Sinopsis Jodha Akbar episode 234 by Nanliza. Jalal, Atgah khan dan Todar Mal pergi ke pasar dengan menyamar. Todar bertanya apakah Jalal pernah datang ke pasar? Jalal menjawab, “ya. Tapi kau belum pernah membeli apapun.” Todar berkata kalau begitu ini pertama kalinya jalal akan membeli sesuatu di pasar. Seorang pembeli sedang membeli berasa dari pedangang yang menjual sekantong beras dengan harga 3 rupe, padahal ditempat lain hanya di jual dengan 1 rupe. Mendengar itu, Jalal mendekat dan mencoba menawar dagangannya dengan memgatakan kalau dia pernah membeli sekantung beras dengan harga 1 rupe di mathura. Dengan ringan dan tanpa beban si penjual menyuruh mereka pergi ke mathura kalau ingin harga yang murah. Lalu mereka pun pergi ke pedangang yang lain dan menanyakan hal yang sama. Pedangan itu malah menjula beras dengan harga 4 rupe sekantung. Salah satu alasan mereka memnjula dengan harga mahal adalah karena mereka juga harus menyogok petugas. Setelah melihat jalal hanya bertanya saja tapi tidak membeli, si pedangan marah dan mengusir mereka. Jalal hampir saja lepas kendali kalau tidak di halangi oleh Todar Mal dan ATgah khan.
Jalal bertanya pada Todar apakah benar harga sekantung beras di Mathura hanya 1 rupe? Tidar Mal mengiyakan. Jalal bertanya, “lalu kenapa harga berasa di sini sangat mahal? bukankah ini artinya rakyat sedang di peras?” Todar mengingatkan Jalal kalau pedangang sendiri yang memeritahu kalau mereka harus menyogok petugas. Jalal kemudian meminta ATgah untuk mengumpulkan semua petugas pajak di sidang besok. Atgahy mengangguk. Jalal dan rombongan kemudian melanjutkan langkahnya. Mereka bertemu dengan dengan segerombolan penduduk yang sedang protes karena keberatan terhadap pengumuman yang di berikan oleh seorang pengawal. Jalal mendekati kerumunan itu dan meminta Atgah mencari info tentang apa yangs edang terhadi. Atgah mendekati kerumunan itu dan bertanya pada mereka, lalu tak lama kemudian kembali kesamping jalal dan menceritakan penemuannya. Penduduk yang bergerombol itu adalah warga Hindu pendatang yang di wajibkan untuk membayar pajak perjalanan ibadah 2 kali lipat. Jalal bertanya dengan heran, “pajak perjalanan ibadah?” Jalal teringat pada pengalamannya saat melakukan perjalanan ke Sikri bersama Jodha ketika seorang petugas kerajaan menahan mereka karena menolak membayar pajak. rakyat yang bergerombol hilang kesabaran, salah satu dari mereka berkata, “tidak ada gunanya berdebat dengan mereka. Bahkan keluhan seorang Ratu Hindu, Ratu Jodha tidak ada yang mendengarkan padahal dia seorang ratu. Apalagi keluhan kita? Kami akan pergi ke tempat lain.” Petugas berkata kalau mereka semua akan di hukum kalau menolak membayar pajak. Ketika petugas mengayunkan cemetinya, Jalal menangkap cemeti itu dan menegurnya. Tapi pengawal menghardik Jalal dengan kasar. Tak ingin penyamarannya terbongkar, Jalal segera pergi dari tempat itu dan meminta Atgah agar membawa pengawal dan seluruh warga hindu menghadap dirinya besok.
Malam harinya, jalal pergi ke kamar Jodha. Kata-kata para warga hindu yang di temuinya di pasar tadi siang kembali terngiang di telinganya. Moti menemui jalal dan bertanya apa yang bisa dia lakukan, Jalal berpesan agar dirinya tidak di ganggu. Moti menganguk dan pergi. Jalal teringat ketika dia di beri makanan yang buruk di penjara karena tidak membayar pajak. Jalal mendekatii lukisan Jodha, menyentuhnya dengan wajah sedih campur prihatin. Pada lukisan itu Jalal berkata, “aku telah mempelajari sesuatu yang baru karena ketidak hadiranmu, Ratu Jodha. AKu harus berbicara pada lukisanmu.” Jalal menatap seisi ruangan ternampak kotak tempat Jodha menyimpan uang. Jalal teringat dulu dia pernah bertanya pada Jodha kenapa dia menyimpan koin emas dalam kotak itu. Jodha menjawab kalau koin itu dia kumpulkan untuk membantu orang miskin diantaranya adalah membantu mereka yang tidak sanggup membayar pajak ziarah. Mengingat percakapannya dengan Jodha malam itu, Jalal jadi mengerti apa yang coba di jelaskan Jodha padanya. Jalal menyesal, karena baru sekarang dia menyadari apa yang di inginkan Jodha setelah Jodha tak lagi berada di sisinya.
