harus pergi dari sini dengan anakku sehingga masa lalu tidak akan mengikuti anakku”

Sementara itu Acharaya Chanakya menemui muridnya, Radhagupta yang menunggunya dari tadi “Sekarang waktunya kita bertemu dengan Maharaja Bindusara setelah 14 tahun lamanya” ujar Acharaya ke muridnya itu.

Ashoka menemui ibunya “Ashoka, kenapa kamu membawa cincin ini bersamamu ?” tanya Dharma dengan kesal “Apa pentingnya cincin itu, bu? Acharaya datang kesini karena cincin ini? Dan ibu marah padaku juga karena cincin ini?” Dharma tidak menjawab pertanyaan anaknya namun langsung menggeret lengan Ashoka “Kita harus pergi dari sini, Ashoka” Dharma mengajaknya memasuki rumah “Kita harus pergi jauh dari sini” Ashoka merasa heran dengan ibunya “Kenapa kita harus lari dari sini, bu? Apakah cincin ini ada hubungannya dengan seseorang yang bertanggungjawab untuk kesedihan kita?”, “Ibu akan menceritakannya suatu saat nanti” ujar Dharma sambil mengambil baju bajunya, Ashoka kesal “Aku ini sudah berumur 14 tahun, kapan waktu yang tepat untukku, apakah karena orang itu sehingga kita harus terus menjauhinya ?”, “Kenapa kamu keras kepala sekali ?” Dharma mulai kesal dengan anaknya “Aku menanyakan hakku ! Siapa ayahku, ibu ? Aku tidak akan pergi dari sini !”, “Kamu ingin dibunuh ?” Ashoka terperangah “Siapa yang akan membunuhku?”, “Ashoka kamu itu bukan siapa siapa, kamu tidak tahu apa apa, kekuatan ini tidak ada artinya, kamu harus ikut dengan ibu kemanapun ibu pergi” Ashoka meninggalkan ibunya dengan raut muka kesal

Acharaya Chanakya dan Radhagupta memasuki istana setelah 14 tahun lamanya pergi meninggalkan istana, saat itu prajurit menghentikannya dipintu gerbang, kebetulan pada saat itu Khurasan menghampirinya dan berkata “Kamu datang sebelum waktunya, aku tidak akan membiarkan kamu bertemu dengan Maharaja Bindusara, pergilah dari sini Chanakya !” prajurit yang mendengar bahwa yang datang adalah Chanakya langsung mempersilahkan masuk “Oh, maaf ,,, kamu adalah Chanakya ?”, “Kamu tidak mendengarkan perintahku ?” Khurasan mulai marah pada prajurit yang berjaga itu “Saya adalah prajurit Magadha dan Magadha mendapatkan Samrat yang pertama kali karena peran Chanakya jadi saya tidak dapat menghentikan langkahnya” Acharaya hanya tersenyum dan memasuki istana.

Helena menemui Justin “Justin, kamu bodoh ! Mengapa kamu tidak membunuh Bindusara di medan perang ?”, “Disana ada Khurasan, ibu … aku tidak bisa berbuat banyak, dan lagi Pangeran Sushima sekarang sudah berusia 16 tahun, meskipun Bindusara meninggal, Sushima akan mengambil tahtanya” Helena geram “Pecundang tidak akan pernah menang tapi kamu harus berperan seperti seorang pemenang !”, “Itu hanya kata kata saja, tapi memang tidak mudah untuk mengalahkan Magadha, kita telah berusaha beberapa kali untuk membunuh Bindusara tapi kita tetap saja tidak bisa berbuat apa apa, Khurasan selalu melindungi Bindusara, ibu” Helena menunjukkan sebuah botol berisi cairan racun yang berwarna hijau ke Justin “Meskipun aku tidak melahirkan Bindusara tapi aku bisa memberikan kematian untuknya” ujar Helena dengan senyum sumringah

Acharaya menemui Bindusara dikamarnya, Bindusara sedang terbaring lemah tidak sadarkan diri “Maharaja, aku telah menemukan masa depan Magadha, secepat mungkin mereka akan segera datang kesini”

