Rendezvous bag 32 by Sally Diandra

Rendezvous bag 32 by Sally Diandra. “Bisakah kami bicara berdua ?” Jodha meminta nyonya Atifa untuk memberikan dirinya dan Salima waktu untuk saling mendiskusikan kontrak tersebut “Baiklah, aku akan meninggalkan kalian berdua, kalau kalian sudah selesai, kalian bisa memanggilku, aku ada diruangan sebelah” ujar Atifa sambil melenggang gontai meninggalkan mereka berdua

“Salima, aku tidak mungkin melakukan hal ini, masa aku tidak boleh hamil selama 1 tahun, Jalal bisa marah padaku” sepeninggal Atifa, Jodha mulai melontarkan penolakannya ke Salima “Tenang, Jo … tenang … aku harap kamu bisa berfikir lebih jernih, pakai logikamu, coba bayangkan ini cuma satu tahun, aku pikir rasanya bukan suatu masalah selama 1 tahun kamu tidak hamil, karena toh banyak juga penganten baru yang tidak langsung hamil setelah mereka menikah, lihat aku … aku kan juga penganten baru, baru 2 bulan tapi nggak langsung hamil juga kan ? aku yakin Jalal akan baik baik saja, dia pasti tidak akan mempersoalkan hal ini, Jo” Salima berusaha meyakinkan Jodha

Redenvouz“Tapi Salima …”, “Jodha …” Salima segera menghentikan ucapan Jodha “Pikirkan ini, Jo … proyek ini sebagai titik awal kebangkitan kamu, setelah berita berita miring itu dan lagi kamu tahu siapa saja yang pernah jadi ambasador kosmetik ini ?” Jodha menggelengkan kepalanya

“Nadya Hutagalung, Tamara Blezinsky, dan beberapa nama model ternama, kamu seharusnya bangga karena dirimu walaupun sebagai pendatang baru tapi sudah bisa sejajar dengan mereka, it’s amazing, Jodha !” mata Salima berbinar binar terang “Jujur, aku iri sama kamu, Jo … aku sendiri yang sudah lama berkecimpung didunia model, belum bisa menembus produk kosmetik ini, produk kosmetik ini nggak main main, ini produk internasional dan kamu mewakili negara kita, ini kesempatan emas buat kamu, posisi ini sangat diinginkan oleh semua model, Jo ! This is a challenge for you !” lama Jodha menimbang nimbang tawaran tersebut

“Baiklah … !” Salima langsung bersorak girang “Tapi eeiittsss … tapi ingat Salima, aku nggak mau Jalal tahu tentang hal ini, maksudku persyaratan nomer 5 tadi, aku yakin dia pasti tidak akan setuju dengan syarat tersebut, kamu tahu kan, Jalal ?” Salima mengangguk angguk “I will keep this secret ! Aku akan jaga rahasia ini” tak lama kemudian Salima memanggil Atifa dan tanda tangan kontrak itupun terjadi, Jodha resmi menjadi ambasador kosmetik Lamour’, selain uang tunai yang diterimanya, Jodha juga mendapatkan semua produk kosmetik Lamour’ selama 1 tahun.

“Selamat ya Jodha, welcome to Lamour’” Atifa memberikan ucapan selamat ke Jodha dengan mantap, Jodha menyambutnya hangat “Tapi sebelumnya, kami ingin mengadakan konferensi pers sebagai pre launching the new ambasador, kamu masih ada waktu kan ? Yaa nggak lama, paling cuma setengah jam, bisa kan ?” sebenarnya Jodha jengah kalau harus bertemu dengan awak media lagi karena selama 2 bulan ini Jodha sudah jemu dengan pertanyaan mereka tentang insiden di diskotik Cassanova

“Bagaimana, Jodha ? Kamu mau bertemu dengan mereka ?” Salima harap harap cemas dengan permintaan Atifa “Oke, mari kita temui mereka” ujar Jodha sambil berdiri “Bagus ! Mari aku antar, mereka ada dilantai 3” tak lama kemudian Jodha dan Salima mengikuti Atifa menuju ke lantai 3 menggunakan lift, begitu sampai disana, Jodha bisa melihat ada sebuah meja panjang dengan beberapa mikrofon yang tergeletak diatasnya, sedangkan para wartawan duduk berbaris kebelakang didepan meja panjang tersebut, selama kurang lebih 30 menit sesi tanya jawab dimulai hingga akhirnya pada menit menit terakhir ada beberapa wartawan yang mulai menyentil kembali pertanyaan tentang insiden di diskotik Cassanova

“Nona Jodha, kali ini pertanyaan kami diluar produk Lamour’, kami ingin bertanya tentang insiden di diskotik Cassanova, apakah anda bersedia menjawabnya ?”, “Maaf, pertanyaan diluar konten produk Lamour’ tidak akan kami layani, jadi kami rasa sesi tanya jawab sudah berakhir, terima kasih” Atifa mencoba menyudahi pers konference siang itu

