Sinopsis Jodha Akbar episode 128 by Jonathan Bay. Jodha sedang berdoa pada Kanha dengan khusuk, sehingga dia tidak tahu kalau hamida berdiri dibelakangnya turut berdoa. Baru setelah Jodha selesai berdoa, berdiri dan membalikan badannya dia terlihat Hamida yang tersenyum menatapnya. Dengan sedikit kaget, Jodha menyapa, “Ibu, anda di sini?” Sambil tersenyum senang, Jodha menghampiri Hamida dan memberinya prasad. Hamida menerima prasad Jodha, menggenggamnya di dada dan menunduk pada krishna. Setelah itu dia meraih kepala Jodha dan mencium keningnya. Jodha sambil tersenyum berkata, “kalau ibu ingin bertemu denganku, ibu bisa memanggilku.” Jodha menyahut, “tidak Jodha anakku, aku kesini ingin mengucapkan terima kasih padamu. Kau sudah menyelamatkan istana Mughal dari amukan massa. Generasi yang akan datang akan selalu mengingatmu karena telah menegakkan hukumnya.” Jodha mengelak, “tapi ibu, aku tidak ada hubungannya dengan semua ini. Aku hanya memberikan ide, ide ini di implementasikan oleh kaisar. Dan kaisar telah sukses menegakkan hukumnya dari amukan massa dan permasalahan. Dia telah menyelamatkan masa depan anak-anak. Dialah yang melakukan revolusi. Aku semakin menghormati kaisar bukan hanya karena keputusannya saja.”
Mendengar itu, Hamida tersenyum senang, “aku senang mendengar ini.” Jodha dengan sedikit tersipu menyahut, “seharusnya ibu sudah tahu itu.” Sambil tersenyum mengoda Hamida berkata, “aku rasa kau harus memberitahu Jalal juga. Jalal sudah semakin percaya kepadamu. Dia membuat keputusan itu karena dia percaya kepadamu. Dia akan senang mendengar ini langsung darimu. Nak, aku senang, akhirnya perbedaan antara kau dan Jalal menemukan jalan keluarnya. Aku harap, suatu hari nanti kalian berdua bisa bersatu.” Jodha menyahut, “aku akan berusaha semampumu, ibu.” Hamida dengan bahagia menyentuh kepala Jodha dan pergi meninggalkannya.
Jalal sedang duduk di sofa sambil memejamkan mata ketika Jodha lewat di belakangnya dengan tergesa. Suara gelang kaki Jodha membuat jalal menyapanya, “datanglah, ratu. Aku sedang menunggu dirimu. Karena adham khan aku kurang istirahat. Aku tidak akan menjawab pertanyaanmu atau mendengarkan apa yang kau katakan. Cukup! Aku hanya ingin kau memijat kepalaku.” Jodha dengan binggung menatap kesekeliling ruangan. Dia melihat minyak di atas meja. Dia mengambil minyak itu dan membawanya menghampiri Jalal. Johda mengoleskan minyak ketangannya dan mulai memijat kepala Jalal. Jalal terlihat menikmatinya. Merasakan pijatan yang berbeda dari yang di harapnya, jalal sambil tersenyum bertanya, “ada apa? Kenapa tanganmu terasa lembut sekali hari ini, Ratu Ruqaiya?” Mendengar jalal menyebut Ruqaiya, Jodha segera menghentikan pijatannya. Jalal menoleh dan melihat keatas, lalu dengan terkejut dia berkata, “maafkan aku, kupikir Ratu Ruqaiya yang sedang memijat kepalaku. Tapi tanganmu halus sekali, ratu Jodha.” Jalal kembali menatap lurus kedepan dan Jodha kembali memijat kepalanya sambil berkata, “aku ingin mengucapkan terima kasih.” Jalal sambil menikmati pijatan berkata, “apa kau tahu bagaimana cara menijat kepala? Pijat kepala itu seharusnya tidak boleh di lakukan dengan cara yang lembut. Apa kau bisa memijat lebih keras lagi?” Jodha mmenghentikan pijatanya dan menyela, “kau duduk di tempat yang salah. Duduklah dengan nyaman. Bisakan kau duduk disana?” Jodha menunjuk bangku kecil. Jalal