Takdir bag 40 by Tahniat

Takdir bag 40 by Tahiat..mengelus pipi Jodha dengan mesra sambil berkata, “kalau kau tak bisa tidur, tidur saja di sini bersamaku…” Jalal menarik tubuh Jodha merapat ketubuhnya. Dengan lembut dia mengangkat dagu Jdoha dan mencium bibirnya. Jodha menarik wajahnya dan mendorong dada Jalal, “kau tidak bertanya kenapa aku tidak bisa tidur?” Jalal sibuk mengelus dan membelai tubuh Jodha, dengan sedikit perhatian dia bertanya, “apa yang membuatmu tidak bisa tidur?” Dengan sedikit ragu Jodha menjawab, “aku memikirkan Ranvir..” Mendengar nama Ranvir, Jalal terlihat tidak suka. Jalal segera melepas pelukannya, menatap Jodha dan melangkah menjauh, “aku sudah bilang aku tak ingin mendengar namanya.” Jodha melangkah mendekati Jalal, “aku tak akan menyembut namanya lagi. Tapi kita harus membicarakannya. Aku merasa sangat bersalah… karena aku dia  jadi begitu. Aku mohon padamu…” Jodha melipat tanganya di depan dada, “aku mohon…. Bantulah menyembuhkan dia. Aku tahu kau banyak mengenal dokter-dokter ternama…aku ingin dia sembuh, sehat seperti sedia kala dan mendapatkan kembali pekerjaannya.” Jalal menatap dengan Jodha dengan tatapan ingin tahu, “kenapa begitu?” Jodha menjawab dengan nada sedih, “karena aku tidak ingin di kejar rasa bersalah. Kau menyakitinya karena aku…aku tidak ingin orang lain menderita karena aku. Ku mohon Jalal…lakukan itu demi aku.” Jalal menatap Jodha, melihat kesedihan di matanya, Jalal menjadi tidak tega, “aku bisa mendapatkan pekerjaanya kembali, tapi menyembuhkannya dari depresi… aku tidak tahu, Jodha…” Jodha berkata penuh harap, “aku tidak menuntutmu, aku hanya ingin kau berusaha…”

Jalal menghela nafas dan menjawab, “baiklah…aku akan berusaha.” Jodha tersenyum senang. Jalal mendekatinya, sambil memicingkan mata dia bertanya, “kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan, apa yang kudapatkan?” Jodha tersenyum dan bertanya, “apa yang kau inginkan?” Tanpa membuang waktu, Jalal memeluk Jodha sambil berkata, “aku ingin dirimu.” Jalal mencumbu Jodha, Jodha membalasnya. Keduanya saling menyentuh dan meraba, melumat dan mengulum. Lalu Jalal membopong tubuh Jodha dan membaringkannya di tempat tidur. Ketika suasana sudah memanas, Jodha menghentikan cumbuannya dan bertanya, “dear, bolehkan aku menemuinya di rumah sakit besok?” Jalal tidak menyahut, dia asyik dengan cumbuannya. Jodha menarik rambut ikal Jalal, dan menuntut jawaban. Jalal dengan nafas terengah-engah menahan gairah berkata, “kita akan membicarakannya itu besok pagi..” Jodha pun tidak bertanya lagi.

