Bila Saatnya Tiba bag 15 by Sally Diandra

Bila Saatnya Tiba bag 15 by Sally Diandra. Pagi itu, Jodha akhirnya sampai juga dirumah dengan taxi, sepanjang perjalanannya tadi Jodha terus terngiang ngiang kata kata Jalal ditelfon “Jodha ! pulang segera sekarang ! aku tunggu dirumah !” singkat padat jelas dengan tekanan nada yang cukup tinggi cukup membuat bulu kuduk Jodha merinding dan saat ini Jalal sudah menantinya didepan pintu utama rumah, begitu dilihatnya Jodha turun dari taksi, Jalal segera menghampiri Jodha dan tanpa berkata apa apa langsung digeretnya lengan Jodha, Jodhapun tidak berusaha memberontak, diikutinya kemana suaminya ini membawanya pergi, kebetulan saat itu suasana rumah masih sepi, lalu mereka sampai didalam kamar Jalal, Jalal langsung menghempaskan Jodha ke atas tempat tidur. “Kemana saja kamu semalaman Jodha ?” Jalal langsung membuka suaranya “Aku aku aku … “ . “Iya kemana ? apakah kamu tidur dengan laki laki lain ? apakah kamu sama dengan semua perempuan murahan yang lain yang begitu dengan seenaknya tidur ditempat orang tanpa memberitahu suamimu terlebih dahulu ?” bentak Jalal “Plaakkkk !!!” secara tiba tiba tangan Jodha reflek menampar pipi Jalal, Jalal meraba pipinya yang sedikit terasa panas karena tamparan namun dia tidak berusaha membalas tamparan Jodha, hanya memandang sengit kearah Jodha “Aku tidak serendah itu Jalal ! aku memang tidak mencintaimu tapi aku juga tidak merendahkan harga diriku sendiri !” , “Bagaimana aku tahu kamu bersama siapa semalam ? kamu semalaman tidak pulang ! tidak sms, tidak telfon …” , “Telfonmu mati ! aku sudah berulang kali menelfonmu, aku sudah sms, aku sudah telfon Bhaksi, tapi tidak satupun yang membalas telfonku !” Jodha langsung memotong ucapan Jalal, “Tapi kenapa kamu tidak langsung pulang ? dan kenapa mulutmu bau anggur ? apa saja yang kamu lakukan, Jodha ? tidak bolehkah aku berfikiran negative tentang kamu ?!” ujar Jalal dengan nada tinggi, “Aku semalam ngerayain pesta ulang tahun Javeda diapartemennya, cuma kami saja, aku dan teman teman dancersku, Reesham juga ada, kalau kamu tidak percaya, kamu bisa tanya sama dia !” ujar Jodha lantang, “Teman temanmu itu ternyata membawa perngaruh buruk buatmu !” , “Tidak ! aku kenal mereka, mereka semua baik dan aku kenal mereka terlebih dulu sebelum aku kenal kamu, jadi jangan mengatakan yang tidak tidak tentang mereka !” , “Hahh ! baik ?? darimana kalau kamu tau mereka baik ? salah satu atau mungkin beberapa teman dancermu itu bisa dibooking, Jodha ! sadarlah !” kata Jalal dengan nada tinggi, “Oke, aku tau itu tapi paling tidak mereka tidak pernah mempengaruhi aku untuk hal semacam itu ! mereka respect padaku, akupun respect pada ss bila saatnya tiba 12mereka” , “Mulai sekarang kamu tidak boleh lagi berhubungan dengan mereka !” , “Tidak bisa ! apakah kamu lupa perjanjian pra nikah yang sudah kamu tandatangani tuan Jalalludin Muhammad Akbar ? kamu tidak boleh mengganggu gugat semua aktifitasku termasuk menari !” ujar Jodha lantang, “Oke, kalau aku tidak bisa menggugat semua aktifitasmu tapi aku bisa melakukan ini !” Jalal langsung menyambar tas Jodha yang teronggok di kasur, lalu ditumpahkannya semua isi tas Jodha tersebut keatas tempat tidur hingga semuanya berserakan disana, Jodha nampak terkejut dengan apa yang akan dilakukan Jalal, sementara dengan wajah garangnya yang menatap sinis kearah Jodha, Jalal mengambil ponsel dan laptop Jodha, semua alat komunikasi Jodha dirampas oleh Jalal. “Aku mungkin memang tidak bisa mengganggu aktifitasmu diluar tapi apa yang kamu lakukan semalam