Sinopsis Jodha Akbar episode 297 by Meysha Lestari. Ruqaiya dengan bercadar menghmpiri Jalal yang sedang saling tatap dengan wanita pengungsi dari kabul. Ruq memandang Jalal dan wanita itu bergantian, lalu dengan lembut menyapa Jalal, “Yang mulia…” Jalal dengans edikit salah tingkah berkata, ratu Ruqaiya, aku rasa semua wanita harus di pekerjakan di harem.” Ruq mengangguk, “baklah.” Lalau Ruq berbalik ketempatnya. Jalal berkata pada atgah, “Atgah Khan, aku minta kau antar mereka ke kamar tamunya.” Atgah menjawab, “baik yang Mulia.” Sebelum pergi, Jalal menatap wanita itu sekali lagi. Ruq melihatnya dengan rasa penasaran dan tidak suka.
Ruq sedang berjalan, Hoshiyar menyusulnya dan bertanya, “ratu Ruqaiya, kenapa kau kelihatan khawatir sekali? Apa yang kau pikirkan?” Ruq sambil berpikir keras berkata, “Hoshiyar, aku tidak mengerti kenapa Raja Percaya begitu saja, mungkin saja mereka semua itu musuh.” Hoshiyar jadi ikut-ikutan berpikir.
Malamnya, Jodha dan jalal sudah duduk berdampingan mendengarkan nyanyian Tansen ketika Ruq datang dan memberi salam, “salam, Yang Mulia. Salam Ratu Jodha..” Jodha melipat tangan membalas asalam Ruq. jalal menepuk tempat kosong disebelahnya mempesilahkan Ruq duduk. Ruq mengucapkan terima kasih. Ramtanu mulai bersenandung dan bernyanyi dengan suara merdunya. Hamida berkata pad Salima, “dia itu penyanyi yang sangat hebat, suaranya bergitu nerdu. Dia penyanyi yang sangat berbakat.” Salima menyahut, “kau benar ibu, dia adalah penyanyi favorit yang Mulia.”
Di singhasananya, jalal menoleh pada Jodha yang di duduk di sebelahkananya, “dia itu penyanyi yang sangat hebat kan ratu Jodha?” Jodha menyahut, “benar Yang Mulia, Tansen memiliki suara yang sangat merdu.” Jalal menatap Tansen dan penyanyi wanita yang duduk di samping tansen. Wanita itu berguman dalam hati, “apa yang mulia tahu jika akulah yang ada dikamar mandi itu?” Jalal bertanya pada Ruq, “Ratu Ruqaiya, kau tahu tansen itu adalah penyanyi yang sangat hebat?” Ruq menjawab, “Yang Mulia, setiap Tansen bernyanyi, semua orang seperti sedang dalam mimpi.” Dan yang di katakan Ruq memangbear, semua begum dan yang hadir terlena oleh suara tansen. Ternyata kali ini, Tansen tidak bernyanyi sendiri, tapi berkolaborasi dengan wanita dari kamar mandi. Negitu mendengar wanita itu bernyanyi dengan suara merdunya, Jalal langsung terpukau dan terlena. Matanya menatap lekat-lekat wanita itu. Laguitu kembali ditutup oleh suara merdu tansen. Jalal dengan rasa puas memujinya, “wow… luar biasa sekali, aku selalu menjadi pengemarmu setiap kali aku mendengar kau bernyanyi. Kau dan muridmu itu boleh datang dan tampil di sinisetiap saat.” Tansen menoleh ke arah wanita yang di sangka Jalal muridnya dan menjelaskan pada Jalal, “Atifa baru saja datang bersamaku.” Jalal berkata, “mendengar ada suara baru membuat musikmu menjadi terdengar segar. Itu akan menambah musiknya lebih terdengar indah.” Tansen tersenyum dan menyahut, “terima kasih Yang Mulia.” Jalal meminta Tansen memperkenalkan muridnya. tansen menyuruh atifa itu memperkenalkan diri. ATifa kemudian maju ke depan dan memberi salam pada Jalal. Jalal mengangkat tangannya. Atifa membuka kerudung yang menutupi wajahnya. Jalal tersenyum kagum melihat kecantikannya dan sama sekali tidak terkejut seperti saat pertama kali melihatnya. Malah Jodha yang kaget, “bukankah dia perempuan yang sama yang ada di lukisan yang mulia? ~Jodha teringat saat melihat lukisan atifa di kamar jalal~ Dia juga perempuan yang ada di kamar mandi saat itu.”
