Rendezvous bag 30 by Sally Diandra. Ketika Jodha dan Jalal masih dinterogasi di kantor kepolisian, dirumah tuan Humayun pagi itu setelah selesai jogging, tuan Humayun segera menghampiri nyonya Hamida yang serius membaca koran
“Apa ada berita yang begitu penting, sehingga kedatanganku saja tidak kamu ketahui ?” Hamida menurunkan kacamata bacanya agak melorot ke ujung hidungnya, sementara tuan Humayun sedang menggerak gerakkan badan ke kanan dan kekiri didepan nyonya Hamida, mengendurkan semua otot ototnya yang mulai tua
“Ooh maaf sayang, aku nggak tahu kalau kamu sudah pulang, dapat berapa putaran pagi ini ?” ujar ibu Hamida sambil menuangkan teh kedalam cangkir untuk suaminya lalu memberikannya ke suaminya
“Yeaaah … lumayanlah bisa membuat badanku berkeringat” tuan Humayun segera menghempaskan tubuhnya dikursi disebelah istrinya kemudian meminum teh hangat tersebut, nyonya Hamida tersenyum sambil mengusap setetes keringat yang mengucur didahi suaminya
“Ada berita apa pagi ini ? Aku lihat kamu begitu serius tadi” nyonya Hamida menghela nafas dalam kemudian membuka berita tentang Jodha dihalaman 11 dan menunjukkannya ke tuan Humayun
“Baca ini ! Lalu bagaimana menurutmu ?” sesaat tuan Humayun membaca baris demi baris berita dikoran yang memuat nama Jodha dan Jalal, sambil sesekali mengerutkan keningnya lalu merubah ekspresinya menjadi serius
“Ini Jodha, teman Jalal ? Yang sering diajaknya kesini ?” nyonya Hamida menganggukkan kepalanya “Ayah, sebenarnya gadis itu bukan sekedar teman, dia adalah pacarnya Jalal dan kamu tahu Jalal akan segera menikahinya” tuan Humayun tercengang mendengar kabar dari istrinya
“Dia akan menikahi gadis ini ?” ujar tuan Humayun sambil menunjuk kearah berita tentang Jodha, nyonya Hamida mengangguk pelan
“Tadi pagi dia menelfon, kalau aku nggak boleh memberikan kesimpulan apapun tentang berita ini, dia akan mengabari aku katanya” ujar nyonya Hamida sambil meminum teh hangatnya
“Lalu kapan dia akan datang ? Coba telfon anakmu itu !” nyonya Hamida menuruti permintaan suaminya dan mencoba menelfon Jalal tapi telfon Jalal sibuk “Telfonnya sibuk, coba nanti aku telfon dia lagi”
Sementara itu diapartemen Rukayah pagi itu, Syarifudin sudah ada disana bersama beberapa anak buahnya “Plaaaakkkkk !” terdengar suara tamparan yang cukup keras “Bodoh kamu ! Otak kamu ini dimana sih ? Dasar tidak berguna !” Rukayah sangat marah terhadap salah satu anak buah Syarifudin yang berdiri didepannya
“Tenang, Rukayah … tenang … kamu tidak usah panik !” Syarifudin yang duduk disofa terlihat santai melihat perlakuan Rukayah terhadap anak buahnya “Bagaimana aku tidak panik, Syarif ! Anak buahmu ini telah bertindak bodoh ! Ngapain juga sih dia pake bunuh fotografer itu ?” Rukayah berjalan mondar mandir didepan Syarifudin
“Itu karena bule itu menghalang halangi jalanku, nona … waktu aku mau membawa perempuan yang diminta sama si bos, nona” anak buah Syarifudin mencoba membela diri didepan Rukayah “Diam ! Kamu bodoh ! Walaupun bule itu menghalang halangi kamu, seharusnya tidak perlu kamu bunuh ! Kamu kan bisa menyingkirkannya dengan cara lain bukan dengan membunuhnya ! Kalau begini pasti polisi akan mencari kamu ! Kamu paham ? Coba pake otak kamu !” suara Rukayah mulai meninggi
“Sudahlaaah, Rukayah … santai saja, coba kamu cooling down terlebih dulu” Rukayah menatap Syarifudin dengan tatapan marah “Syarif ! Aku kan sudah bilang sama kamu, hanya Jodha yang kita kerjai, bukan Jalal ! Kenapa kamu malah menyuruh semua anak buahmu ini menghajar Jalal ?” mata Rukayah melotot kearah Syarifudin
“Rukayah, bagaimana aku tidak marah, dia mengambil permataku, lagian kenapa dia bisa datang ? Kalau dia tidak datang maka tidak akan ada kejadian seperti ini dan pagi ini aku sudah bisa menikmati permataku, Jodhaa” ujar Syarifudin dengan matanya yang jalang membayangkan Jodha menari semalam dan berada dalam pelukkannya
“Sudah ! Sekarang kalau sampai kamu tertangkap oleh polisi, jangan berani beraninya kamu menyebut namaku ! Karena aku tidak segan segan akan membunuhmu ! Camkan itu !” anak buah Syarifudin hanya bisa menunduk nunduk didepan Rukayah, sementara Syarifudin mencoba membuat rencana berikutnya
“Lalu apalagi yang akan kita lakukan, Rukayah ?”, “Lebih baik kita jangan gegabah, Syarif … aku yakin polisi saat ini sedang mencari siapa pembunuh bule itu, lebih baik kita diam dulu tapi jangan lupa sebarkan pada teman temanmu bahwa Jodha bisa dibooking, kalau perlu beritahu media juga, aku ingin Jodha hancur berkeping keping, mana mau nyonya Hamida memiliki menantu yang membuat nama keluarganya tercoreng, hahahaha” Rukayah tertawa terbahak bahak membayangkan Jodha yang sebentar lagi hancur tak bersisa