Sinopsis Jodha Akbar episode 234. Di ruang sidang, Penjaga dan warga hindu yang berdebat di pasar di hadapkan pada Jalal. Pada warga hindu Jalal bertanya alasan mereka berdebat dengan penjaga, apakah karena mereka tidak suka pada dirinya? Para warga dengan mengadu pada Jalal tentang perasaan mereka sebagai warga hindu yang tertindas dan di paksa membayar pajak ibadah hanya karena mereka beragaman hindu. Warga hindu itu bahkan dengan polosnya bertanya, “hanya karena kami tidak seagaman denganmu, apakah kami ini bukan rakyatmu? Apakah kau hanya kaisar bagi orang muslim?” Mendengar itu Atgah menegur warga agar menjaga perkataanya. Jalal meminta agar atgah tenang. Warga hindu juga memberitahu Jalal kalau setiap kali mereka melapor, mereka juga diancam dan di bungkam. Jalal berjanji kalau hari ini tidak akan ada yang akan mengancam dan membungkam mereka. Mereka boleh mengeluarkan isi hatinya dengan bebas. Warga mengaku kalau setiap hari mereka merasa ingin bunuh diri saja karena hidup terindas di Agra. Mereka bahkan berniat akan berpindah dari tanah kelahirannya ini dan menjadi warga kerajaan yang memiliki raja hindu. Mereka bertanya, “apakah menjadi umat hindu adalah sebuah kejahatan?”
Jalal dengan berat hati menjawab, “ini bukan kesalahan kalian. Ini salahku. Sebagai seorang kaisar, aku tidak mengerti kesulitan yang di hadapi oleh rakyatku. Aku tidak tahu ada ketidak adilan seperti itu. AKu sudah memikirkannya dan aku sadar ini bukan hanya masalah pajak bagi orang hindu. Karena itu aku akan mengumumkan, mulai saat ini, pajak ibadah bagi orang hindu akan di tiadakan.” Para warga hindu terlihat senang. Atgah dan beberapa menteri mengajukan keberatan, karena pajak ibadah sudah ada sejak zaman dulu, dan tidak mungkin di haouskan. Jalal dengan tegas menyahut, “hanya karena sebuah peraturan sudah ada sejak lama, tidak berarti peraturan itu benar…” Jalal bertanya apa yang akan di rasakan Atgah, kalau saat masuk masjid untuk beribadah dia di haruskan membayar? Jalal bertanya lagi, “apakah tuhan akan memaafkan kita karena telah menghentikan umatnya beribadah?” Para menteri terdiam. Jalal meminta atgah membawa pengawal yang menghukum warga hindu agar di hadapkan padanya. Pada pengawal itu Jalal bertanya, “aku ingin tahu siapa yang memerintahkan kalian untuk menghukum para pendatang dan atas dasar apa kalian mengumpulkan uang pajak dan menaikkannya menjadi dua kali lipat?” Pengawal mengelak dan mengatakan kalau Jalal mendapat informasi yang salah. Jalal berteriak dengan marah dan mengatakan kalau dia mendengar semuanya dengan mata kepala sendiri. Melihat kemarahan Jalal, Ruqaiya, Maham dan Adham terlihat tidak senang. Apalagi saat Jalal memutuskan untuk memberi hukuman pada pengawal itu dengan hukuman cambuk 100 kali dan menjual harta benda mereka sebagai pengganti uang pajak yang mereka terima secara tidak sah.
Jalal juga meminta atgah membawa para pedangan yang menjual dagangannya dengan harga tinggi. Pedagang dihadapkan pada Jalal dan memberi salam , “semoga yang mulia panjang umur. Dengan marah jalal berteriak, “selama kerajaan ini di penuhi oleh orang-orang sepertimu, aku tidak bisa hidup dalam Ketenangan. Aku ingin tahu atas perintah siapa kalian menjual harga beras 3 kali lipat?” Pedagang mohon ampun, tapi Jalal tidak mengubrisnya. Untuk kejahatannya itu, Jalal memerintahkan agar pedagang itu di interogasi dan agar petuugas yang bersangkutan mencari tahu siapa petugas yang bertanggung jawab dengan mahalnya harga barang. Adham dan Sharifudin terlihat panik. Jalal meminta ATgah agar mengirim petugas yang bisa di poercaya untuk mengumumkan pada rakyat kalau mereka boleh melapor langsung padanya kalau ada pedagang yang menjual harga barang yang lebih tinggi dati harga normal, “ini adalah masalah besar. para pelangarnya harus di hukum berat!”