Tansen dan Atifa kembali bernyanyi. Kali ini ATifa tidak menutup wajahnya. Jalal benar-benar terlena oleh suara dan kecantikan ATifa. Jodha terlihat tidak suka. Apalagi saat Jalal menatap wanita itu tanpa berkedip. Semua begum terlena oleh nyanyian Tansen dan Atifa, hanya Jodha yang merasa tidak enak hati. Setelah pertunjukan tansen dan ATifa berakhir, semua orang berdiri memberi applaus dan berkata, ‘luar biasa’. Jalal secara pribadi memuji Atifa, “luar biasa, aku tidak pernag mendengar suara sebagus itu.” Jalal menghampiri tansen dan Atifa, “sangat bagus.” tansen menjawab, “terima kasih, yang Mulia.” Tansen kemudian meninggalkan Jalan dan Atifa. Jalal memuji ATifa, “suaramu sangat indah sekali.” Jalal melepas kalungnya dan memberikannya pada Atifa. Atifa menerima kalung itu lalu mengangkat tanganya untuk memberi salam. Jalal mengenggam tangan Atifa dan meremasnya di hadapan para Begum dan semua orang. Atifa mengangkat wajahnya menatap Jalal. Jodha dengan hati kebat-kebit menatap adegan itu, begitu pula dengan Ruqaiya. Bahkan ketika Atifa hendak bernajak pergi, dengan lembut, Jalal menahan pundaknya, “tunggu dulu.” Jalal membuka kerudung Atifa yang merapikannya sambil berkata, “sebaiknya kau tinggal di harem saja, kau akan lebih aman di sana.” Jodha terperangah tak percaya. melihat reaksi Jodha, Ruq tersenyum licik. Atifa mengucapkan terima kasih atas tawaran jalal. jalal menatap Atifa dengan tatapan yang biasa di gunakan untuk menatap Jodha. Atifa balas menatap Jalal. Keduanya saling bertatapan. Melihat itu satu persatu para Begum meninggalkan Jalal. Hingga jalal dan Atifa berdua.
Atifa mengemasi barang-barangnya dan hendak pergi, tapi jalal menahanya, “dengar, aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Suaramu begitu merdu. Kau membuat aku kagum.” Atifa tersenyum dan memberi salam. Jalal melihat luka di tangan Atifa, menjadi khawatir. Dia memegang tangan yang terluka itu. Sambil menatap Atifa dengan prihatin. Ruq melihat adegan itu dari kejauhan dengan rasa penasaran. Jalal menatap kepergian Atifa dengan rasa tertarik amat sangat. RUq tersenyum dan berkata, “sekarang aku tahu, ada burung yang bernyanyi lebih merdu di sini, kasihan Ratu Jodha.”
Atifa kembali ke kamarnya sambil tersenyum-senyum sendiri. Begitu sampai, dia langsung duduk di depan cermin dan melepaskan anting-antingnya. Muncul seorang pria yang adalah suaminya di belakang Atifa yang menatapnya dengan wajah tak suka. Suami atifa berkata, “kau kelihatan bahagia sekali.” Atifa menjawab, “ya. yang Mulia itu baik sekali.” Suami atifa berkata, “ya, tapi kau harus ingat siapa dirimu sebenarnya. Kau tidak akan mungkin tinggal di rumah gundik ini.” Atifa berusaha menjelaskan, “tapi Yang Mulia yang menyuruhku tinggal di sini.” Mednengar itu, suami atifa langsung menanparnya, “memangnya siapa kau? Kau pikir kau pantas tinggal di harem? Jangan lepaskan kerudungmu ini. ~Suami atifa membuang nafas dengan kasar~ Jangan melakukan sesuatu yang bisa membuatku marah.” Setelah berkata begitu, suami atifa pergi meninggalkan Atifa yang menangis tersedu-sedu.
Jodha termenung. Dia teringat lukisan Atifa di kamar Jalal, dan penjelasan jalal saat dia bertanya siapa wanita dalam lukisan itu. Jodha terlihat kesal dan geram ,erasa di bohongi Jalal. Dalam hati Jodha berkata, “ternyata Yang Mulia mengenal perempuan itu, apa aku harus bicara pada yang Mulia atau tidak?”
Di penjara, Sharifudin kembali datang untuk menyiksa Khaibar. Sharif memegang sepasang besi panas, besi panas itu kemudian dia tempelkan di kedua lengan khaibar. Khaibar menjerit kesakitan. Sharif ytertawa terbahak-bahak. Dia kemudian memberi isyarat agar Khaibar tidak berisik, “hari ini aku tidak akan menyiksamu. Aku hanya ingin mengatakan jika aku cemburu padamu karena Ratu Jodha sangat perduli padamu. Aku sangat mencintainya, aku menyerang Amer demi dia tapi Jalal yang mendapatkannya. Jalal menikahinya lalu mereka saling jatuh cinta. Aku tidak akan membiarkan kaumu merebut hati Jodha dariku lagi..” Sharif dengan kasar menarik rambut Khaibar. Khaibar menjerit keras. Setelah Sharif melepas rambutnya, Khaibar menatap dupatta Jodha yang membelit tangannya dan mengendus baunya. Melihat itu Sharif tertawa, ” kita berdua sama-sama mencintai ratu jodha. Tapi kenyataannya, Ratu Jodha sekarang sudah mencintai Jalal, kita berdua tidak bisa berbuat apa-apa. Kalau kau mencintai seseorang yg sudah menikah, agar bisa mendapatkannya, kau harus menghancurkan pernikahannya. Aku ingatkan, kau tidak akan bisa mendapatkan hatinya ratu Jodha, akulah yang akan mendapatkannya.” lalu Sharif tertawa terbahak-bahak.