itu sudah diluar batas ! kamu sekarang adalah wanita bersuami, suka atau tidak suka, aku yang tercatat sah sebagai suamimu berhak untuk memberikan hukuman padamu dan ini hukumannya ! aku ambil semua alat komunikasimu agar kamu tidak bisa berhubungan dengan mereka lagi !” , “Kamu tidak bisa melakukan itu, Jalal ! kamu jahat ! aku benci sama kamu !” Jodha berusaha merebut barang barang yang diambil oleh Jalal namun Jalal berkelit hingga Jodha hampir terjatuh kebawah “Aku tidak bisa mentoleransi tindakanmu semalam, Jodha ,,, aku suamimu, dalam agama kita suami adalah surganya istri ! jadi kamu harus menuruti perintah suamimu ! dan aku adalah suamimu Jodha !” ujar Jalal sambil berlalu meninggalkan Jodha,

Jodha hanya bisa menghela nafas berat “Dasar Jallad !!! aku benci kamu Jallad !!!” rutuknya dalam hati, lalu dirapikannya semua barang barang bawaannya yang berserakan ditempat tidur dan pergi keluar menuju kamarnya sendiri. Jodha merasa sebagian nyawanya ikut terampas bersamaan dengan ponsel dan laptop yang selama ini selalu menjadi teman setianya. Jodha marah akan tindakan Jalal “Baiklah, aku terima kesalahanku karena aku tidak segera pulang tapi bukan begini caranya menghukum aku dengan merampas semua alat komunikasiku, bagaimana aku bisa berhubungan dengan mereka, bagaimana kalau ada kabar penting yang harus segera aku tahu, bagaimana aku menyelesaikan skripsiku ??? dasar Jallad !!!” bathin Jodha dalam hati sambil direbahkannya tubuhnya dikasur setelah dilepasnya sepatu kets kesayangannya, Jodha geram pada Jalal ingin rasanya Jodha membalas perlakuan Jalal terhadapnya lalu tiba tiba Jodha teringat kalau disalah satu sudut rumah ini ada sebuah hall besar yang cukup menampung sekitar 100 orang untuk berkumpul disana, ruangan itu memang sengaja dibangun untuk penyelenggaraan sebuah pesta yang dibuat oleh keluarga Jalal, Jodha masih ingat dinding dindingnya terbuat dari mozaik kaca yang menggambarkan situasi atau keadaan suatu kota di negara negara Eropa, tiba tiba Jodha mendapatkan sebuah ide, Jodha langsung turun dari tempat tidurnya, digantinya bajunya dengan kaos oblong panjang dan lebar hingga sampai kelutut plus celana senam yang membalut kakinya yang jenjang dan sepatu kets favouritenya kembali dikenakannya, saat itu jam makan pagi belum dimulai, Jodha segera keluar dari kamarnya sambil menenteng mini componya menuju ke lantai bawah ke hall kosong yang jaraknya tidak begitu jauh dengan ruang kerja Jalal, segera Jodha memasuki ruangan tersebut yang memang dibuat kedap suara sehingga suara sebising apapun didalam sini tidak begitu mengganggu hingga keluar ruangan. Segera Jodha menyalakan mini componya dan diputarnya lagu compilasi dance yang sering digunakannya untuk latihan koreo, sesaat kemudian suara music yang menghentak membuat adrenalinnya semakin meningkat dengan gerakan gerakan yang sudah sering dilakukannya, Jodha mulai menari sambil diliuk liukkannya tubuhnya kesana kesini, memutar mengikuti irama lagu, semakin keras dengan nada nada yang tinggi maka semakin bersemangat pula Jodha menggerakkan tubuhnya sementara itu Jalal sedang berada dikamar kerjanya, setelah disimpannya semua alat komunikasi Jodha didalam sebuah lemari rahasianya, dan ketika Jalal sedang asyik memainkan ponselnya sendiri dibelakang meja kerjanya, dari kejauhan Jalal bisa mendengar sebuah lagu yang terdengar secara lamat lamat, tidak begitu memekakkan telinganya tapi rasanya ada sesuatu yang menggelitik rasa penasarannya pada sumber lagu itu berada karena tidak mungkin itu adalah Bhaksi atau ibu yang