“Tapi nyonya Atifa, beri kami sedikit waktu” saat itu Atifa sudah meminta Jodha untuk berdiri meninggalkan ruangan tersebut “Tidak apa apa, nyonya Atifa … saya akan menjawab 3 pertanyaan” Jodha akhirnya melunak menanggapi permintaan wartawan

“Oke three more question !” Atifa meminta para wartawan untuk mulai bertanya “Nona Jodha, apakah anda ada hubungannya dengan korban Constantin Rainier Dubois alias Kevin yang tewas kemarin ?”, “Kabarnya anda akan melangsungkan pernikahan apakah itu hanya settingan belaka untuk menyelamatkan nama anda ?”, “Apakah anda masuk dalam jaringan Jakarta Undercover ?” ketika wartawan keempat mau bertanya, Atifa segera menghentikan kesempatan tersebut

“Sudah tiga pertanyaan sudah cukup, sekarang giliran nona Jodha akan memberikan jawabannya, silahkan nona Jodha” Jodha menghela nafasnya dalam “Baik, pertanyaan pertama saya memang mempunyai hubungan dengan Kevin, dia adalah fotografer yang juga sahabat terbaikku, yang kedua saya paling tidak suka berbohong, oleh karena itu kabar tentang pernikahan saya itu hanya settingan belaka sungguh sangat menyakitkan buat saya, karena bagaimanapun juga pernikahan itu adalah hal yang suci dan sebuah ibadah jadi bukan suatu hal yang harus dipermainkan, kemudian yang ketiga saya tidak pernah masuk ke dalam jaringan apapun, terima kasih” Jodha segera berdiri diikuti oleh Salima

“Tapi nona Jodha …. “, “Maaf, sudah cukup tiga pertanyaan saja, nona Jodha masih banyak kegiatan” ujar Atifa yang kemudian mengikuti langkah Jodha dan Salima menuju lift, sementara para wartawan dicegat oleh para security yang berjaga disana. Sepeninggal dari kantor Atifa, Jodha dan Salima berpisah satu sama lain, Jodha segera meluncur ke kantor Jalal dengan mobil Chevrolet mininya, namun sebelum sampai ke kantor Jalal, Jodha mampir dulu ke restaurant cepat saji dan membeli beberapa makanan dan minuman untuk makan siang bareng Jalal dan sesampainya dikantor Jalal, rupanya Jalal masih menerima seorang tamu terpaksa Jodha harus menunggu diluar ruang kerja Jalal sambil memainkan gadgednya selama kurang lebih 10 menit

“Haiii … ngapain siang siang kesini ?” Jalal menghempaskan tubuhnya disofa disebelah Jodha “Sudah selesai meetingnya ? Aku mau ngajak makan siang”, “Makan siang ? Oke … C’mon !” Jalal langsung menggandeng lengan Jodha menuju ke lift kemudian ketika Jalal hendak menekan tombol lift ke parkir dibasement, Jodha menyambar tangan Jalal “Kita jalan kaki saja, nggak pake mobil, pilih ke lobby saja” Jalal menuruti permintaan Jodha kemudian memencet tombol lobby “Memangnya kita mau kemana ?”

“Aku mau makan siang di taman yang disebrang gedung kantormu ini, kamu pernah makan siang disana ?” Jalal menggelengkan kepala “Lalu apa yang akan kita makan ?” Jodha menunjukkan tas kresek yang dibawanya sedari tadi, Jalal mengernyitkan dahinya “Apa itu ?”, “Sekali sekali makan junk food nggak papa kan ?” pintu lift mulai terbuka, Jalal dan Jodha segera berjalan bergandengan tangan menuju ke taman disebrang gedung kantor Jalal.

Sesampainya disana, Jodha segera menggeret lengan Jalal menuju ke sebuah bangku taman yang kosong, sementara bangku bangku yang lain sudah terisi oleh segerombolan anak muda yang sedang bercengkrama, ada pula sebuah keluarga bersama anak anak mereka “Nah, kita duduk disini saja” Jodha segera duduk dibangku taman, sementara Jalal malah bingung dengan tingkah Jodha

“Kenapa ? Oh iyaa … sini lebih baik kamu buka saja jas mu ini” Jodha segera melepas jas yang dikenakan Jalal “Gimana lebih enakkan kan ?” Jodha menaruh jas Jalal disebelahnya, sementara Jalal mulai menggulung lengan kemejanya hingga kesiku, kemudian Jodha membuka tas kresek yang berisi makanan tadi dan memberikan sepotong burger ke Jalal, awalnya Jalal tidak ingin memakannya, Jalal memang paling anti sama makanan junk food yang siap saji seperti itu “Kenapa ? Makan satu burger nggak papa kan ? Coba deh, sekali kali makan junk food nggak ada salahnya juga kan ?” Jalal menyeringai kemudian mulai memakan burger tersebut, Jodha pun ikutan menikmati makan siang mereka ditaman kota, sebuah acara makan siang yang tidak pernah Jalal lakukan sebelumnya.

