Bila Saatnya Tiba bag 19 by Sally Diandra

Bila Saatnya Tiba bag 19 by Sally Diandra. Jalal dan Jodha sangat terkejut begitu mendengar teriakan ibunya yang tiba tiba menyeruak masuk ke dalam kamar Jodha “Ada apa, ibu ? ada apa ?” Jalal langsung menghampiri ibunya yang sedikit panic “Bhaksi, Jalal … Bhaksi …” , “Bhaksi kenapa ? Bhaksi dimana ?” , “Dia … dia … dia tadi terpeleset dikamar mandi didekat kantin” , “Lalu dimana dia sekarang ?” Jalal dan Jodha jad ikut ikutan panic mendengar penjelasan ibunya , “Dia sudah dibawa perawat keruang bersalin, tadi Bhaksi mengeluarkan banyak darah, mungkin Bhaksi mau melahirkan, Jalal” ujar bu Hamida dengan nafas terengah engah “Oke, kalau gitu kita lihat kesana ibu” Jalal segera menghampiri Jodha, “Aku tinggal sebentar yaa … aku pasti kembali” Jodha langsung menggangguk dengan tatapan cemasnya karena bagaimanapun juga Bhaksi adalah teman terbaiknya selama dia menikah dengan Jalal.

Tak lama kemudian setelah Jalal dan ibunya sampai diruang bersalin, salah seorang dokter bergegas menghampiri Jalal “Selamat pagi, pak … istri bapak nampaknya harus segera kami operasi” , “Dia adik saya, dokter … ada apa dengannya ?” , “Adik anda bleeding, pendarahan terus menerus, kalau bayinya tidak segera kami ambil, akan beresiko pada ibunya, namun ketika kami cek kondisi bayinya sebenarnya sudah siap lahir karena posisi sudah siap dibawah, apalagi saat ini baru masuk bulan ke 9, sebenarnya sudah siap tapi ternyata kepala dan tubuh bayi terlilit tali pusat kalau kami paksa dengan induksi, bisa beresiko pada bayi jadi satu satunya cara adalah dengan cara operasi” Jalal dan bu Hamida sangat terkejut mendengarnya “Lakukan yang terbaik untuk adik saya, dokter !” pinta Jalal, “Tapi kami minta persetujuan dari pihak keluarga untuk menandatangani surat perjanjian ini” , “Saya yang akan bertanggung jawab dengan adik saya karena saat ini suaminya sedang tugas keluar negeri” secepat kilat akhirnya Jalal menandatangi surat perjanjian operasi Bhaksi.

ss bila saatnya tiba 12Sambil berharap harap cemas akhirnya operasi cesar Bhaksi berjalan lancar, Bhaksi melahirkan seorang anak perempuan, bayi itu sekilas diperlihatkan ke Jalal dan bu Hamida, bentuk tubuhnya yang mungil membuat bu Hamida terharu, bu Hamida senang sekali melihat cucunya yang telah lahir dengan keadaan selamat dan kondisi Bhaksipun berangsur pulih pasca operasi. Atas permintaan Jalal, Bhaksi ditempatkan dalam satu kamar bersama Jodha, Jodha sangat senang sekali begitu melihat Bhaksi memasuki kamarnya dengan didorong diatas tempat tidur dan ditempatkan disebelah Jodha “Bhaksiiii … selamat yaaa” ujar Jodha dari atas tempat tidurnya, Bhaksi yang masih terbaring ditempat tidur hanya tersenyum “Terima kasih, Jodha” bu Hamida sangat senang sekali karena akhirnya semuanya berjalan lancar, Jodha selamat, Bhaksi pun selamat.

Kehadiran anak perempuan Bhaksi yang diberi nama Mehtab dirumah mereka semakin melengkapi kebahagiaan mereka terutama ibu Hamida yang memang sudah lama ingin meminang cucu.

