Takdir bag 31 by Tahniat

Takdir bag 31 by Tahniat. …bara asmara telah telah membakar tabir yang selama ini memisahkan mereka. Tidak ada lagi pembatas, semua terlihat begitu jelas. Hasrat yang begitu membara, cinta yang begitu agung dan kasih sayang tanpa cela terpancar di mata keduanya. Malam ini segalanya akan di mulai lagi. Takdir telah menyatukan mereka kembali dalam balutan cinta dan kasih sayang yang untuk yang kedua kali…

~~ *** ~~

PROLOG. ~Jodha sedang sedih karena sikap Salim padanya. Untuk menghibur Jodha, Jalal mengajaknya jalan-jalan kehutan. Hanya mereka berdua. Sedangkan Salim di biarkan tinggal di istana, akan banyak orang yang menjaga Salim,  dia akan aman bersama Hamida, salima dan Ruqaiya. Malam itu Jodha dan Jalal menghabiskan waktu bersama di tenda. Mereka memadu kasih dan bercinta sampai terlena dan tidak sadar kalau ada sepasang mata mengintip keintiman mereka. Pengintip itu tak lain dan tak bukan adalah sharifudin yang sangat mencintai Jodha.

Sharifudin selalu ingin memiliki Jodha dan merebut tahta Jalal. Tapi selalu saja usahanya dapat di gagal. Tapi malam ini, Sharif bertekad, apapun yang terjadi dia harus berhasil membunuh Jalal dan memiliki Jodha. Setelah bercinta, Jodha dan Jalal tertidur pulas. Tengah malam Jalal terbangun. Dia duduk di tepi ranjang sambil menatap Jodha yang sedang tidur.  Jalal mencium lembut kening Jodha. Dan melangkah pergi hendak keluar tenda. Tiba-tiba, dari balik pilar, muncul Sharifudin dengan sebuah pedang terhunus menyerbu Jalal. Pedang itu tepat mengenai jantungnya. Jalal terjatuh setelah sempat berteriak membangunkan Jodha. Jodha terbangun, dia melihat jalal tergeletak di lantai bersimbah darah. Sambil menanggis histeris, Jodha berlari ke arah jalal. Teriakan Jodha  membangunkan para prajurit dan Maan singh. Mereka segera berlari ke tenda Jalal. Melihat jalal tergeletak Maan menyerang sharifudin dengan marah. Anak buah Shariudin pun berdatangan. Terjadilah pertempuran sengit.

Jodha memeluk tubuh Jalal sambil menangis, “Shenshah…” Jalal dengan bersimbah darah menyentuh wajah Jodha dan membelainya. Dalam kesakitan dia masih mampu menatap Jodha dengan tatapan mesra dan memanggil namanya, “Jodha…!” Itu adalah kata terakhir yang di ucapkan Jalal. Karena setelah itu…sang kaisar pergi untuk selamanya.

Jodha shock, dia menatap tubuh Jalal yang terbaring  dengan bersimbah air mata dan darah. Kekasihnya, suaminya, Rajanya telah pergi. Tidak ada yang diinginkannya lagi di dunia ini. Jodha tersadar oleh dentingan suara pedang. Jodha melihat sebuah pedang tergeletak di lantai. Tanpa membuang waktu lagi dia mengambil pedang itu dan menyerang anak buah Sharifudin dengan membabi buta. Jodha tidak lagi memikirkan keselamatannya. Bara dendam telah membuatnya kehilangan rasa waspada. Tidak ada lagi yang di takutinya di dunia ini. Dia akan membalas dendam pada orang yang telah membunuh suaminya dan setelah itu dia akan bunuh diri menyusulnya. Itu tekadnya.

Jodha dengan gagah berani menyerang musuh dan menjatuhkan mereka satu persatu. Maan Singh berhadapan dengan Sharifuddin. Setelah bertarung mati-matian akhirnya Maan singh berhasil mengalahkan Sharifudin.  Sharifudin tergeletak di lantai tak berdaya setelah tertikam pedang Maan singh. Setelah menjatuhkan Sharifudin, Maan singh segera membantu Jodha. Bahu membahu bibi dan ponakan itu menghabisi musuhnya. Sehingga tidak ada satupun yang tersisa.  Jodha dengan tatapan penuh amarah menatap sekeliling mencari Sharifuddin. Maan singh seperti tahu siapa yang di cari Jodha, segera menunjukan di mana Sharifudin yang sudah terluka dan tak berdaya berada. Jodha melangkah ke arah Sharifudin dengan cepat tanpa menunggu Maan Singh. Maan Singh melihat salah satu anak buah Sharifudin mencoba untuk melarikan diri dengan susah payah. Maan Singh mengejarnya dan membunuhnya. Sehingga perhatiannya teralihkan dari Jodha.

Sharifudin yang sedang terluka dan sangat menderita, sempat melihat sosok Jodha melangkah kearahnya dengan wajah penuh amarah. Sharifuddin pura-pura mati, matanya terpejam rapat dan diam tidak bergerak. Jodha melangkah mendekati Sharifuddin yang terlentang tak berdaya. Jodha sangat marah, karena bukan dia yang membunuh pembunuh suaminya. Jodha berniat menlampiaskan marahnya. Dia mengangkat pedangnya hendak menusuk dada Sharifudin untuk membalas kematian Jalal. Tapi belum juga pedang itu menyentuh tubuh Sharif, Sharif telah lebih dulu mengangkat pedangnya dan menusuk perut Jodha. Jodha berteriak kesakitan. Maan singh yang mendengar teriakan Jodha segera berlari kearahnya.