menurut. Jodha duduk di tempat Jalal barusan duduk, dan Jalal duduk di bangku kecil di depan Jodha. Jodha mulai memijat kepala Jalal sambi bicara, “aku dulu biasa memijat kepalanya Sukanya, saat di Amer. Dia selalu ingin di pijat olehku.” Jalal sangat menikmati pijatan Jodha dan tersenyum puas. Katanya, “ini rasanya enak sekali, kau tahu bagaimana melakukannya dengan benar. Kau sangat berbakat, Ratu Jodha. Dan kau selalu memberikan yang terbaik setelah kau di tantang. Pijatan kepalamu sangat enak sekali.” Jodha sambil tersenyum menyahut, “hasilnya itu yang penting, Yang Mulia.” Ruq datang dan dengan tajam bertanya, “hasil apa yang kau bicarakan, Ratu Jodha?” Mendengar suara Ruq, Jodha menoleh. Melihat wajah Ruq yang terlihat tidak senang, Jodha segera berdiri dari duduknya dan menatapnya dengan cemas. Ruq bertanya, “apa aku mengganggu kalian berdua?” Jodha menggeleng dengan bibir mengerimit terbuka akan menyahuti pertanyaan Ruq, tapi Jalal sudah lebih dulu menyahutinya. Sahut jalal, “tentu saja tidak. Ratu Jodha ada di sini, jadi aku menyuruh dia untuk memijat kepalaku.” Jalal kemudian mengangkat wajah untuk menatap Jodha sambil bertanya, “oh ya ratu Jodha, aku ingin bertanya padamu kenapa kau datang kesini?” Jodha sambil tersenyum menyahut, “Ini bukan hal yang penting. Kita bisa membicarakannya lain kali, sampai jumpa.” Jodha segera beranjak pergi, tapi sebelumnya dia masih sempat memberi salam pada Ruq. Ruq mengantar kepergian Jodha dengan tatapan tidak suka. Sambil melangkah Jodha berpikir, “dia pasti tidak suka melihat aku berduaan dengan Yang Mulia.”
Sinopsis Jodha Akbar episode 128. Sepeninggal Jodha, Ruq duduk di tempat yang bekas di duduki Jodha. Sedangkan Jalal masih duduk di bangku kecil di depannya. Ruq bertanya, “sangat bagus Jalal, kau sudah semakin dekat dengan Ratu Jodha.” Jalal menyahut, “bukan seperti itu, Ratu Ruqaiya. Mataku tertutup saat dia datang, jadi kupikir itu kau. Jadi aku meminta dia untuk memijat kepalaku.” Ruq dengan kesal berkata, “itu aneh, Jalal. Dulu kau hapal dengan suara jejak kakiku. Aku rasa ratu jodha itu menjadi sangat spesial bagimu. Kalau tidak, tidak mungkin kau salah mengenalinya sebagai aku. Dan kau harus ingat, dia adalah orang yang berusaha membuat kita terpisah.” Mendengar kata-kata Ruq, Jalal segera mengangkat pantatnya untuk duduk di sofa. Jalal menoleh menatap Ruq dan berkata, “kau salah mengerti, Ruqaiya. Kau seharusnya berterima kasih padanya, bukannya marah. Karena ratu Jodha lah yang menyelamatkan pernikahan kita. Dia menyarankan agar aku mengubah hukumnya.” ~Jalal menceritakan pad Ruq apa yang sudah di katakan Jodha padanya, tentang saran dan ususlnya agar Ruq bicara di depan publik~ Mendengar cerita Jalal, Ruq kaget dan merasa bersalah karena telah menuduh Jodha yang bukan-bukan. Kata Ruq, “Ya Tuhan, aku sudah salah menilai Ratu Jodha. Kenapa kau tidak memberitahuku sebelumnya?” Jalal menyahut, “kau tidak pernah memberiku kesempatan. Kau telah salah menilai dia sama seperti aku dulu.” Ruq dengan penuh penyesalan memberitahu Jalal, “aku sudah mempermalukan dia, aku sudah merendahkan dia. bagaimana aku bisa menghadapainya setelah mengetahui yang sebenarnya.” Jalal meraih tangan Ruq dan menggenggamnya, “jika kau merasa Ratu Jodha tidak bersalah, kau harus menemuinya dan berterima kasih padanya serta meminta maaf pada dia.” Ruq mengangguk setuju.