Sementara itu setelah selesai diinterogasi dikantor kepolisian, Jalal dan Jodha segera keluar dari sana menuju kepelataran parkir, ketika mereka berdua menuju kemobil Jalal, tiba tiba serombongan wartawan datang menghampiri mereka “Nona Jodha, bisa berikan klarifikasinya pada kami soal insiden semalam ?”, “Kami dengar korban yang tewas itu salah satu teman dekatmu ya ?”, “Apakah semalam kamu memang mabuk berat sehingga bisa menari seliar itu ?” Jodha merasa bingung diberondong dengan beribu pertanyaan dari wartawan sementara Jalal berusaha melindungi Jodha dan terus mengajak Jodha berjalan menuju ke mobilnya “Tuan Jalal, bisakah anda berikan klarifikasi kepada kami ?”, “Nona Jodha, apakah tuan Jalal ini pacar anda ?”, “Nona Jodha, berikan sedikit konfirmasi untuk kami” Jodha hanya diam saja sambil terus berlindung dipelukkan Jalal sampai ke mobil Jalal, Jodha segera masuk kedalam mobil, sementara Jalal memutar kearah kursi kemudi, para awak media itu masih memburu Jalal, sementara sebagian awak media yang lain mengetuk ngetuk kaca mobil disamping Jodha, Jodha hanya diam saja, ketika Jalal sudah berhasil membuka pintu mobilnya, tiba tiba salah satu wartawan bertanya padanya hingga membuatnya berhenti sejenak “Tuan Jalal, apakah nona Jodha masuk dalam jaringan Jakarta Undercover ?” Jalal langsung menoleh kearah wartawan yang bertanya tersebut “Kalau kamu bukan wartawan, aku pasti langsung menghajar kamu ! Jodha tidak seperti yang kalian kira !” ujar Jalal dengan nada marah lalu segera masuk kedalam mobilnya dan melarikan mobilnya sekencang mungkin meninggalkan kantor kepolisian.
Sepanjang perjalanan Jalal hanya diam saja, Jodha merasa tidak enak dengan sikap diam Jalal seperti ini “Kamu tidak apa apa ?” Jodha merasa sedih melihat Jalal yang begitu marah hingga melarikan mobilnya begitu kencang dijalan raya yang agak sedikit lengang siang itu karena hari minggu
“Jalal …” Jodha memegang lengan Jalal, tiba tiba ponsel Jodha yang sedang dicas berbunyi mengagetkan mereka, dilihatnya nomer yang tidak dikenal namun Jodha segera menyambar ponsel andronya itu “Hallo …”
“Hai, ini Jodha yaa ? Apa kabar, Jo ? Aku menonton videomu semalam di Youtube, waah kamu memang begitu menggairahkan, berapa tarifmu semalam ?” suara diujung sana membuat Jodha bergidik
“Tarif semalam ?” Jodha mengernyitkan dahinya, Jalal langsung menoleh kearah Jodha “Berikan padaku !” Jodha memberikan ponselnya ke Jalal
“Hei, bung ! Anda salah alamat ! Jodha sudah menikah !” Jalal langsung memencet tombol off dan memberikannya ke Jodha
“Mereka mengira aku bisa dibooking ? Aku benar benar bodoh !” Jodha menyesali perbuatannya semalam, Jalal segera meminggirkan mobilnya ke tepi dan mematikan mobilnya kemudian memegang tangan Jodha “Jo, sudah saatnya kita menikah, aku tidak akan menunda nundanya lagi, apalagi saat ini semua orang menganggap kamu yang tidak tidak” Jodha menatap wajah Jalal dengan wajah memelas
“Aku minta maaf, karena aku telah menyusahkanmu” Jalal menggelengkan kepalanya “Kamu tidak menyusahkanku, Jodha … aku percaya padamu kalau semua ini diluar kendalimu tapi aku paling tidak terima kalau mereka menganggapmu perempuan yang tidak benar apalagi kamu tahu … tadi ada wartawan yang menanyakan apakah kamu masuk dalam jaringan Jakarta Undercover” Jodha mengernyitkan dahinya
“Jakarta Undercover ? Apa itu ?”, “Kamu tidak tahu ?” Jodha menggelengkan kepalanya, Jalal menghela nafas “Itu adalah sebuah jaringan prostitusi tingkat tinggi dimana para artis dan model yang menjadi pemainnya” Jodha terperangah
“Maksudmu … mereka itu yang menjadi PSK ?” Jalal menganggukkan kepalanya “Itulah mengapa aku tadi marah pada wartawan itu, kita harus menyelematkan namamu, Jo … mereka sudah menganggapmu seperti itu, oleh karena itu aku akan segera menikahimu” mata Jodha berkaca kaca
“Tapi Jalal … “, “Apalagi ?”, “Bagaimana dengan ibumu ?” Jalal kembali menghela nafasnya
“Saat ini kita akan kerumahnya, kita ceritakan semua ini kemereka ke ayah dan ibuku, kamu siap ?” Jodha mengangguk, Jalal mencium jemari Jodha lembut kemudian kembali melarikan mobilnya menembus keramaian kota menuju masion Humayun, ayah Jalal. Rendezvous bag 31 by Sally Diandra