Sinopsis Ashoka Samrat episode 17 by Jonathan Bay.

Sinopsis Ashoka Samrat episode 17 by Jonathan Bay. Di hadapan semua orang achari Chanakya membeberkan yang sebenarnya, “kebenarannya adalah ketidakadilan itu terjadi pada Ashok. Ini bukan hukuman, tapi kekejaman…” Bindu melihat luka di punggung Ashok dengan hati perih. Charu terlihat putus asa. Chanakya masih terus bicara untuk Ashok. Sushim menunduk ketakutan. Ashok membalikkan badan. Bindusara dengan gusar menanyai Sushim, “mengapa kau menyembunyikan semua ini dariku Sushim?” Sushim menjawab dengan gugup kalau Ashok menghina dirinya. Bindu berkata, “lalu kau pukul dia hingga seperti ini? Mengapa kau tidak mengatakannya padaku?” Sushim hendak membela diri, tapi Bindu dengan suara tegas menyuruh Sushim meminta maaf pada Ashok. Semua orang terkejut. Ratu noor tersenyum mengejek. Sushim kaget, “a..apa?” Bindu kembali berkata, “minta maaf pada Ashok!” Charu dengan binggung menyela, “tidak Samrat, apa yang kau katakan?” Bindu menatap Charumitra dengan tajam, “ratu Charumitra, anakmu menyembunyikan kebenaran dariku dan ini seperti mencurangi aku. Kalau achari chanakya tidak memberitahuku tentang hal itu maka aku akan melakukan ketidakadilan. Sushim telah mempermalukan aku. Jika dia tidak maaf pada Ashok. Maka aku yang akan meminta maaf padanya.” Untuk yang terakhir kali, Bindu menyuruh Sushim meminta maaf pada Ashok. Sushim terlihat enggan dan hanyut dalam kemarahan. Tapi rasa takut pada Bindu mengalahkan rasa takutnya. Sushim menatap Charu meminta dukungan. Charu mengangguk dengan sedih. Ratu Noor meyerigai senang. Ashok melirik Sushim yang berdiri disampingnya. Di saat bersamaan Sushim sedang menatapnya dengan marah. Lalu dengan sangat terpaksa, Sushim menyatukan tanganya di dada sambil berkata, “maafkan aku Ashok.” Semua orang melihat dengan tatapan prihatin pada Sushim. Justin tersenyum melihat Noor menyerigai puas. Bindu memperingatkan Sushim kalau mulai sekarang dia tak ingin mendengar tentang kekejamannya lagi. Setelah itu dia menyuruh Sushim pergi dari hadapannya. Sebelum pergi, Sushim menyempatkan diri menatap Ashok dengan tatapan begis, lalu dengan geram meninggalkan ruang pengadilan. Ashok melirik Chanakya dan tersenyum. Chanakya mengangguk.
Di kandang kuda, anak-anak mengelu-elukan Ashok, “hidup samrat vanraj!” sambil membopong tubuh Ashok. Ashok tersenyum dan turun dari bopongan teman-temannya. Bal Ghovin berkata, “kau rela di persalahkan demi menyelamatkan kami semua. Kau pria sejati, Ashok.” Anak-anak yang lain juga ikut memuji Ashok dan mengucapkan terima kasih. Mereka yakin mulai sekarang Sushim tidak akan menyiksa mereka lagi. Ashok tersenyum. Mereka semua juga tertawa sambil mengelu-elukan Ashok lagi. Tiba-tiba muncul beberapa orang prajurit menemui Ashok, memberitahu kalau Bindusara memanggilnya. Ashok terlihat bingung, anak-anak menjadi cemas.