Maham bersama Resham menenggok Adham di penjara. Tapi belum sampai di sel tahanan adham, Maham menyuruh Resham berhenti dan melarang dia mengikutinya. Resham menurut. Maham anga seorang diri mengunjungi adham. Maham menemui prajurit jaga dan bertanya, “Adham khan di mana?” Prajurit memberi salam. Maham sambil membentak mengulang pertanyaanya, “adham khan di mana?” Dengan takut parjurit menjawab, “dia ditahan di penjara bawah tanah sesuai dengan perintah Yang Mulia.” Maham menyahut, “itu bagus. Harus ada hukuman yang berat untuk adham. Dia harus di cambuk sebanyak 50 kali. Itu perintah.” Prajurit menjawab, “baiklah, Perdana menteri.” Maham sudah membalikan badan hendak pergi, tapi mengurungkan niatnya. Dia berbalik menghadap prajurit dan berkata, “jangan sebut namaku jika ada orang yang menanyakan padamu tentang perintah ini.” Parjurit menyahut, “Ya Perdana menteri.” Setelah itu maham bergegas pergi. Melihat maham datang, Resham segera memberi salam. Pada Resham maham berkata, “Resham, pastikan Jika Adham Khan itu benar-benar di hukum. Semua orang harus melihat dia dihukum.” Resham dengan heran bertanya, “Adham itu anakmu, perdana menteri, kenapa kau menghukumnya?” Maham menyahut, “aku ingin membuktikan kepada rakyat. Kalau akulah yang memberikan hukuman kepda Adham khan sebagai perdana menteri dan buka sebagai ibunya. Bagiku, adham khan itu sama seperti pelanggar yang lainnya dan aku setia kepada kaisar. Itu perintahku.” Resham menyahut, “baiklah, nyonya. Tapi apa yang coba kau buktikan dalam hal ini?” Maham menjawab, “ada 2 alasan. Pertama, Adham khan tidak akan mendapatkn hukuman dari orang lain karena aku sudah memberikan hukuman. Yang kedua, Ratu Jodha akan merasa malu karena hukuman ini dan akan menjadi sebuah pukulan bagi mereka, ratu Jodha, ratu Ruqaiya dan Jalal.” Maham kemudian pergi dari penjara, di ikuti Resham.