Sementara itu, para prajurit Magadha mendatangi rumah Dharma “Acaharaya telah memerintahkan pada kami untuk menangkap Ashoka karena Ashoka telah berbuat nakal !”, “Tidak ! Kamu tidak bisa membawanya !” para prajurit menggeret lengan Ashoka secara paksa, sementara Dharma berusaha mempertahankan anaknya itu, maka tak ayal tarik menarikpun terjadi memperebutkan Ashoka “Ibuuu”, “Ashokaaa” namun para prajurit berhasil membawa Ashoka pergi, meninggalkan Dharma sendirian

Didalam istana Magadha, Acharaya masih berbisik pada Bindusara “Maharaja, maafkan aku, aku tidak bisa menemukan cara lain untuk membawa Dharma keisni maka aku harus menahan Ashoka, mereka tidak bisa lari dari takdir mereka sendiri”

Didalam hutan, dalam perjalanan ke istana Magadha, para prajurit berhasil membawa Ashoka, saat itu Ashoka ditaruh dalam sebuah sangkar yang terbuat dari kayu “Akhirnya kita bisa membawa anak ini” ujar salah seorang prajurit, Namun tak lama kemudian para prajurit membawa kurungan yang kosong ke istana “Dia memang pintar, dengan cepat dia bisa melarikan diri”, “Bagaimana caranya ?” tanya Acharaya, kemudian prajurit menceritakan bagaimana Ashoka memperdaya mereka “Kami telah menangkapnya” ujar prajurit

Namun ditengah perjalanan Ashoka mengelabui para prajurit begitu dirinya melihat teman temannya berada diatas pohon “Kalian itu orang yang sangat kuat, kalian telah bertarung demi Samrat, tapi sayangnya yang mendapat hadiah adalah Samrat, coba pikirkan kalian menangkap aku tapi siapa yang dapat hadiah ? Acharaya kan ?” Ashoka mencoba menghasut para prajurit “Dia juga telah mengambil cincin dariku dimana seharusnya kalianlah yang mendapatkannya, ini tidak adil ! Aku telah menemukan sebuah harta karun, dan telah mengumpulkannya disuatu tempat tapi kalian telah menangkap aku, aku akan menunjukkan pada kalian jalan menuju ke harta karun itu” Ashoka berusaha memperdaya para prajurit “Tidak usah percaya dengan ucapannya, lanjutkan perjalanan saja” tiba tiba jalan yang akan mereka lalui tertutup oleh pohon pohong yang tumbang, mereka akhirnya memutuskan untuk melawati jalur dimana ada harta karunnya “Harta karunnya itu ada disini, biarkan aku keluar dan melihatnya untuk yang terakhir kali” prajurit itu menuruti keinganan Ashoka, Ashoka mengatakan bahwa ada harta karun terpendam didepan mereka, dengan dibantu oleh teman teman Ashoka, para prajurit merasa yakin kalau benar ada harta karun didepan mereka yang ternyata adalah jebakan Ashoka dan teman temannya, Ashoka berkata “Apa yang terjadi pada kalian ?” Ashoka dan teman temannya memperdaya mereka “Katakan pada Acharaya, kalau dia tidak bisa menangkap kekuatan angin !”

Acharaya tersenyum senang mendengar cerita dari para prajurit dan berkata “Yaa, aku memang tidak bisa menghentikan kekuatan angin akan tetapi aku bisa memberikan arah pada kekuatan angin” lagu OST. Ashoka terdengar, Ashoka berlari sekuat tenaga dan kembali kerumah namun dia tidak menemukan ibunya dirumah “Ibuuu … Ibuuuu!” Ashoka mencari ibunya, Ashoka langsung mengira bahwa Acharaya telah menculik ibunya “Acharaya ! Kamu bisa melakukan apapun yang kamu inginkan ! Tapi aku akan menemukan ibuku !”