Ashok menemui Bindu di ruang tahta. Mereka hanya berdua. Bindu berkata, “kau bisa mengeluh tentang Sushim padaku, tetapi tidak kau lakukan. Kenapa?” Dengan kalem Ashok menyahut, “bagaimana mungkin aku mengeluh tentang seorang anak pada ayahnya, samrat?” Bindu mengatakan kalau dirinya adalah raja dulu, baru ayah, “mengapa kau tidak mengatakan apa-apa di pengadilan?” Ashok menjawab, “anda selalu baik padaku. Ketika aku melihat kepercayaan dimata anda untuk Sushim, aku tidak mau merusak kepercayaan anda dengan mengatakan yang sebenarnya.” Bindu ingin minta maaf pada Ashok karena apa yang telah di lakukan Sushim. Ashok melarangnya, “tidak, Samrat, tidak baik bagi seorang samrat  meminta maaf dari seorang pelayan.” kata Ashok dengan nada memohon. Samrat tersenyum, “bukan pada pelayan,…ini adalah permintaan maaf dari seorang samrat pada samrat lainnya.” Ashok tersenyum, “kita sama-sama samrat. Sehingga kita adalah teman. Sesama teman tidak perlu ada maaf.” Bindu bertanya, “jadi.. maukah kau menjadi temanku?” Bindu mengulurkan tanganya. Ashok tertawa, “aku akan melakukannya dan tidak akan mengecewakan anda.” Ashok menyambut tangan samrat, keduanya saling berjabatan tangan dan tertawa bahagia. Chanakya menyaksikan semua itu sambil tersenyum haru.
Di daerah kekuasaan Nikator, seorang utusan dari Magadha datang, dengan tatapan waspada dia menunjukan logo singa pada seorang petugas. Petugas itu menatap kiri kanan dengan waspada juga, setelah itu dia mengajak si utusan pergi bersamanya menemui Nikator. Pada Nikator utusan itu mengatakan kalau dirinya membawa pesan dari ratu Helena.
Charu sedang meliliti sebuah boneka dengan benang ketika Sushim datang menemuinya. Charu mengingatkan Sushim agar menyelamatkan masa depannya, “sudah kubilang kalau ayahmu tidak pernah mencintaiku, tidak pernah memfavoritkan aku. Hari ini, telah terukti kalau keadilan lebih penting baginya daripada anaknya sendiri. Kalau kau tidak bisa menjadi samrat, maka kau harus merebutnya. Kau harus menjadi seseorang yang layak menjadi samrat. Mengenai Ashok, aku akan melemparnya keluar sebentar lagi.” Sushim tersenyum senang dan memeluk Charumitra yang balas memeluknya sambil meremas boneka kecil di tanganya dengan tatapan kejam.
Dharma menemui Bindusara untuk meminta maaf karena telah bicara dengan nada tinggi padanya. Bindu menyahut, “tidak. Karena dirimu aku bisa melakukan keadilan. Aku yang marah padamu, karena itu aku yang minta maaf padamu.” Dharma berkata kalau tidak baik bagi seorang samrat meminta maaf pada pelayan. Bindu tersenyum, “ashok mengatakan hal yang sama.” Dharma terkejut, “anda juga meminta maaf padanya?” Bindu menjawab, “ya. Aku telah melihat banyak bakat Ashok beberapa hari ini. Dia gemilang. Aku ingin dia belajar banyak hal. Aku akan mendaftarkannya di sekolah kerajaan.” Mendengar rencana Bindusara, dharma terlihat cemas, karena itu artinya akan ada banyak masalah untuk Ashok.
Utusan yang menyampaikan pesan pada Nikator telah kembali, dia mengembalikan kuda ke kandang. Pelayan yang memata-matainya menjadi heran, karena utusan itu pergi keluar dengan kuda berwarna putih, tapi kembali dengan kuda berwarna hitam. Pelayan melaporkan penemuannya itu pada Chanakya. Di depan radhagupta dan Nirjara Chanakya mengungkapkan kerisauannya, “Ratu Helena mengirim surat pada Nikator, itu artinya dia sedang merencanakan sesuatu.” Radhagupta mengangguk setuju. Pada Nirjara Chanakya memberi perintah agar dia selalu mengawasi Ashok, “jangan sampai dia terlibat masalah.”
Utusan menemui Helena dan menyerahkan surat balasan dari Nikator. Helena membaca surat itu dan tersenyum gembira. Helena tahu kalau Chanakya memata-matai nya karena itu dia menggunakan sandi saat menyampaikan pesannya. Helena memberitahu Justin kalau Nikator ingin menemui mereka.
Dharma memberitahu Chanakya kalau Bindusara akan mengirim Ashok ke sekolah kerajaan. Chanakya setuju dengan keputusan Bindu, “ini keputusan yang hebat. Ashok akan belajar banyak hal di sana.” Dharma berkata kalau dirinya sangat senang Ashok pergi ke sekolah, “tapi disana dia akan belajar olah keprajuritan. Saya ingin Ashok bekerja untuk perdamaian, bukan kekerasan.” Chanakya bertanya, “apa yang anda maksud dengan perdamaian? orang-orang berencana untuk menentang dirinya dan dia diam saja? Apakah menurut anda, Ashok harus diam saja melihat segala ketidakadilan ini? Di sekolah nanti, dia akan belajar bagaimana menghentikan ketidakadilan. Ini hak Ashok. Biarkan dia pergi kesana.”