Jodha sedang membaca buku Bhagwan Gita ketika terdengar pengumuman kalau Ruqaiya datang ke kamarnya. Dengan heran, Jodha segera berdiri dan memberi salam. Ruq dengan ramah dan sopan membalas salam Jodha. Ruq kemudian menyuruh para pelayan pergi, hingga tinggal dirinya dan Jodha. Melihat itu Jodha menghela nafas dan berkata, “aku tahu jika kau itu marah padaku.” Ruq dengan nada yang ramah menyahut, “Ratu Jodha, aku tidak marah padamu. ~Jodha menatap Ruq dengan heran!~ Aku datang menemuimu untuk mengakhiri perselisihanku denganmu. Aku sudah salah paham padamu. Kupikir kau menggunakan Adham untuk memisahkan aku dan Jalal. Tapi Jalal terlah memberitahu aku kalau kau yang membantunya menghentikan perceraian itu. Aku salah menilaimu. Aku sudah salah menafsirkan niat baikmu. Aku minta maaf telah meragukanmu. Aku punya hadiah untukmu. Ini cendera mata dariku karena telah menyelamatkan pernikahanku. Kau telah menghentikan perpisahanku dengan Jalal. Ini untukmu.” Jodha tersenyum bahagia. Dia menerima pemberian Ruq dan berkata, “aku meghargai pemberianmu, tapi aku lebih senang karena kau tidak salah paham lagi padaku.” Ruq tersenyum dan berkata, “apa kau tidak mau melihat hadiahmu itu?” Jodha membuka kotak itu, isinya adalah sebuah berlian yang sangat indah. Ruq berkata, “aku harap kau suka hadiahmu itu.” Jodha menjawab, “tidak perduli apa itu berlian atau bunga, semua hadiah itu sangat berharga. Aku akan selalu menyimpan hadiah ini, ratu Ruqaiya.” Ruq menyahut, “dan aku akan selalu mengingat kebaikanmu. Aku pergi dulu. Sampai jumpa.” Jodha mengangguk senang. Ruq segera melangkah pergi, tapi ketika dia sampai di depan pintu, Jodha memanggilnya, “Ratu Ruqaiya.” Ruqaiya berhenti dan menoleh. Jodha meletakkan kotak pemberian Ruq diatas meja. Dia lalu menghampiri mandir, mengambil benang suci, lalu menghampiri Ruq sambil berkata, “ada sebuah tradisi di Amer. Untuk membalas sebuah kebaikan dengan kebaikan yang lain. Di dalam agamaku, benang ini di anggap keramat. Sama seperti dalam agamamu. Aku akan berdoa kepada Dewa Khrisna agar kau selalu di beri keberkahan. Apa aku boleh mengikatkan benang ini di tanganmu?” Ruq mengangguk dan mengulurkan tangan kananya. Tapi Jodha meminta tangan kirinya. Ruq menukar tanganya. Lalu Jodha dengan penuh persahabatan mengikatkan benang suci itu ke pergelangan tangan Ruqiaya. Ruq tersenyum sambil menatap Jodha. Jodha balas menatapnya. Ruq terkejut melihat mata Jodha berkata-kaca, “aku tidak mengatakan atau melakukan apapun yang bisa membuatmu menangis.” Jodha menyahut dengan suara serak menahan tangis, “air mata kebahagiaan itu selalu ada. Hari ini untuk pertama kalinya kau sangat baik padaku. Kau menunjukan kasih sayangmu. Aku tidak bisa menghentikan airmata ini.” Ruq dengan tegas berkata, “aku akan selalu memberikan kasih sayang dan bersikap baik pada mereka yang perduli padaku.” Jodha terseynum bahagia mendengarnya. Ruq sambil mengangguk dan tersenyum meninggalkan Jodha.
Sinopsis Jodha Akbar episode 128. Seorang pelukis menggambar lukisan Jodha atas permintaan Sharif. Sharif menghampiri pelukis itu dan melihat lukisannya, dengan mata terbelalak takjub, sharif memujinya, “subhanallah. Lukisan ini benar-benar indah. ~Sharif menatap pelukis~ Kau akan di beri hadiah karena telah membuat lukisan ini.” Pelukis terlihat senang dan membungkuk hormat. Sharif menyuruh pelukis mengangkat tangannya. Sharif memegang jemari pelukis itu, dan tanpa di duga tiba-tiba dia mengeluarkan pisau dan memotong kelima jari si pelukis. Pelukis berteriak kesakitan. Sharif dengan mata melotot berkata, “kau sudah membuat lukisan ini dengan jarimu. Dan aku tidak ingin kau membuat lukisan yang indah seperti ini lagi.” Kemudian Sharif berteriak menyuruh prajurit membawa pelukis pergi. Setelah pelukis pergi, Sharif menatap lukisan Jodha, “putri Jodha, Jalal telah mengabaikan aku. Aku telah hancur gara-gara Jalal. Aku tidak akan menyerah. Aku akan mendapatkan kembali semua yang telah Jalal renggut dariku. Sama sepertiku, Abu Mali juga adalah musuhnya Jalal. Musuh dari musuhku itu akan selalu menjadi temanku. Jalal, aku akan berteman dengan Abu Mali dan aku akan menghancurkanmu. Kau akan hancur!”