Dharma (ibu Ashoka) mendatangi istana, prajurit yang berjaga disana menghentikan langkahnya “Tolong katakan pada Acharaya kalau aku ingin bertemu dengannya” Dharma teringat ketika Maharaja Bindusara mengatakan padanya bahwa dia akan menjadikannya sebagai Ratu dan tempatnya adalah disampingnya diistana, bagaimana ketika Maharaja Bindusara berjanji akan kembali padanya, Dharma juga teringat ketika ayahnya tewas dibunuh oleh Khurasan “Maharaja Bindusara memintaku untuk membunuhmu !” ujar Khurasan, ingatan itupun memudar ketika Radhagupt (murid Acharaya) menemuinya “Biarkan dia masuk !” Dharma segera diantara menemui Acharaya “Siapa kamu ?” Acharaya tidak mengenali Dharma yang saat itu menutupi wajahnya “Aku adalah Subhadrangi, dimana anakku ?” ujar Dharma sambil membuka dupattanya tanpa berkata kata Acharaya yang saat itu sedang berada dikamar Maharaja Bindusara menggeserkan tubuhnya, sehingga Dharma bisa melihat Maharaja Bindusara yang sedang terbaring sakit ditempat tidurnya tidak sadarkan diri, Dharma terkejut melihatnya. Dharma teringat kenangan indah bersama Maharaja Bindusara, Dharma terpana melihat kondisi suaminya, lagu tum hi to mere ho pun mulai terdengar merdu, Dharma mendekati suaminya dan menyentuh dahi sang Raja, rupanya badan Raja Bindusara demam “Kami telah memberikannya obat” ujar sang tabib yang menemani sang Raja “Tapi obat itu tidak akan bekerja, kita harus melakukan sesuatu, kalau tidak semua racun akan menyebar diseluruh tubuhnya” ujar Dharma panik “Aku percaya dengan Dharma, kamu pergi saja dari sini !” Acharaya menyuruh tabib itu pergi “Dharma, aku tahu kamu sangat mencintai Maharaja Bindusara, sekarang dia dalam keadaaan sekarat tapi kamu tidak meninggalkannya”, “Aku datang kesini hanya untuk anakku, 14 tahun yang lalu beliau berjanji akan kembali padaku tapi kemudian beliau mengirimkan seseorang untuk membunuh aku dan anakku” Dharma sedih “Itu tidak benar, Dharma !”, “Aku datang kesini hanya untuk anakku” tiba tiba Maharaja Bindusara meracau memanggil nama Dharma dalam keadaan tidak sadar, Dharma terkejut, lagu tum hi to mere ho pun mulai terdengar lagi “Dia tidak bertemu dengan dirimu selama kurang lebih 14 tahun tapi dalam keadaan kritis dia tetap memanggil namamu, lihatlah cintanya padamu, apakah kamu kira dia akan membunuh kamu dan anakmu ? Hanya kamu yang bisa menyelamatkannya, Dharma” Acharaya memberikan penjelasan ke Dharma “Ini tidak mungkin !” Dharma menolak penjelasan Acharaya “Kita harus menyelamatkan dia demii Magadha”, “Baiklah, tapi aku mempunyai sebuah syarat, jika sampai aku tidak bertemu dengan Ashoka dalam keadaan selamat, aku tidak akan mengobatinya”, “Kamu tidak usah khawatir tentang Ashoka, dia baik baik saja” Dharma menatap Maharaja Bindusara.

Sementara itu Helena (ibu tiri Mahraja Bindusara) datang ke istana dengan tandu didampingi oleh pelayan dan prajuritnya, saat itu Helena hendak menemui Mahraja Bindusara tapi para prajuritnya menghentikannya “Kami tidak akan membiarkan siapapun masuk ke dalam istana Maharaja Bindusara” ujar salah seorang prajurit “Beraninya kamu menghentikan aku !” Ibu Ratu Helena marah pada prajurit itu “Kami hanya menuruti perintah, Yang Mulia Ratu”, “Siapa yang telah berani memerintah aku ?!” tepat pada saat itu Acharaya Chanakya datang kesana dan berkata “Aku yang telah mengambil keputusan ini untuk kebaikan Samrat (Maharaja), sehingga dia bisa segera sembuh, keputusan ini juga diambil untuk kebaikan kerajaan Magadha, apakah kamu ingin Maharaja Bindusara sembuh ?” ujar Chanakya “Aku adalah ibunya”, “Itulah mengapa aku meminta pada anda” Helena terlihat kesal kemudian meninggalkan tempat tersebut.

