Sinopsis Jodha Akbar episode 390 by Sally Diandra. Salim sedang duduk diteras istana ketika anak anak yang lain datang kesana, saat itu Danial sedang menghitung burung gagak yang sedang terbang diatasnya dilangit. “Danial, kamu sedang apa ???” tanya Murad, “Aku sedang menghitung burung gagak” jawab Danial, “Kamu tidak bisa menghitung, mereka kan terbang kesana kemari” kata Murad, “Lalu bagaimana kita bisa mengetahui jumlah burung burung gagak itu ???” tanya Danial, tepat pada saat itu Birbal sedang melintas disekitar mereka, “Kita sebaiknya tanya paman Birbal saja, dia selalu membuat orang orang diruang sidang itu tertawa” ujar Haidar, kemudian Murad segera berlari menghampiri Birbal dan menghentikan langkahnya, dan tak berapa lama kemudian Birbal menghampiri anak anak itu bersama dengan Murad , “Paman Birbal, bisakah kamu membantuku ?” tanya Danial, “Ada apa ?” jawab Birbal, “Aku ingin tahu jumlah burung burung gagak itu, aku tidak bisa menghitungnya” kata Danial, mendengar pertanyaan Danial, Birbal bicara dalam hati : “Anak anak ini rupanya ingin membodohi aku” bathin Birbal, “Baiklah … dilangit itu sekarang ada 45 burung gagak !” kata Birbal, “Salah ! ketika Danial menghitung tadi ada 104 burung gagak, paman !” ujar Murad, “Yaaa sekarang mereka cuma ada 45 burung gagak, burung gagak yang lainnya itu datang dari Negara lain seperti Amer, Ajmer … burung burung gagak kita selalu bertemu dengan mereka” kata Birbal sambil melihat Salim yang sedang duduk termenung menyendiri, Salim kelihatan sedang sedih kemudian Birbal mendekati duduk disamping Salim. “Pangeran Salim, kenapa kamu bersedih ? tertawalah ….. itu bagus untuk kesehatan” kata Birbal, Salim hanya diam saja. “Sekarang aku akan bertanya sesuatu pada kalian, tolong katakan padaku tempat apa yang tidak ada matahari yang bersinar terang dan sinar bulanpun tidak bisa menyinarinya?” tanya Birbal ke anak anak, mereka berusaha berfikir keras, berusaha mencari jawaban atas pertanyaan Birbal, kecuali Salim yang masih asyik dengan dunianya sendiri. “Tempat apa itu, paman Birbal ? bisakah kamu katakan pada kami” tanya Murad. “Baiklah … jawabannya adalah ke-ge-la-pan, jika sinar matahari dan sinar bulan tidak dapat mencapainya, disanalah ada kegelapan” jelas Birbal, semua anak anak diam mendengarkan Birbal, setelah anak anak merasa puas dengan jawaban Birbal, Birbal pun pergi meninggalkan mereka, tepat pada saat itu pelayan datang dan menyuruh Salim untuk menemui Jalal, “Pangeran Salim, Yang Mulia memanggil kamu … “ kata pelayan, Salim sangat kaget mendengarnya.
Dikamar Jodha, Salim mendatangi Jalal dan Jodha dengan muka masam, Salim yakin kalau dia akan mendapatkan hukuman lagi dari ayah dan ibunya, “Sekhu Baba, apakah kamu melukai Moti Bai ?” tanya Jalal, ditanya seperti itu oleh ayahnya, Salim langsung menengadahkan mukanya melirik kearah Jodha dengan tatapan tidak suka, Jodha juga membalas memandangnya dengan perasaan sedih, Jodha yakin kalau Salim pasti akan mengira bahwa dirinyalah yang mengadu ke Jalal. “Yaa !! aku yang melakukannya !” jawab Salim sambil menundukkan kepalanya kebawah, “Apakah kamu sudah meminta maaf padanya ?” tanya Jalal lagi, “Tidak !! aku tidak akan meminta maaf padanya !!” jawab Salim lantang. “Salim, kamu tidak akan terlihat kecil dengan meminta maaf, nak” bujuk Jodha sambil memegang bahu Salim, “Apakah kamu akan menghukum aku juga karena hal ini ?” tanya Salim, “Apalagi yang kamu pikirkan, apakah kamu pikir aku akan memujimu ? kamu telah melakukan kesalahan jadi kamu harus mendapatkan hukuman !” kata Jalal dengan nada tinggi, kemudian Jalal menggandeng Salim tapi Jodha berusaha menghentikan niatnya, “Yang Mulia …..” ujar Jodha, “Tidak, Ratu Jodha … aku minta kamu jangan ikut campur dalam hal ini !” kata Jalal dengan tatapan marahnya, kemudian berlalu membawa Salim keluar kamar.