“Ada saus diujung bibirmu” Jalal menunjukkan saus sambal yang menempel diujung bibir Jodha, Jodha berusaha untuk menghapusnya tapi selalu salah tempat, kemudian Jalal mengusapnya dengan tissue yang dibawa Jodha “Makasih, sayang” Jalal hanya tersenyum “Kamu suka makan siang disini dengan sepotong burger dan segelas cola ?”

“Pengalaman baru, seru juga tapi ngomong ngomong, kalau boleh aku tahu, apa yang ingin kamu katakan ? Biasanya kalau ada sesuatu yang kamu minta, kamu selalu begini” Jalal sudah bisa membaca maksud Jodha yang mengajaknya makan siang saat itu “Aku memang mau mengatakan sesuatu ke kamu, kok kamu tahu ?” Jalal hanya tersenyum kemudian merangkul Jodha “Memangnya ada apa ?”, “Tadi pagi aku baru saja menandatangani sebuah kontrak, sayang”, “Kontrak ? Kontrak apa ?” Jalal sedikit terkejut ketika Jodha mengatakan hal itu

“Aku diminta jadi ambasador produk kosmetik internasional, namanya Lamour’, brand ini sudah puluhan tahun dan nilai kontraknya mantap ! kamu nggak masalah kan ?” ujar Jodha sambil mengacungkan jempolnya, lama Jalal menatap Jodha dengan tatapannya yang penuh cinta kemudian diciumnya dahi Jodha dan berkata “Untuk saat ini aku tidak akan mempermasalahkan hal itu tapi setelah kita menikah, aku mau semua kontrak yang akan kamu tanda tangani harus sepengetahuanku karena bagaimanapun juga aku adalah suamimu dan aku nggak mau kalau tiba tiba kamu nggak punya waktu buat aku gara gara pekerjaan itu” Jodha segera mendaratkan ciumannya dipipi Jalal

“Terima kasih, sayang … aku akan ingat itu, mulai sekarang aku akan mengurangi kegiatanku, keluarga nomer satu !”, “Paling tidak weekend adalah waktu kita berdua, jadi aku harap kamu tidak bekerja di saat weekend” Jodha mengangguk mantap menyetujui permintaan Jalal.

Tanpa terasa hari H menjelang pernikahan Jodha dan Jalal semakin dekat, seminggu sebelum hari H Jodha dan keluarganya sudah boyongan pindah ke ranch kuda milik tuan Humayun, karena bagaimanapun juga Jodha dan teamnya harus mempersiapkan semuanya disana, sedangkan Jalal dan keluarganya masih berada dirumah mereka masing masing, begitu H – 1 mereka baru datang ke ranch kuda yang terletak di Puncak Bogor.

Akhirnya hari yang ditunggu tunggu itupun tiba, semua tamu yang berdatangan di ranch kuda tuan Humayun merasa takjub begitu melihat tempat perhelatan pelaksanaan ijab kabul yang akan diselenggarakan, yaitu sebuah gazebo yang berbentuk kubah emas dengan tirai putih yang mengelilinginya yang diikat dengan pita emas pada setiap sisi, sementara kursi tembaga kuning dengan ornamen bunga bunga kecil warna putih dan dedaunan disekitarnya disetting model theatre mengelilingi gazebo kubah emas dengan hiasan pot bunga berisi bunga mawar putih dan merah dan lampu lampu taman sebagai pembatas jalan menuju ke kursi tersebut, sementara jalan menuju ke gazebo kubah emas terhampar karpet merah yang ditaburi bunga mawar putih.

Begitu matahari tenggelam dari peraduannya tepatnya setelah maghrib, perhelatan ijab kabul menjadi sebuah tempat yang sangat romantis yang hanya diterangi oleh lampu lampu dan aroma wangi bunga mawar membuat semua tamu yang ingin melihat pernikahan Jalal dan Jodha merasa takjub dengan settingan tempat yang didesain oleh Jodha sendiri.

Ketika Jalal memasuki perhelatan tersebut semua kursi sudah terisi penuh, Jalal mengenakan setelan jas, celana dan rompi ala kerajaan Eropa dengan pita kupu kupu dengan warna senada putih gading, acara ijab kabul pun terlaksana dengan sekali tarikan nafas, Jalal lancar mengucapkan ijab kabul tersebut, tamu tamu yang hadir disana merasa lega setelah Jalal mengucapkannya termasuk kedua orang tua Jalal tuan Humayun dan nyonya Hamida beserta kerluarga besar mereka.

