Bila Saatnya Tiba bag 36 by Sally Diandra. Jalal masih menemani Jodha saat itu “Apakah kamu tadi melihatku di restaurant Puri Asri ?” Jodha hanya diam saja tidak menggubris pertanyaan Jalal, Jalal sangat sedih karena Jodha mengabaikannya “Aku tidak ingin membahasnya” tiba tiba Jodha mulai angkat bicara “Aku ingin sendirian, aku lelah, aku ingin tidur” tiba tiba pintu kamar terbuka ada dua perawat yang datang menghampiri mereka dengan sebuah tempat tidur yang bisa dorong “Maaf, nyonya Jodha, anda akan kami pindahkan ke kamar” Jodha mengangguk “Biar aku gendong saja istriku” Jalal langsung mengulurkan tangannya hendak menggendong Jodha, Jodha hanya memandangi wajah suaminya dengan tatapan ketus namun tidak berontak dan dengan sigap Jalal langsung menggendong Jodha lalu direbahkannya ditempat tidur dorong yang dibawa oleh perawat dan langsung didorong keluar oleh perawat, diluar Moti dan Reesham masih setia menunggu begitu melihat Jodha keluar, mereka segera mengikutinya, Jalalpun mengekor dibelakang. Sampai malam hari ketika ibu Meinawati dan kedua adik Jodha datang, Jodha masih belum juga mau ngobrol dengan Jalal, Jodha malah terkesan mengabaikan Jalal dan ketika ibu Meinawati pamit pulang “Ibu, besok kalau aku boleh pulang, aku ingin pulang kerumah ibu”, “Jodha, ibu senang sekali kalau kamu menginap dirumah ibu tapi kamu harus minta ijin dulu sama suamimu” bu Meinawati langsung melirik kearah Jalal, “Boleh, ibu … Saya ijinkan, mungkin Jodha kangen dengan ibu, iya kan Jodha ?” Jodha hanya diam saja tidak memandang kearah Jalal “Sukaniya, kalau begitu besok kamu kerumah ibu Hamidah, ambil beberapa barangku disana”, “Memangnya kamu mau menginap beberapa hari Jodha ?” ibu Meinawati mulai bisa membaca kalau ada yang tidak beres antara anak dan menantunya “Biar aku saja yang menyiapkannya Jodha” Jalal ikut menyela pembicaraan Jodha dan ibunya “Tidak usah, Sukaniya jangan lupa tugasmu ya” Sukaniya langsung mengangguk sementara Jalal hanya bisa menatap Jodha dengan sedih.
Keesokan harinya, Jalal yang malam itu menemani Jodha dirumah sakit tiba tiba merasakan mual yang tak tertahankan kembali, bergegas Jalal langsung masuk kedalam kamar mandi dan mengeluarkan semua isi perutnya disana, Jodha yang mendengar Jalal muntah muntah dikamar mandi sebenarnya merasa iba apalagi semalam Jodha terus mengabaikan Jalal hingga dirinya tertidur tapi rasa marahnya kalau mengingat Atifa yang masih juga dekat dengan Jalal, membuatnya tidak peduli dengan kondisi Jalal “Hmmm … biar tau rasa dia !” gerutu Jodha dalam hati . Ketika Jalal keluar dari kamar mandi segera diambilnya obat anti mual yang diberi oleh dokter Salima, secepat kilat Jalal langsung meminumnya, Jodha berusaha tidak peduli dengan Jalal, sampai suatu ketika dokter Salima menemui Jodha untuk mengecek kondisi Jodha setelah melewati semalam dirumah sakit “Keadaanmu sudah semakin membaik, Jodha … kamu bisa pulang hari ini, tapi ingat jangan lakukan aktifitas yang berlebih lebihan kasihan anak anakmu ini, kamu seharusnya bersyukur