Diteras ditengah halaman istana, Jalal menyuruh Salim berdiri disana padahal matahari saat itu sedang bersinar sangat terik, “Kamu harus berdiri disini dibawah sinar matahari !” perintah Jalal, Salim hanya diam saja menuruti perintah ayahnya, “Pelayan ! jangan beri apapun pada pangeran Salim, jangan beri makanan atau minuman ! dia juga tidak boleh bergeser dari tempat ini ! sampai dia meminta maaf pada Moti Bai !” perintah Jalal pada semua pelayannya yang sedang berdiri disana, kemudian Jalal meninggalkan tempat itu. Dari balkon istana, Jodha menatap Salim dengan perasaan sedih, tiba tiba Hamida datang menghampirinya, “Jodha, bagaimana bisa Jalal berbuat seperti itu pada anaknya ? aku akan bicara sama Jalal !” kata Hamida, “Ibu, itu tidak perlu … dia tidak akan mendengarkan, lebih baik … cobalah ibu bicara sama Salim, buat Salim mengerti bahwa dia seharusnya meminta maaf sama Moti, dengan begitu dia akan dimaafkan” pinta Jodha, Hamida setuju dengan usul Jodha, kemudian Hamida mendekati Salim yang masih berdiri diteras, dari kejauhan Jalal melihat ibunya mendekati Salim, Jodha pun masih memperhatikan Salim dari balkon istana. “Salim, hari ini sangat panas sekali, kamu pasti lapar … kamu biasanya setuju dengan semua permintaan nenek, sekarang nenek meminta agar kamu minta maaf sama Moti Bai, kamu mau kan ?” bujuk Hamida, “Tidak ! aku tidak akan meminta maaf, aku tidak membutuhkan minuman dan makanan, aku akan tetap berdiri disini !” kata Salim lantang, mendengar kata kata cucunya, Hamida tidak bisa berbuat apa apa, Salim memang sama keras kepalanya seperti ayah dan ibunya, Hamidapun meninggalkan Salim dengan perasaan sedih. Tak berapa lama kemudian, ketika matahari sedang terik teriknya bersinar, Salim merasakan tubuhnya mengeluarkan keringat yang cukup banyak, dan tiba tiba dirasakannya pusing yang teramat sangat hingga membuat padangannya kosong, hitam … Salim sempoyongan dan akhirnya tubuhnya pun lemas hingga jatuh terkulai, Jodha dan Jalal yang memperhatikan dari kejauhan langsung panic begitu melihat anak mereka jatuh, “Saaaaalllliiiiimmmm !!!!!” teriak Jodha, Jalal yang berdiri agak dekat dengan Salim langsung berlari mendekati Salim dan berusaha membangunkannya, sementara itu Jodhapun segera keluar dari istana, dan sesampainya disana … Jodha panic melihat keadaan Salim dan menatap Jalal dengan perasaan tidak suka, “Panggil tabib ceppaaaatttt !!!” perintah Jalal.