Di agra, jalal sedang duduk di tahtanya ketika Atgah memberitahukan sesuatu padanya. Jalal bertanya, “apa berita ini sudah pasti?” Atgah dengan yakin menyahut, “ya, Yang Mulia. Kedua saudara iparmu itu, Sharifudin dan abu Mali bersatu untuk melawanmu. Mereka berencana untuk menyerang kita.” Jalal dengan geram berkata, “mereka bukan saudara iparku, mereka itu pengkhianat. Mereka akan di hukum karena perbuatan mereka. Komandan Munim Khan akan mengumumkan untuk persiapan perangnya. Dia harus memenangkan perang ini dan membawa mereka berdua kepadaku.” Atgah menyahut, “ya yang mulia.” Setelah memberi perintah, Jalal dengan kesal bergegas berdiri dan pergi dari ruang sidang.
Narator berkata: Munim Khan menerima pesan dari Jalaluddin. Munim Khan kemudian mengumumkan perangnya melawan Sharifudin dan Abu Mali sesuai dengan perintah kaisar. ~Di tenda Munim, Shahabuddin membacakan perintah jalal. Selesai mendengar perintah itu, dengan bersemangat, Munim mengumumkan perang, “berisap-siaplah untuk berperang!~ Munim pergi menuju medan perang bersama tentaranya. Peprangan[un terjadi. Banyak sekali darah yang tumpah dalam perang ini. Kaisar jalal menang, Munim Khan adalah pemenangnya. kali ini, Abu Mali kalah dalam perang ini. Begitu juga Sharifudin telah gagal. Dia berada di tempat perlindungan di Grotto. Munim Khan menyerang dia. Saat dia berusaha mencoba untuk melarikan diri.
Dalam sidang Dewan, Atgah khan berkata, “Yang Mulia. Aku ingin mempersembahkan Sharifudin ke hadapanmu.” Jalal menjawab, “Izin di berikan!” Prajurit membawa Sharifudin kehadapan Jalal sebagai tahanan. Kaki, tangan dan lehernya di rantai. Sharif menatap Jalal dengan geram, Jalal balas menatapnya. Lalu Sharif mengalihkan tatapannya pada Jodha, Jodha balas menatap Sharif tanpa gentar. Jalal berkata, “terkahir kali kau kabur, kau belum menjawab pertanyaanku, hari ini aku akan bertanya pertanyaan yang sama padamu. Kenapa kau selalu membuat masalah denganku dan Ratu Jodha? Kenapa kau melibatkan Bakhsi Bano untuk melawanku?” Sharif dengan marah menjawab, “aku tidak ingin Rajput menjadi bagian dari Mughal.” Mendengar jawaban Sharif, semua mata tertuju padanya. Jodha dan Maan Singh terlihat kesal. Sambil menata Jodha, Sharif berkata, “aku membenci Rajvanshi. Aku menentang pernikahanmu dengan Ratu Jodha. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk menghentikanmu. Aku tidak bisa membiarkannya, aku melawanmu. Aku tidak pernah menganggap Ratu Jodha itu bagian dari kerajaan Mughal.” Jalal dengan Marah berkata, “seorang komandan tidak punya hak untuk memutuskan siapa ratu yang tepat untuk Kaisarnya. Aku menghukummu karena telah melawanku dengan memberhentikanmu sebagai komandan. Kau akan di hukum sebagai seorang pengkhianat. Atgah Khan, masukkan dia ke penjara dan tunggu perintahku selanjutnya dia akan di perlakukan sebagai pengkhianat.” Tanpa membuang waktu, para prajurit segera membawa Sharifudin pergi dari hadapan Jalal.