Jalal termenung di jendela kamarnya. Dalam hati dia berkata, “aku merasa ada sesuatu di dalam diri atifa.” Jalal mendekati lukisan Atifa dan mengamatinya, “aku begitu tertarik padanya. Dia tersenyum padaku.” Jalal tersenyum sendiri.
Di penjara, Khaibar berteriak. Pengawal menyuruhnya diam, “jangan berteriak. Kau masih hidup karena raja kita yang berbaik hati. Kalau kau berteriak lagi, aku akan menusukan pedangku padamu.” Seseorang nampak berjalan mengendap-endap di belakang pengawal dengan belati terhunus. Pengawal menyuruh Khaibar mebgingat-ingat kata-katanya. Khaibar berteriak lagi. Pengawal pasti akan marah kalau lehernya tidak keburu di potong. Pemotong leher itu adalah seorang penyusup, terbukti setelah membunuh pengawal, dia melucuti semua pakaiannya dan memakaikannya.
Esok harinya, di dewan e khass, Jalal sedang mengatur pernikahan antara putra Atgah Khan dengan seorang Rajkumari. Jalal terlihat senang dengan hubungan itu, “hubungan ini akan mempererat persahabatan dan menciptakan perdamaian. Ini juga akan membuat negara-negara di India bersatu. Semoga usaha kita ini tidak sia-sia.” Jalal kemudian mengucapkan selamat pada Atgah dan memeluknya. Setelah itu, Atgah dan pihak calon mempelai wanita juga saling berpelukan dengan bahagia.
Khaibar menatap orang yang datang menghampirinya. Ternyata dia adalah pawang Khaibar, anak buah Mahachucak yang menyamar jadi prajurit Mughal. Pawang berkata, ‘sekarang aku akann membebaskanmu Khaibar, tapi kau punya tugas. Sekarang kau harus membunuh Ratu Jodha. Setelah itu kau juga harus membunuh Jalaluddin Muhammad Akbar. Kedua-duanya harus mati. Kau harus menghancurkan kerajaan Mughal. Ini perintah Ratu Mahchucak.” Lalu sambil mendekati Khaibar, pawang kembali berkata dengan lantang, “kau harus membunuh Ratu Jodha.” Mendengar itu, Khaibar marah. Dia mengayunkan kepalanya kearah pawang hingga si pawang terpental. Khaibar berteriak marah. Si pawang ikut-ikutan marah. DIa mengeluarkan cambuknya, “jika kau menolak, kau akan menanggung resikonya.” Pawang mulai mencambuki Khaibar dengan kejam.
Rahim menemui Jodha di kamarnya. Jodha menyambutnya dengan gembira, Khanekhana kemarilah, katakan padaku ada apa kau kesini?” Rahim menjawab kalau dia ingin menunjukan mainannya pada Jodha. Jodha mengodanya, “apa kau akan berbagi mainanmu denganku, Rahim?” Dnegan lugu Rahim menjawab, “tentu saja, kau itu adalah ibuku.” Seorang pelayan masuk dan memeritahu kalau dia membawakan mainan dari Ratu Salima. Jodha mengangguk. Seorang pelayan yang lain masuk sambil membawa setumpukmainan. Rahim terlihat senang dan segera berlari menghampiri mainan itu. Melihat tingkah Rahim, Jodha tertawa geli. Pelayan menyerahkan beberapa boneka pada Rahim. Rahim menerimanya. Lalu pelayan mengambil patung gajah yang berat danmenjatuhkannya di depan Jodha. Jodha mengambil mainan itu yang patah kakinya dan menegur sipelayan. Jodha berniat elekatkan kaki patung pada tempatnya. Si pelayan mendekat, meminta maaf dan memberi isyarat pada Jodha agar melihat ke dalam lubang kaki patung yang patah. Jodha menatap pelayan curiga, tapi menuruti kemauannya. Jodha mengeluarkan selembar kain dari dalam patung gajah dan bertanya, “apa ini?” Pelayan sambil tersenyum menjawab, “aku tidak tahu, yang mulia ratu. Salam..” Pelayan itu tanpa menunggu Jodha segera beranjak pergi. Jodha terlihat bingung… .. Sinopsis Jodha Akbar episode 298 by Meysha Lestari