mendapat dua sekaligus” Jalal langsung tertegun begitu mendengar ucapan dokter Salima, “Dua ? Maksud dokter ?”, “Ouw … Jodha ? Kamu belum memberitahu suamimu ?” Jodha hanya tersenyum sambil memandang dokter Salima “Baiklah, biar aku yang mengatakan, begini tuan Jalal … Istrimu saat ini mengandung bayi kembar”, “Kembar ? Anakku kembar, dok ?” dokter Salima mengangguk mantap sambil menatap sepasang suami istri itu bergantian “Selamat ya ! dan saya harap anda bisa menjadi suami siaga dan satu lagi jangan biarkan istrimu melakukan aktifitas yang berlebih lebihan, janji kan Jodha ?” dokter Salima langsung melirik ke arah Jodha “Oh iya, ada satu lagi … Kamu jadi ikut kelas yoga kan ? Nanti aku hubungi kamu lewat ponsel, okay ?” Jodha langsung mengangguk “Oh ya, berdamailah dengan dirimu sendiri, Jodha itu lebih menyenangkan, aku permisi dulu ya, mari tuan Jalal” dokter Salima tersenyum kearah Jodha dan langsung pergi meninggalkan mereka berdua “Berdamailah dengan dirimu sendiri ? Apa dokter Salima bisa membaca pikiranku ?” Jodha bertanya tanya dalam hati
Sebenarnya kalau diijinkan, Jalal ingin sekali memeluk Jodha untuk mengungkapkan betapa bahagianya dirinya mengetahui Jodha mengandung anak kembar mereka, namun sayangnya hal itu tidak bisa dia lakukan alhasil Jalal hanya bisa salah tingkah didepan Jodha, sedangkan Jodha lagi lagi tidak menggubrisnya hingga akhirnya ketika Jodha pulang kerumah ibu Meinawati, Jodha masih diam seribu bahasa sama Jalal, “Jodha … Sampai kapan kamu akan diam seperti ini terus ? Apakah aku telah melakukan kesalahan yang sangat luar biasa hingga kamu enggan untuk sekedar ngobrol denganku ?” Jalal yang saat itu pura pura membaca koran, hanya bisa memandangi Jodha dari kejauhan yang sedang bercengkrama dengan ibu dan kedua adiknya.
Hingga akhirnya ketika sore menjelang setelah Jalal selesai mandi, baru saja dia keluar dari kamar mandi tiba tiba Shivani menghampirinya “Kak Jalal, kak Jodha minta dibeliin mie goreng nih, mie goreng langganan kak Jodha, biasanya sih mangkal didepan jalan tapi sekarang sudah pindah tempat apa itu kak namanya ? Ekspan ! Iya ekspansi !” sejenak Jalal tertegun sambil mengusap usap rambut gondrongnya yang basah “Ekspansi, buka cabang maksudnya ?”, “Yes ! Tepat kak !” Shivani langsung menjentikkan jarinya “Nah yang ekspan itu bapaknya tapi agak jauh, sebenarnya yang diujung jalan itu anaknya masih jualan juga tapi kak Jodha lebih demen ama bapaknya, hihihihi ….” Jalal ikutan tertawa kecil mendengar cerita Shivani “Lalu beli dimana ?”, “Sabar, kak … Kak Jodha lagi nulis apa aja yang harus dibeli, biasa dia itu detail banget, semuanya harus serba rapi” Jalal jadi ingat pada malam pernikahan mereka “Rule number one : jangan taruh baju sembarang tempat ! Karena aku suka kerapian” Jalal tertawa kecil “Kak Jalal, ayooo … nih permintaannya nggak pake kubis, minyaknya jangan kebanyakan, jangan lupa pake minyak wijen dan pake bawang goreng, haduuuh” Jalal hanya tertawa melihat ulah Shivani yang kelimpungan gara gara Jodha.