Sinopsis Jodha Akbar episode 128. Setelah kepergian Sharifudin, Jalal berkata kalau dia ingin mengumumkan satu hal lagi, “Munim Khan selalu membuktikan kehebatannya. Bukan hanya memenangkan Kabul, dia juga telah menangkap pengkhianat Sharifudin. Jabatan komandan perangnya akan di berikan kepada Munim Khan.” Mendengar pengumuman itu, Munim Khan segera maju ke depan Jalal. Seorang pengawal membawa nampan berisi Turban komandan perang yang biasa di pakai Sharif. Jalal memakaikan turban itu kekepala Munim. Maham yang menatap kejadian itu membayangkan kalau Adham yang mendapatkan posisi itu bukan munim. Munim berkata, “terima kasih, Yang Mulia. Aku akan mengabdikan hidupku untuk keamanan kerajaan ini.”
Bakshi terhenyak mendengar Sharifudin tertangkap dan di masukan ke dalam penjara. Jodha mengunjungi Baksi yang sedang sedih. Melihat Jodha, Bakshi segera berlari memeluknya dan menangis dalam pelukannya. Bakshi sambil menangis berkata, “aku tahu jalal akan menemukannya, dia layak mendapatkan hukuman itu…” Jodha meminta agar bakshi tenang. Bakhsi menjawab kalau dia tidak bisa tenang, “aku tidak akan buta karena cinta. Aku tidak akan terbawa perasaan. Aku tidak akan bertemu dengannya. Aku akui jika ini pasti akan mmenyakitkan sekali. Ini akan menjadi hukumanku, karena telah membantu dia dalam niat jahatnya itu. Aku tidak akan membelanya, tapi kakak ipar, bisakah kau memberitahu aku bagaimana keadaannya? Apakah dia baik-baik saja?” Jodha dengan mata berkaca-kaca menjawab, “Bakshi bano, dia baik-baik saja.” Bakhsi bano sangat lega mendengarnya. Dia mengucapkan terima kasih pada Jodha karena sudah menemuinya, “Aku merasa baikkan setelah bicara denganmu. Aku merasa baikan.” sambil berkata begitu, Bakshi menangis tersedu-sedu. Jodha segera memeluknya dengan penuh kasih sayang.
Maham duduk termenung di kamarnya. Resham datang, bersimpuh di kaki Maham sambil menangis. Maham bertanya, “apa Adham Khan sudah di hukum?” Resham sambil menangis memberi tahu, “darahnya Adham Khan banyak sekali. Kenapa kau menghukum dia?” Maham tidak menjawab pertanyaan Resham, dia malah berkata, “Resham, jawab pertanyaanku. Apa Adham Khan sudah di hukum?” Resham sambil menangis mengangguk-angguk. Maham dengan mata berkaca-kaca menyentuh kepala Resham sambil berkata, “baiklah. ~Maham berdiri dari duduknya, Resham ikut berdiri~ Resham, ada pekerjaan lain untukmu.” Resham menyahut, “baik Yang mulia.” Maham dengan kejam berkata, “bunuh parjurit yang menghukum Adham Khan.” Resham terkejut, “apa?” maham melanjutkan, “dia tidak boleh hidup. Prajurit yang telah membuat banyak penderitaan untuk anakku tidak boleh hidup! Ini perintah! Semua ini karena Ratu Jodha. Dialah penyebab anakku menjadi seperti ini. Dia itu lebih pinta dari yang aku kira. Pertama, dia menipu Jalal. Dan sekarang dia telah menggunakan mantranya untuk memperdaya Ratu Ruqaiya. Dia sudah membuat aku menderita. Sudah cukup, Ratu Jodha! Sudah saatnya kau menderita. Aku akan balas dendam untuk Adham Khan. Dan aku akan pastikan jika kau tidak akan sanggup menanggungnya!” Sinopsis Jodha Akbar episode 129