memutar lagu seperti itu, itu pasti Jodha ! “Apa lagi yang dilakukannya saat ini ?” Jalal segera beringsut keluar dari kamar kerjanya menuju ke sumber suara lagu tersebut yang berasal dari hall kosong disebrang ruang kerjanya, ketika dibukanya ruangan kedap suara tersebut Jalal langsung bisa mendengar dentuman lagu compilasi dance yang keras dan memekakkan telinga, sedangkan ditengah tengah ruangan dilihatnya Jodha asyik dengan gerakan tubuhnya yang meliuk liuk kesana kemari, sesaat Jalal terpana dengan pemandangan indah ditengah hall tersebut namun dentuman lagu tersebut seakan akan memecahkan telinganya “Bisa bisanya dia menari dengan suara music yang sekeras ini ?” bathin Jalal sambil diputarnya perlahan lahan volume suara music tersebut, begitu terdengar suara musicnya melemah, Jodha segera menghentikan tariannya, nafasnya memburu dan terengah engah, disertai peluh yang hampir membasahi baju dan mukanya, ketika ditolehnya kebelakang kedekat mini componya, Jalal sudah berdiri disana “Tidak bisakah dengan suara yang sedang sedang saja ketika sedang menari ?” tanya Jalal, namun Jodha tidak menggubrisnya segera dihampirinya mini componya tersebut kemudian ditentengnya keluar hall tanpa berkata sepatah katapun pada Jalal, Jalal hanya mengernyitkan dahi memandang kepergian Jodha. Dari hall tersebut Jodha langsung bergegas menuju kolam renang yang berada di kebun belakang, disana Jodha kembali memutar mini componya dengan suara yang cukup keras dan memulai lagi meliuk liukkan tubuhnya mengikuti irama music, dari arah ruang makan yang bersebrangan dengan kolam renang tersebut, ibu Hamida bisa melihat dengan jelas apa yang dilakukan Jodha disana dan ketika dilihatnya Jalal turun ke ruang makan “Jalal, ada apa dengan Jodha ? suara musicnya keras sekali memekakkan telinga” , “Biarkan saja ibu, dia sedang melampiaskan marahnya” ujar Jalal sambil duduk dikursi makan yang menghadap kearah luar sehingga dirinya bisa melihat Jodha dengan jelas “Aku tahu kamu pasti marah padaku” , “Marah ? apa yang kamu lakukan padanya Jalal ? kalian bertengkar lagi ?” diam diam bu Hamida tahu kalau hubungan Jalal dan Jodha tidak pernah akur, bu Hamida kadang sering mencuri dengar ketika mereka sedang bertengkar namun bu Hamida tidak ingin ikut campur urusan rumah tangga anaknya “Tidak bisakah kalian berdamai ? hhh … anak anak jaman sekarang ada ada saja kelakuannya” , “Kakak ! suara apa ini ? siapa yang pagi pagi begini memutar music begitu keras !” suara Bhaksi Bano menyeruak diantara mereka, sambil menutupi telinganya Bhaksi merasa risih dengan suara bising tersebut “Ibu ! lihat … anakku bergerak gerak, dia menendang nendang, ibu … rupanya dia suka dengan lagu yang bising itu, siapa dia …” bu Hamida yang tersenyum bahagia disamping Bhaksi seakan akan tau jawaban pertanyaan Bhaksi, bu Hamida langsung memiringkan tubuh Bhaksi kearah kolam renang dimana Jodha sedang menari disana, Bhaksi bukannya marah seperti tadi karena suara bising, dia malah mengagumi gerakan tubuh Jodha yang lentur dan enak dilihat, sementara Jalal juga masih terus memandangi Jodha dari kursi makannya “Ayooo … kita mulai saja makannya” ajak Jalal, “Apakah kita tidak menunggu Jodha, Jalal ?” pinta bu Hamida, “Tidak usah ibu, aku lapar … lagian kalau dia lapar, dia juga akan kesini … sudah kita makan saja, itung itung sambil makan dapat hiburan gratis dari Jodha, bagaimana ?” akhirnya merekapun mulai makan pagi bersama sama tanpa kehadiran Jodha sementara diluar Jodha masih terbuai dengan tariannya …  Bila Saatnya Tiba bag 16 by Sally Diandra