Adham dan Sharif saling berbisik. Adham bertanya, “ada apa dengan Jalal?” Sharif menjawab, “entahlah. AKu tidak tahu. Yang ku ketahui, orangg yang menerima sogokan harus segera menyelamatkan diri. Jalal kembali berkata, “sebagai seorang kaisar aku harus melindungi rakyatku dan masalah ini memalukan bagiku. Jika rakyatku merasa di kecewakan dengan kepemimpinanku. Aku setuju, pajak harus di tingkatkan untuk meningkatkan keuangan kerajaan. Tapi memeras rakyat atas nama pajak, itu tidak benar. pajak di kumpulkan untuk mensejahterakan rakyat, bukan untuk membuat mereka miskin.” Seorang ulama mengatakan kalau dia setuju dengan keputusan Jalal menghukum pedagang yang menjual harga barang dengan mahal, “tapi meniadakan pajak ibadah tidak boleh di lakukan.” Jalal tidak membantah, tapi malah mengumumkan, “kalau tidak bisa di hapuskan, makak mulai saat ini semua umat muslim juga harus membayar pajak ibadah. Apa kau setuju?” Semua orang tertegun tak percaya. Ulama yang lain menanyakan keputusan Jalal, “kau adalah seorang muslim, tapi kau menerapkan pajak kepada umat muslim.” Jalal berkata kalau seorang kaisar harus bersikap adil pada rakyatnya tidak perduali agama apa yang mereka anut, “bila orang hindu membayar pajak, maka orang islam juga harus membayar pajak. Bila orang islam tidak membayar pajak, maka orang hindu juga tidak harus membayar pajak.” Ulama memperingatkan jalal kalau dia telah merusak aturan kerajaan. Jalal menjawab kalau dia hanya mengikuti aturan yang mensejahterakan rakyatnya, “jangan lupa, aku tidak hanya seorang kaisar muslim, aku juga penguasa India. Semua orang dinegeri ini adalah rakyatku, baik mereka beragama hindu atau muslim…”
Sinopsis Jodha Akbar episode 234. Jalal mengatakan bahwa apapaun agamanya mereka semua adalah rakyatnya. Kalau Adham khan pergi ber perang, Bhagwan das juga berperang untuknya. Kalau atgah setia padanya, Todar mal juga setia. Kalau di agra turun hujan yang kehujanan bukan hanya umat muslim, tapi umat hindu juga. kalau ada angin beriup semua orang juga merasakannya, “umat hindu menganggapku sebagai kaisar mereka, mereka mendoakan aku. Kenapa aku tidak bisa bersikap adil kepada mereka?” Ulama memprotes tindakaj Jalal yang mulai tidak memperhatikan muslim, dia bahkan mengangkat petugas yang tidak seagaman dengan mereka. jalal tertawa dan berkata, “seorang kaisar memerlukan petugas yang setia dan jujur. Tak perduli apa agamanya. Aku menunjuk orang yang akan membantu mensejahterakan mereka. Tugas mereka, akan menjelaskan kelakuan mereka. Dan lagi agama mana yang mengajarkan kita untuk membeda-bedakan agama? Maafkan aku karena mengatakan hal ini, tapi aku lebih banyak di khianati oleh orang-orang yang berada di sekitarku, daripada yang berada di komunitas lain.” Seorang menteri berdiri dan berkata, “aku setuju dengan keputusanmu, Yang Mulia. Tapi keuangan kerajaan akan berkurang dengan meniadakan pajak ziarah.” Adham ikut berdiri dan berkata, “apa yang dia katakan benar. Bagaimana kita akan memnayar upah bila pendapatan kita berkurang?” Jalal menyahut, “itu adalah amsalah yangs angat penting. Todar Mal, katakan padaku berapa banyak keuangan kerajaan akan berkurang kalau pajak ziarah di tiadakan?” Todar Mal menjelaskan kalau pendapatan kerajaan akan berkurang sangat banyak, tapi ada keuntungan yang mereka peroleh, yaitu rakyat akan selalu menghormati keputusan jalal di masa depan. Sebaai solusi, mereka bisa menerapkan pajak pada kebutuhan sehari-hari dan barang dagangan, “karena itu tidak akan mempengaruhi rakyat yang miskin. Kita bisa menangani kekurangan yang akan di alami oleh rakyat. Ulama mesih mencoba protes, jalal membentaknya dan mengatakan kalau dia tidak akan mendengarkan pendapat para ulama dalam masalah apapun kecuali masalah agama. Jalal bahkan menyuruh siapa saja yang tidak setuju dengan keputusannya untuk pergi dari ruang sidang karena dia tidak membutuhkan pendapat mereka. Jalal sekali lagi mengumumkan kalau dia sudah menghapus pajak ziara dan meminta atgah khan mengumumkan keputusannya itu di mana-mana. Para menteri yang tidak setuju terdiam tidak bisa berbuat apa. Hamida dan Salima tersenyum senang dengan keputusan Jalal. Warga hindu mengelu-elukan Jalal. Ruq tersenyum senang mendengarnya….. Sinopsis Jodha Akbar episode 235