Tak lama kemudian, setelah Jalal selesai mengucapkan ijab kabul, Jodha mulai masuk kedalam perhelatan diiringi oleh kedua orang tuanya, Jodha muncul dengan dandanannya yang anggun, elegan dan mewah dengan balutan gaun pengantin rancangan desainer Reesham Khan, sebuah gaun pengantin ala Eropa warna putih gading panjang 2 meter yang bagian ujungnya dipegangi oleh keponakan keponakan Jodha, membentuk ditubuhnya dengan tali kecil dibahu yang ditaburi dengan kristal swarovski asli dari Austria plus bordiran benang perak, sementara itu rambutnya yang panjang hitam disanggul modern dengan hiasan korsase bunga yang menempel dikepalanya kemudian ditutupi kain tile putih transparan yang menjuntai hingga kedada.

Begitu sampai di gazebo kubah emas, pak Bharmal menyerahkan tangan Jodha ke tangan Jalal, sebagai bentuk penyerahan tanggung jawabnya sebagai orang tua kepada suami anak perempuan yang mulai hari ini menjadi tanggung jawab Jalal, Jalal menyambut tangan Jodha kemudian membuka kain tile transparant yang menutupi wajahnya, Jodha yang sedari tertunduk dengan dentuman jantungnya yang begitu kencang menengadah memandang wajah Jalal yang menatapnya dengan penuh cinta, Jodha terharu kemudian diciumnya tangan Jalal sedangkan Jalal mencium kening Jodha lembut.

Acara dilanjutkan dengan pemberian mahar berupa seperangkat alat sholat dan seperangkat perhiasan berlian mulai dari kalung, gelang, cincin dan anting antin plus sejumlah uang tunai. Acara skaral pernikahan mereka benar benar sepi dari awak media yang memang dicegah oleh para security dan bodyguard dipintu gerbang utama, para awak media baru boleh meliput pernikahan mereka keesokan harinya karena perhelatan pernikahan Jalal dan Jodha dilaksanakan selama 3 hari 3 malam, tamu tamu yang berdatanganpun berbeda beda dengan gaun pengantin yang berbeda pula kali ini Jodha mengenakan gaun penganten yang punggungnya terbuka hingga kepinggang sementara Jalal mengenakan setelan jas putih gading dengan dasi dengan warna senada.

Jalal dan Jodha benar benar menikmati setiap moment pesta pernikahan mereka yang dilangsungkan di outdoor, keesokan harinya mereka harus menjamu tamu tamu kedua orang tuanya yang dihelat disebuah tenda besar dengan meja meja bundar dan kursi yang mengelilinginya masih dengan nuansa gold and white, tamu tamu tuan Humayun dan nyonya Hamida juga tamu keluarga pak Bharmal dan ibu Meinawati dihelat selama sehari penuh, acara ini menjadi bidikan para awak media yang memang diijinkan untuk meliputnya, Jalal dan Jodha juga sempat mengadakan konferensi pers untuk pernikahannya ini.

Dan keesokan harinya khusus tamu tamu kedua pengantin yang juga dihelat selama sehari penuh, kali ini Jodha mengenakan gaun pesta dengan atasan brokat Perancis dan bawahan kain sutera putih yang menjuntai hingga kebawah, sementara rambutnya dibentuk gelungan yang dibuat dari kepangan rambutnya, sedangkan Jalal hanya mengenakan setelan jas hitam dengan rompi yang warnanya senada dengan dasinya yaitu putih gading.

Pesta terakhir mereka diakhiri dengan pesta sampai tengah malam untuk teman teman mereka, semua tamu menikmati pesta yang digelar oleh Jalal dan Jodha. “Huufffttt … akhirnya, selesai sudah semuanya”, “Terima kasih, sayang … berkat kamu dan teammu semuanya berjalan lancar, mungkin ada baiknya juga kalau kamu memulai bisnis WO” ujar Jalal sambil memandangi Jodha dengan penuh cinta “Waaah … ide bagus juga itu, akan aku masukan dalam agendaku” mata Jodha berbinar terang begitu mendengar ucapan Jalal “Jangan lupa juga, masukan dalam agendamu …” sesaat Jalal terdiam “Apa lagi ?” Jalal kemudian mendekat kearah telinga Jodha “Malam pertama kita, aku ingin melakukannya diguaku karena sang manusia gua telah mendapatkan gadisnya yang akhirnya bisa dinikmatinya sendiri” Jodha melirik sekilas kearah Jalal sambil membelai wajahnya “Dasar manusia gua !” Rendezvous bag 33 by Sally Diandra.