Malam harinya, Ashoka tampak memasuki istana kerajaan Magadha, para prajurit menghentikannya “Ibuku ada didalam ! Chanakya telah menculik ibuku untuk mendapatkan aku, katakan padanya bahwa Ashoka telah datang !” ujar Ashoka lantang “Saat ini Maharaja sedang sakit, tidak ada seorangpun yang diijinkan untuk masuk !”, “Dia seharusnya memikirkan hal itu terlebih dahulu sebelum memprovokasi aku !” tiba tiba prajurit itu mendorong Ashoka agar pergi menjauh dari sana namun, tak lama kemudian Ashoka melihat ada sebuah gerobak yang akan masuk ke istana, ada banyak bahan makanan di gerobak tersebut yang akan diberikan pada para prajurit, Ashoka langsung bersembunyi dibawah gerobak tersebut, gerobak itupun masuk kedalam istana, ketika orang orang sibuk mengeluarkan bahan bahan makanan, Ashoka menyelinap keluar namun sayangnya ada seorang prajurit yang melihatnya “Bagaimana kamu bisa masuk ? Siapa kamu yang berani beraninya menentang prajurit Magadha ?” ujar prajurit, Ashoka langsung melompat dan berlari menjauhi mereka, dengan sigap Ashoka mampu menghadapi para prajurit tersebut, berlari dengan kecepatan tinggi, melempar semua barang barang kearah para prajurit, para prajurit berusaha untuk menangkap Ashoka, Ashoka menemui para bhiksu yang sedang berdoa, sambil menyambar sebuah syal Ashoka ikut ikutan berdoa namun tak lama kemudian, prajurit bisa mengenalinya, ketika hendak lari tanpa sengaja syalnya terkena api, Ashoka langsung membakar tempat tersebut dan berlari menjauh dari sana, Acharaya yang mendengar ada keributan diluar berkata pada Dharma “Dia telah datang, masa depan kerajaan Magadha” tepat pada saat itu Maharaja Bindusara kembali meracau dan memanggil nama Dharma “Dharma … Dharma … Dharma” Dharma sedih melihatnya “Dharma, kamu harus melindungi Maharaja dan anakmu juga”, “Aku berjanji untuk menjauhkan semua ini darinya, aku tidak bisa terima ini, aku akan pergi !” ketika Dharma hendak pergi, Acharaya berkata “Anakmu dalam perlindunganku !”

Sementara itu Justin sedang ngobrol dengan gurunya “Guru, Acharaya telah kembali, ini tidak baik untuk kita !”, “Kamu harus memikirkan sesuatu, Nikator telah mengirimkan sebuah surat untuk langkah berikutnya” Justin segera membacanya “Bagaimana kita akan melakukan ini semua ?”, “Buatlah menjadi mungkin ! Serang Bindusara kemudian Nikator akan menyerang Patliputar (ibukota Magadha) !” ujar Hellena “Kita akan membunuh anak anak Bindusara kemudian Justin yang akan menjadi Maharaja !”, “Lalu bagaimana dengan Acharaya ?” Guru ikut menimpali pembicaraan mereka, Helena tersenyum sinis “Besok akan menjadi hari terakhirnya !”

Sementara itu Ashoka masih berlari menghindari para prajurit yang berusaha untuk menangkapnya “Magadha saat ini sedang sangat lemah dan hal ini bisa terlihat dari cara Ashoka yang bisa menghindari begitu banyaknya prajurit dengan mudah” ujar Acharaya, Ashoka akhirnya berhasil masuk ke dalam istana, ketika mau masuk dilihatnya banyak prajurit yang berbaris disana, pada saat itu ada sebuah nampan yang berisi teko air dan gelas disebelahnya, Ashoka membawa teko tersebut dan berkata pada prajurit “Aku membawa air untuk Maharaja Bindusara” prajurit itupun mengijinkan untuk masuk kedalam. NEXT: Sinopsis Ashoka Samrat episode 5