FF Jodha akbar Destiny2Besok paginya, Jalal sedang mandi ketika Jodha terbangun. Tanpa menunggu Jalal dia segera kembali ke kamarnya dan langsung masuk kekamar mandi. Selesai mandi, Jodha melakukan puja pada dewa krisna. Setelah berdandan danberpakaian rapi, Jodha segera turun ke bawa menemui Jalal yang sedang sarapan. Jalal menatap Jodha dengan ekor matanya. Jodha menyapanya, tapi Jalal hanya menjawab dengan ‘Hmm’ saja. Dengan penasaran, Jodha duduk di depan Jalal dan bertanya, “jadi hari ini aku bisa pergi ke rumah sakit untuk menemuinya kan?” Jalal megangkat wajahnya menatap Jodha dan menggeleng, “kurasa tidak bisa!” Jodha protes, “tapi semalam kau bilang…” Jalal mengelak, “semalam aku hanya bilang kita akan membicarakannya. Tapi kurasa kau tidak bisa kesana, karena kau harus ikut aku ke Simla. Aku ada meeting disana.” Jodha merasa tertipu dan menjadi kesal, “kenapa aku harus ikut dirimu ke Simla? Kenapa kau tidak pergi saja sendiri? Dan lagi aku tidak ada gunanya di sana, aku hanya akan membuat kosentrasimu dan rekan meeting mu terpecah belah.” Jalal tertawa, “siapa yang akan mengajakmu keruang meeting? Aku hanya bilang akan mengajakmu ke Simpla. Itu saja.” Jodha bertanya dengan rasa ingin tahu, “tapi kenapa? Bukankah lebih baik kalau aku diam di kantormu saja dan mengerjakan tugas-tugas yang kau berikan yang sampai saat ini menumpuk di meja? Aku bahkan belum menyelesaikan separuhnya. Kau pergilah sendiri ke Simla, dan aku tinggal di sini saja.” Jalal tersenyum masam, “apakah aku memberimu pilihan?”

Jodha menjadi sangat kesal mendengar jawaban Jalal. Sifat ditaktornya kambuh lagi. Jalal selalu tak ingin di bantah jika sudah memutuskan sesuatu. Keputusannya sekeras tugu batu. Tidak akan berubah dengan mudah. Bahkan setelah apa yang dia lakukan Jodha tadi malam, Jalal tetap tidak bergeming. Jodha menyesali diri karena rencananya yang gagal. Bukan hanya gagal total, Jalal bahkan berhasil memperdayainya. Jodha menyesal karena tidak mendapatkan kepastian dari Jalal semalam. Man of word seperti Jalal cenderung untuk memenuhi janji atau kata-katanya. Mereka memghargai kata-katanya dari pada nyawanya sendiri. Bahkan selicik atau seegois apapun dia.

Jodha memasang muka ngambek di hadapan Jalal. Jalal seperti tidak tergerak untuk membujuknya. Dia hanya tertawa. Jodha semakin dongkol melihatnya. Selesai sarapan jalal bangkit dari duduknya dan berkata, “kau tak perlu ikut ke kantor hari ini, aku ingin kau berkemas. Kita akan pergi selama 3 hari. Jangan lupa untuk membawa baju hangat lebih. Aku akan menjemputmu sebelum jam 10 pagi .” Jodha tak menyahut. Melihat itu, Jalal berputar mengelilingi meja dan berhenti di belakang Jodha. Dia mendekatkan bibirnya ke telinga Jodha dan berbisik, “kau terlihat sangat cantik kalau sedang marah.” Dengan sedikit usil, Jalal mengigit daun telinga Jodha. Jodha bergidik geli dan menarik kepalanya menjauh sambil menatap Jalal dengan sengit. Jalal tertawa. Jodha dengan rasa ingin tahu bertanya, “kenap asih aku harus ikut ke simla?” Jodha menatap penasaran, ‘apakah kau tidak pernah ke simla?” Jodha menggeleng. Jalal tertawa, “pantas. Kalu pernah ke Simla, pasti kau ingin datang lagi kesana. Di india tidak ada tempat seindah Simla.” Jodha jadi seperti paham, tapi tetap bertanya, “oh jadi kau mengajakku ke Simla untuk menikmati pemandangannya?” Jalal menggeleng. Dia hendak berbisik lagi di telinga Jodha, tapi Jodha telah menarik kepalanya dan menoleh ke arah Jalal dengan mata melotot kesal. Jalal balas melotot dengan mesra, lalu sambil tersenyum simpul dia berkata…… Takdir bag 41

NEXT