Keesokan harinya, Bindu memberitahu perdana menteri kalau dirinya telah mengambil keputusan untuk mendaftarkan Ashok di sekolah kerajaan, “Magadha akan mendapatkan seorang prajurit hebat.” Perdana menteri terlihat keberatan, “kita bahkan tidak tahu keluarga Ashok, latar belakangnya, kastanya. Lalu bagaimana kita bisa mendaftarkan dia ke sekolah kerajaan?” Chanakya menyela, “bagaimana latar belakang keluarga bisa di kaitkan dengan masalah pendidikan? Setiap anak punya hak untuk belajar dan ini tidak ada hubungannya dengan asuhan.” Bindu setuju dengan Chanakya, “anda benar, achari. Saya memberi anda tanggungjawab untuk mengirim Ashok kesana. Anda akan mengurus segala sesuatunya.” Chanakya mengangguk dan berkata kalau dirinya suah menyiapkan segalanya untuk Ashok.
Helena lewat di depan Aula kerajaan, dia melihat Bindu, Chanakya dan perdana menteri yang sedang diskusi, dia menghampiri mereka. Bindu tersenyum menyambut Helena. PM memberi hormat hingga membungkuk. Hanya Chanakya yang terlihat sedikit tegang. Helena menyapa dan bertanya apa yang mereka diskusikan. Bindu dengan gembira memberitahu Helena kalau dirinya akan mengirim Ashok pergi kesekolah kerajaan. Helena dengan heran berkata, “tapi Ashok kerja di kandang kuda.” Semua tertegun mendengar kata-kata Helena, begitu juga Chanakya. Tiba-tiba sebuah ide cemerlang terlintas di benak chanakya. Dia memuji Helena di depan Bindu karena telah memberinya ide, “Maharaj, kenapa tidak memberi Ashok nama baru? Semua orang memangil dia penjaga kuda. Di sekolah anak-anak akan mengejeknya kemudian Ashok akan merasa sedih karena dia tidak berasal dari keluarga kerajaan. Mengapa tidak membuat Ashok terlihat seperti anak-anak keluarga kerajaan? Memberinya pakaian kerajaan dan menyuruhnya tinggal di istana?” PM dan Helena tertegun mendengar ide Chanakya. Bindu terlihat berpikir sebentar lalu menganguk-angguk sambil tertawa gembira, “ide ini sangat bagus, achari.” Chanakya turut tersenyum. Lalu dia menoleh kearah Helena yang terlihat kesal. Dalam hati Helena berkata, “..segera dia akan membuat Ashok duduk disinggasana, tapi aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi.”

Trio maut sedang berkonspirasi, Guru, Justin dan Helena. Mereka sedang berencana akan keluar dari istana untuk menemui Nikator. Detail rencanapun di buat. Dengan mengenakan jubah agar tak ada yang mengenali, Helena dan Justin keluar dari istana melalui pintu rahasia yang ada di kamar Helena. Di luar pintu rahasia itu, Guru sudah menunggu. Bertiga mereka berjalan menyusuri lorong menuju istana Nikator. Nikator menyambut Helena dan Justin dengan senang hati. Dia berkata, “Helena, kalau kau meragukan achari Chanakya dan Ashok, maka itu akan menjadi masalah. Katakan, apa yang kau inginkan.” Helena mengatakan kalau dirinya ingin chanakya dan Ashok di singkirkan dari istana, “aku punya rencana yang akan membuat samrat bindusara percaya kalau Achari berencana menjadikan Ashok sebagai Samrat berikutnya. Dengan begitu, samrat bindusara akan menganggap mereka sebagai penipu dan akan memberi mereka hukuman mati.” Justin berkata kalau Chanakya sangat cerdik, “dia tidak akan membiarkan kita sukses.” Nikator tersenyum tipis, “kalian tidak akan memainkan game ini sendirian. Aku memiliki seseorang yang akan melakukan tugas ini. ia adalah seseorang yang sangat membenci Achari Chanakya. Chanakya telah menipu dan mengalahkannya, kini dia akan punya kesempatan untuk balas dendam. Itu dia..!” Nikator menunjuk ke arah gerbang, di mana seorang pria dengan langkah panjang-panjang berjalan kearah mereka. Helena dan Justin serta Guru dengan penasaran menoleh kearah pria itu. Saat pria itu tiba di depan Nikator, dia memberi salam… Nikator memperkenalkan ia pada Helena dan Justin, “dia..Bhutprov Mahamatre Rakhasa, dia mengenal Chanakya dengan sangat baik.” Justin dengan heran bertanya, “Mahamatre? Aku tidak pernah mendengar namanya.” Guru memberitahu Justin kalau semua itu karena politik Chanakya, “di masa Dinasti Chana Nand dia adalah perdana menteri. Tetapi ketika Dinasti Maurya muncul dengan Rajanya Chandragupta Maurya yang di bantu achari, Rakhasa hendak dijadikan perdana menteri. Tapi Chanakya mencuranginya dan hanya menjadikan dia penjabat pengadilan saja. Mahamatre merasa terhina dan meninggalkan Magadha. Lalu beliau membangun kekuatan dan kini siap untuk membalas dendam.” 