Dan tanpa terasa waktu pun terus berlalu, hingga akhirnya waktu menjelang sidang pendadaranpun tiba, sore itu Jodha yang sudah mulai mahir mengendarai mobil Beetlenya melaju ke sebuah mall dengan Beetle silvernya bareng Moti sahabatnya untuk hunting baju untuk maju di sidang pendadaran besok, setelah mendapatkan apa yang mereka butuhkan, sejenak Jodha dan Moti melepas lelah disalah satu gerai makanan di dalam mall tersebut “Mo, selepas wisuda nanti kamu mau kemana ? lanjut S2 atau nyoba nyari kerja dulu ?” Moti yang saat itu sedang menikmati mie goreng special cuma mengangkat bahunya saja “Kamu sendiri ? mau ngapain, Jo ?” , “Aku ? aku sudah punya rencana setelah wisuda nanti, aku ingin jalan jalan keliling Eropa, kamu mau ikut ?” , “Keliling Eropa ? emang suami kamu ngijinin ?” tanya Moti penasaran “Dia harus ngijinin karena dia kan sudah tanda tangan disurat perjanjian kami kalau dia tidak boleh mengganggu gugat aktifitasku, iya kan ?” , “Tapi ngomong ngomong … kalau aku boleh tau, pernah nggak sih terbersit sedikit saja dalam hatimu untuk belajar mencintainya ?” , “Pertanyaan macam apa itu, Moti … sampai detik ini aku masih kekasih Suryaban jadi apa maksudmu ?” Jodha mulai tidak suka dengan arah pembicaraan Moti “Yaa … kalian kan sudah 3 bulan lebih tinggal bersama satu rumah, satu kamar, masa nggak ada sedikitpun perasaan cinta diantara kalian berdua ?” , “Tunggu tunggu … kamu bilang apa tadi 3 bulan lebih ? kamu nyadar nggak, Mo ?” , “Nyadar apa, Jo ?” , “Kamu nyadar nggak sih kalo ternyata selama 3 bulan ini aku nggak hamil ?” , “Maksudmu ?” Moti semakin penasaran dengan arah pembicaraan Jodha, “Iyaa … kamu ingatkan kenapa aku akhirnya memutuskan mau nikah sama Jalal ?” , “Iya aku ingat, waktu itu kan gara gara kalian berdua sudaaah …” Jodha langsung memotong ucapan Moti “Bisa jadi mungkin sebenarnya tidak pernah terjadi apa apa diantara kami berdua, Moti” , “Maksudmu Jalal mempermainkan kamu begitu ? dengan mengatakan bahwa dia sudah … “ , “Tepat dugaan, Mo !” , “Tapi bisa jadi juga kan, Jo … kalian memang telah berbuat tapi kamu nggak hamil, itu juga bisa kan ?” , “Iyaa juga siiih, tapi sebenarnya kuncinya itu ada pada Zakira dan Reesham ! tapi sayangnya Zakira sampai sekarang menghilang ditelan bumi, aku heran … ada apa dengan Zakira ? kenapa dia harus menghilang seperti ini, itu artinya sebenarnya dia tahu sesuatu Moti !” saat itu Moti tidak begitu mendengarkan ucapan Jodha, matanya tertuju pada sosok perempuan mungil yang sedang memilih milih baju digerai fashion yang letaknya bersebrangan dengan tempatnya duduk saat ini, dan perempuan itu adalah Zakira “Jodha … kamu tadi bilang kuncinya ada pada Zakira betul ?” Jodha mengangguk anggukkan kepalanya merasa heran dengan ulah Moti “Dan kamu tahu … kuncimu ada disini sekarang” , “Maksudmu Zakira ?” Moti langsung menganggukan kepalanya “Berbaliklah dan lihat arah jam 2 tepat dibelakangmu, dia ada disana” Jodha langsung menoleh kebelakang seperti yang diminta oleh Moti dan tepat disana dia melihat Zakira yang sedang asyik memilih milih baju sambil berbincang bincang dengan seorang pria paruh baya yang lebih pantas menjadi ayahnya. “Moti, jangan buang waktu lagi, kita harus bisa mendapatkan dia karena dia adalah kunci semua permasalahanku selama ini !” , “Jodha, jangan gegabah, kita pelan pelan saja menghampiri dia” Jodha mengangguk mantap.

Tak lama kemudian Jodha dan Moti berjalan mengendap endap mendekati Zakira, sebisa mungkin mereka berusaha agar sampai Zakira tidak melihat mereka, begitu sudah dekat dengan target “Selamat sore, Zakira …” ujar Jodha dari arah belakang, Zakira langsung menoleh begitu namanya dipanggil, pria paruh baya yang disampingnya pun menoleh kearah Jodha “Jodha …” ketika Zakira berusaha hendak maju selangkah meninggalkan Jodha dari arah depan Moti sudah mencegatnya “Apa kabar Zakira ? senang sekali bertemu denganmu” , “Siapa mereka Zakira ?” tanya pria paruh baya tadi, “Kami adalah temannya Zakira, pak … bukan begitu Zakira ?” ujar Jodha sambil merangkul leher Zakira, sementara Zakira jadi salah tingkah didepan Jodha, dirinya tidak tahu lagi kearah mana harus berlari karena Jodha sudah menghentikan semua geraknya “Rasanya sudah lama sekali ya, Zakira … kita tidak bertemu, aku kangen sekali sama kamu, gimana kalau kita ngobrol ngobrol sebentar, kamu tidak keberatan kan ?’ pinta Jodha, Zakira hanya memandang Jodha lalu menganggukan kepalanya dan meminta pada pria paruh baya itu untuk pulang terlebih dahulu. …. Bila Saatnya Tiba bag 20