Setelah mereka sudah sampai dirumah lagi tiba tiba Jodha hanya melihat sekilas mie goreng yang dibeli Shivani dan Jalal barusan “Kok nggak dimakan, kak ?” Shivani keheranan “Aku sudah nggak pengin, aku mau tidur, makan aja sendiri” , “Jiiiaaah kak Jodha udah dibeliin jauh jauh trus nggak dimakan lagi ?”, “Sudah kamu saja yang makan, kakakmu ini tau tau minta makan yang lain, biasa orang hamil sukanya gitu” saat itu Jalal sudah melihat Jodha memasuki kamarnya, diikutinya Jodha yang saat itu sudah terbaring ditempat tidur “Bolehkah aku tidur disini ?”, “Kenapa kamu tidak pulang kerumahmu ?”, Jodha mulai angkat bicara “Apakah aku tidak boleh tidur dimana istriku tidur ? Aku ingin bersama istri dan anak anakku”, “Aku tidak ingin bersamamu” terdengar nada suara Jodha begitu ketus, “Kenapa, Jodha ? Apakah aku sangat bersalah hingga aku tidak pantas mendapat maafmu ? Bicaralah padaku, Jodha, jangan diam saja jangan biarkan ada keheningan diantara kita” Jodha hanya diam saja sambil membelakangi Jalal, Jalal mencoba mengelus kepalanya, dengan halus Jodha mengibaskan tangannya, Jalal merasa terluka dengan penolakan Jodha, “Jodha, aku mau mengatakan bahwa besok aku harus ke Kalimantan, melihat proyek jalan tol ku disana, mungkin aku akan beberapa hari disana, aku harap kamu baik baik saja disini” Jodha hanya diam saja mendengarkan, dalam hati kecilnya ingin mengatakan agar Jalal jangan pergi tapi gengsinya menutupi semuanya itu, malam itu mereka berdua tidur dengan pikiran mereka masing masing. Hingga keesokkan harinya ketika Jodha bangun tidak dilihatnya suaminya berada disisinya atau didalam rumahnya, mobilnya pun tak nampak “Dia sudah pergi pagi pagi sekali Jodha, dia tidak ingin membangunkanmu tapi dia titip pesan bahwa dia pergi tidak lama, dia akan menelfonmu nanti” ibu Meinawati langsung tahu apa yang sedang dipikirkan Jodha, Jodha pasti merasakan kehilangan Jalal apalagi setelah mengabaikan Jalal selama seharian kemarin.
Sementara itu ketika Jalal sudah berada di Kalimantan, Jalal langsung mengecek lokasi proyek jalan tolnya, kebetulan saat itu Jalal berangkat bersama dengan rombongan koleganya termasuk Atifa dan ketika malam tiba, Jalal merasa lelah sekali, Jalal langsung pamit pada koleganya untuk masuk ke kamar terlebih dahulu, sesampainya dikamar Jalal segera menghempaskan tubuhnya ditempat tidur “Apakah Jodha sudah tidur malam ini ? Tadi pagi aku sampai nggak sempat pamit dengannya” bergegas Jalal mengambil ponselnya dan ketika hendak menelfon Jodha tiba tiba pintu kamarnya dike tuk, Jalal segera bangun dan membuka pintu kamarnya, didepannya dilihatnya Atifa sedang berdiri menantinya “Boleh kah aku masuk ?” seperti biasa secara to the point Atifa langsung mengutarakan keinginannya “Ini sudah malam Atifa, tidak baik bertamu malam malam, besok masih bisa kan ?” Jalal berusaha menjaga jarak dengan Atifa, selama dalam perjalanan tadi Jalal memang selalu jaga jarak dengan Atifa, Jalal tidak ingin Jodha salah faham untuk yang kedua kali “Ada yang ingin aku katakan dan aku ingin mengatakannya malam ini, Jalal” Jalal mengehela nafas dalam “Apa yang ingin kamu katakan ?” Atifa langsung menyeruak masuk kedalam kamar Jalal, sesaat Jalal tertegun melihatnya, dilihatnya Atifa menunggu didalam kamarnya, Jalalpun langsung menyusul Atifa masuk ke dalam kamar tiba tiba ketika dirinya sudah dekat dengan Atifa, Atifa langsung menghambur memeluk Jalal erat “Kenapa kamu seharian ini menghindari aku, Jalal ? Apa salahku, Jalal ? Kenapa kamu lakukan itu ?” Jalal langsung kaget begitu Atifa memeluknya… Bila Saatnya Tiba bag 37