Setelah Salim ditangani oleh tabib, Jodha mendatangi Jalal dikamarnya, “Apakah ini yang namanya hukuman, Yang Mulia ?” tanya Jodha, “Kamu ingin memberikannya sebuah pelajaran tapi kamu malah menyakitinya” kata Jodha, “Ratu Jodha, kamu tidak mengerti … caraku memang berbeda akan tetapi aku ingin Salim belajar sesuatu” ujar Jalal, “Ini bukan tentang belajar sesuatu, Yang Mulia … Salim hanya berfikir bahwa ini hanyalah sebuah hukuman” kata Jodha, “Aku tidak takut akan hal itu, aku tidak ingin dia melakukan hal seperti ini terus menerus, dia bisa saja berfikir bahwa semua ini cuma sebuah hukuman belaka, tapi dia perlu belajar semua ini, melawan sinar matahari saja, dia tidak bisa … lalu apa yang akan dia lakukan di medan perang ??” jelas Jalal, “Menjadi seorang ksatria dan raja itu tidak membutuhkan seorang ibu, Ratu Jodha … dia harus belajar tentang hal ini dibawah teriknya sinar matahari untuk menjadi seorang raja !” kata Jalal dengan nada tinggi, Jalal dan Jodha terus beradu argument tentang cara mendidik Salim, “Dia bisa saja mengatakan semua ini tidak perlu untuk menyelamatkan sebuah kerajaan, Yang Mulia” ujar Jodha, “Aku tidak peduli, Ratu Jodha ! aku harus membuat dia kuat !” tandas Jalal, “Semuanya dengan proses, Yang Mulia … jangan membuatnya keras, dia juga butuh untuk belajar peduli” kata Jodha tegas, “Menjadi seorang raja, dia harus belajar semuanya tapi dia lemah” ujar Jalal, “Yaaa ,,, kamu memang benar, Yang Mulia ,,, tapi bagaimana kalau dia mulai membencimu karena ini semua, Salim sekarang sudah mulai menjauh dari kita tapi ini semua dalam proses, kamu telah membuatnya menjadi batu” kata Jodha, “Aku bisa menerimanya, Ratu Jodha … aku dulu juga berhati batu, aku menjadi seorang raja diusiaku yang ke 15 tahun, ketika aku mendapatkan kamu, aku baru berada pada jalan yang benar, aku yakin Salim juga akan menemukan seseorang” ujar Jalal, “Tapi bagaimana kalau dia mulai membenci kita akan semua ini, Yang Mulia ?” tanya Jodha, “Aku tidak peduli, Ratu Jodha … dia masih anak anak, dia harus belajar berfikir tentang sebuah hukuman, tapi ketika dia tumbuh dewasa nanti, dia akan mengerti bahwa semua ini hanyalah sebuah pelajaran” ujar Jalal lagi, “Tidak ada seorangpun yang lebih mengerti daripada seorang ibu, aku telah melihat kebencian dalam dirinya, kebencian itu terlihat di matanya, Yang Mulia” jelas Jodha, “Kamu harus menanggalkan pikiran keibuanmu itu, Ratu Jodha … dan berfikirlah sebagai Mariam Uz Zamani, menjadi seorang raja harus bisa melihat darah, harus bisa mendapatkan luka luka didada, dia tidak akan mendapatkan pengobatan untuk itu hanya karena dia menjadi seorang raja, maka Kesultanan Mughal akan terlindungi” ujar Jalal, “Yaaa … Kesultanan Mughal memang akan terlindungi, Yang Mulia … tapi bagaimana dengan kita ? kita akan sendirian … aku sangat berharap kamu bisa mengerti akan semua ini” kata Jodha dengan perasaan sedih.
Dikamar Salim, Tabib yang memeriksa Salim mengatakan pada Jodha bahwa Salim akan baik baik saja, “Lebih baik Yang Mulia Ratu istirahat saja “ kata tabib, “Ketika anakku sedang sakit, bagaimana aku bisa istirahat, tabib ? terima kasih sudah memeriksa kondisi Salim, aku akan disini saja menemaninya” ujar Jodha, kemudian tabib itupun meninggalkan Jodha. Tak berapa lama kemudian Salim sadar dari pingsannya, Jodha sangat bahagia sekali melihat Salim sudah sadar, kemudian Salim bangun dari tidurnya. “Salim, apakah kamu membutuhkan sesuatu ? apa yang bisa ibu bawakan untukmu, nak ? ibu akan bawakan air putih buat kamu yaa … “ kata Jodha, sementara Salim hanya diam saja. Jodha membawakan segelas air putih untuk Salim tapi Salim malah mengelaknya hingga airnya tumpah sedikit, “Salim, apa yang kamu inginkan sayang ?” tanya Jodha heran dengan sikap Salim, “Aku ingin ibu pergi dari sini ! jauh jauh dari aku ! aku ingin ibu tidak usah lagi mendekati aku !” bentak Salim, Jodha benar benar terkejut mendengar ucapan Salim dan tak terasa gelas yang dibawanya terlepas jatuh dari tangannya, “Salim, apa yang kamu katakan ???” tanya Jodha heran, “Mengapa kamu melakukan semua ini ke ibu ? aku adalah ibumu ! ibu kandungmu ! hati ibu sedih mendengar kata katamu tadi, kamu tahu … ibu tidak bisa hidup tanpamu, sayang …” ujar Jodha, “Hhh …. kamu bisa ! ibu telah membuat ayah menghukumku secepatnya ! dan membuang aku ! sekarang kamu mengeluh padaku !” bentak Salim lagi, Jodha tidak percaya dengan kata kata yang diucapkan oleh anaknya ini, “Ibu Rukayah benar ! ibu tidak pernah mencintai aku ! cuma dia yang mencintai aku ! dia tidak pernah mengeluh ke ayah tentang aku !” bentak Salim sambil berlalu dari sana, Jodha sangat terkejut dan menangis, Jodha tidak menyangka Salim akan berbuat seperti ini padanya, “Kamu telah melakukan hal yang tidak baik, Ratu Rukayah !” kata Jodha geram.