Rakhasa berkata kalau dirinya akan membuat Chanakya kalah, “pertama kita harus mengirim pasuka ke Patliputra.” Justin berkata kalau keamanan Patliputra sangat ketat. Rakhasa mengatakan kalau Guru yang akan melakukan itu. Guru mengangguk dan membayangkan kalau dirinya akan memberikan stempel kerajan pada beberapa prajurit Nikator agar bisa masuk ke patliputra. Rakhasa berkata kalau prajurit-prajurit itu akan menaruh berbagai jenis herbal ke dalam danau yang di gunakan sebagai sumber air minum. Sehingga yang meminum airnya akan jatuh sakit, “mereka tidak akan mati, tapi akan membuat kekacauan. Chanakya akan menyelidiki danau itu dan menemukan penyebabnya. Dia akan mencari pelakunya. Lalu prajurit akan memberi informasi tentang surat yang mengatakan kalau orang Yunani berencana menyerang Magadha..” Nikator melanjutkan, “lalu achari Chanakya akan memberitahu Bindu. Bindu akan  marah, dan perang internal akan berlangsung dalam kota. Chanakya akan menyarankan agar Bindu mengirim utusan ke Yunani. Dan aku akan berkata kalau aku tidak punya rencana untuk menyerang Patliputra. Aku datang hanya untuk menemui putriku saja. Lalu Helena akan membisiki Bindu bahwa Chanakya ingin agar dia bertengkar dengan keluarganya…” Helena menyahut, “aku yang akan melakukan itu. Sebab Bindu sangat bodoh, dia menganggap aku sebagai Yasodha.” Justin berkata kalau Bindusara sangat mempercayai Chanakya, “apa jadi dengan achari Chanakya?” Rakhasa berkata kalau mereka akan membuat Ashok memiliki herbal itu sehingga Bindu akan menganggap dia pengkhianat. Justin yang akan meletakkan herbal itu bersama barang-barang Ashok, lalu mengirim pembunuh untuk menyerang Bindusara. Bindu akan menangkap pembunuh itu dan si pembunuh akan mengatakan kalau Chanakya yang mengutusnya untuk membunuh Bindu sehingga Ashok bisa jadi samrat. Helena berkata kalau dirinya yang akan mengisi kepala Bindu agar melawan Chanakya. Rakhasa berkata kalau setelah itu Bindu akan mengirim orang untuk menyelidiki chanakya dan menemukan bukti yang menentang Chanakya. Mereka akan meletakan surat palsu di kamar Chanakya yang menyatakan kalau Chanakya bersekongkol dengan orang kalinga untuk menjadikan Ashok sebagai samrat dan menggulingkan Bindusara. Justi menyerigai senang, “lalu Chanakya dan Ashok akan mendapat hukuman mati karena mencoba membunuh samrat Bindusara.” 
Semua mengangguk puas dengan rencana yang mereka buat. Rakhasa berpesan agar mereka semua mengikuti rencana kata per kata karena kesalahan sekecil apapun akan menghancurkan keseluruhan rencana… Sinopsis Ashoka Samrat episode 18