Dia melihat Jodha terduduk di lantai dengan sebilah pedang tertancap di perutnya. Dengan marah, Maan Singh menebas leher sharifuddin lalu berlari mencabut pedang di perut Jodha dan menyanggah tubuh Jodha yang hampir terjatuh ke tanah. Maan Singh akan membawa Jodha kembali ke istana. Tapi Jodha menolak. Dia ingin melihat jalal. Dia ingin berada di samping Jalal. Dengan berat hati, Maan singh memenuhi keinginan Jodha. Maan Singh membawa Jodha ke tempat di mana jasad Jalal tergeletak. Darah Jodha mmengalir deras, sederas air matanya.  Dia sangat ingin berada di sisi suaminya… menyentuhnya dan memeluknya. Tapi sayang sebelum Maan singh tiba di sisi tubuh Jalal, Jodha sudah menghembuskan nafas terakhir nya. Menjelang ajalnya Jodha memanggil Jalal… “Shenshah…!”~ Prolog End

~~ *** ~~

Jodha tersentak  bangun sambil berteriak, “Shenshah…!” Jalal yang tidur di sampingnya ikut terbangun  mendengar teriakan Jodha. Dia melihat Jodha terduduk di sampingnya dengan tubuh gemetar dan wajah sepucat kapas. Bibirnya kemak kemik menyebut sebuah nama …” Shenshah…” Melihat kondisi Jodha yang seperti itu, Jalal segera hendak memeluknya. Tapi Jodha menahan pelukan Jalal. Dengan panik dan berlinangan air mata, Jodha mengamati dada telajang Jalal mengusapnya penuh kekhawatiran.  Saat tidak menemukan apa yang di carinya, dia segera menjatuhkan diri di dada bidang itu dan menangis terseduh-seduh. Jalal segera merangkulkan tanganya ke tubuh Jodha. Dan mendekapnya erat di dada. Dia tidak tahu apa yang membuat Jodha menjadi histeris seperti itu.  Dia akan menunggu Jodha tenang dulu baru bertanya.

Setelah Jodha sudah agak tenang dan tangisnya sudah reda, Jalal melepas pelukannya dan turun dari tempat tidur, tapi ketika Jalal mau beranjak pergi, Jodha secepat kilat bangkit dan merangkul Jalal dari belakang sambil berbisik ketakutan, “jangan tingalkan aku!”  Jalal berbalik dan mendekap tubuh Jodha. Jalal berdiri dilantai, sedangkan Jodha berdiri dengan lututnya  di atas tempat tidur.  Jalal dengan lembut membaringkan tubuh Jodha dan dia sendiri turut berbaring disampingnya sambil memeluknya erat. Setelah dirasanya Jodha sudah cukup tenang, Jalal bertanya, ” siapa Shenshah? Kenapa kau menangis dan memanggilnya?” Jodha yang semula menyembunyikan wajahnya di dada Jalal mengangkat kepala menatap Jalal. Dengan lembut Jodha menyentuh wajah jalal dan membelainya.

Jalal menekan tangan Jodha ke pipinya, “ada apa? Kenapa kau ketakutan begitu.” Jodha menghela nafas dan berkata, “aku bermimpi seseorang membunuhmu…dan kau tergeletak penuh darah…aku takut sekali…” Jalal tersenyum sambil menjawil hidung Jodha, “hanya mimpi. Lihatlah…aku di sini! Di dekatmu… memelukmu. ..” Jodha dengan tatapan menerawang berkata sambil membayangkan mimpinya lagi, “tapi mimpi itu sangat jelas…seolah-olah benar terjadi. Aku melihat kita berdua sedang berkemah di hutan… lalu seorang pria menusukmu dengan pedang…” Jalal tertawa, “di hutan? Apa yang kita lakukan di hutan?”  Jodha hendak mengatakan apa yang mereka lakukan dihutan, tapi dia mengurungkkannya. Dia malu saat hendak mengatakan kalau mereka pergi jauh-jauh ke hutan untuk bercinta.

Melihat pipi Jodha bersemu merah Jalal bertanya dengan nada mengoda, “apakah kita ke hutan untuk bercinta?” Jodha terbelalak kaget mendenganya. Jalal tertawa melihat Jodha terperangah.  Jodha menghentikan tawa Jalal dengan sebuah ciuman. Jalal membalas ciuman itu. Gairah kembali mengisih tubuh keduanya. Mereka bercinta untuk yang kesekian kalinya. Bedanya kali ini, segalanya lebih mudah dan lebih indah dari yang pertama. Sambil mencumbu Jodha, Jalal memikirkan mimpinya yang sangat mirip dengan mimpi Jodha. Dalam mimpi itu, dia seorang raja, dan Jodha adalah ratunya. Mereka bahagia dan saling mencinta. Sampai kemudian takdir berupa kematian memisahkan keduanya. Jalal memejamkan mata menahan derita ketika membayangkan pedang sharifuddin merampas nyawa istrinya sementara dirinya sudah terbaring tak berdaya. Memikirkan mimpinya itu, tubuh Jalal bergetar…..Takdir bag 32

Precap:  Jalal cemburu pada “shenshah”, Ranvir menjadi gila dan Ruqaiya merusak hari-hari Indah Jodha…

NEXT