Dikamar Rukayah, Rukayah sedang asyik menikmati hookahnya, Jodha datang menemuinya dengan kemarahan yang memuncak, Rukayah menawari Jodha untuk menghisap hookah, “Ratu Rukayah, kamu bisa membuat asap tidak hanya dengan hookahmu itu saja !” kata Jodha marah, “Apa ???? aku tidak tahu apa yang kamu katakan, Ratu Jodha ?” tanya Rukayah, “Tapi aku mengerti apa yang kamu lakukan dan apa yang kamu inginkan, Ratu Rukayah !” kata Jodha, “Apa maksudmu, Ratu Jodha ?” tanya Rukayah lagi. “Bukankah kamu yang mengatakan pada Yang Mulia apa yang dilakukan Salim ke Moti ? kamu tahu kan … Yang Mulia pasti akan menghukumnya, tapi kamu tetap mengatakan padanya dan mengatakan kalo aku menyembunyikan sesuatu darinya !” kata Jodha dengan nada tinggi, “Kamu sangat tahu sekali, Ratu Rukayah … bahwa Yang Mulia pasti akan menghukum Salim dan Salim akan mengira bahwa akulah yang menceritakan semua ini tentang dia, kenapa kamu lakukan semua ini, Ratu Rukayah ???” tanya Jodha, “Bukan begitu, Ratu Jodha … itu tidak benar, aku kira kamu sudah menceritakan yang sebenarnya ke Yang Mulia, jadi aku menemuinya untuk melindungi Salim” bela Rukayah, “Aku tidak mengatakan apa apa pada Yang Mulia, Ratu Rukayah !” hardik Jodha, “Ini semua agar Salim tidak secepatnya mendapatkan hukuman ! tapi kamu … kamu malah mengatakan kalo aku menyembunyikan sesuatu darinya ! aku tahu kamu adalah bariamminya (ibu tirinya) tapi jangan lupa bahwa aku adalah ibu kandungnya !” kata Jodha, “Ratu Jodha, niatku benar ….” bela Rukayah lagi, “Tidak, ada sesuatu yang tidak benar, Ratu Rukayah … kamu tahu bahwa Salim akan sangat membenci karena ini semua ! kamu sengaja memberikan kebencian di hati Salim agar dia melawan aku !” kata Jodha. “Bukan … bukan begitu, Ratu Jodha … aku ingin Salim menjadi orang baik juga, aku tidak ingin Yang Mulia menghukumnya makanya aku menemui Yang Mulia, aku tidak bisa melakukan ini semua, aku kan juga ibunya … “ bela Rukayah, “Cukup !!! kamu adalah bariammi !!! sekali lagi cuma ibu tiri !!! aku adalah ibunya ! ibu kandungnya !” tegas Jodha, kemudian berlalu dari sana, Rukayah sedikit tersinggung mendengar kata kata Jodha tapi setelah Jodha pergi jauh dari hadapannya, Rukayah tertawa terbahak bahak …. “Bagaimana kamu bisa menghentikan aku, Ratu Jodha ??? ketika anakmu sendiri menyebutku ibu dan memanggilmu Mariam Uz Zamani !”Sinopsis Jodha Akbar episode 391