Jangan Panggil Aku Jodha by Sally Diandra

Jangan Panggil Aku Jodha by Sally Diandra. Malam itu Jodha termenung didepan jendela kamarnya, pikirannya menerawang ke peristiwa beberapa malam yang lalu, malam setelah pemakaman Hussain anaknya, saat itu hujan cukup deras, dari kejauhan dilihatnya Jalal sedang berdiri mematung diteras samping bermandikan air hujan, Jodha gelisah melihat tingkah suaminya setelah kematian Hussain anak mereka. Perlahan lahan Jodha mencoba menghampiri Jalal yang masih diam mematung, “Yang Mulia, hari sudah malam … lebih baik masuklah, nanti kamu sakit … apalagi hujan juga cukup deras” bujuk Jodha yang saat itu juga mulai merasakan dingin disekujur tubuhnya karena siraman air hujan yang menderanya, mendengar kata kata Jodha, Jalal langsung menoleh ke belakang dilihatnya Jodha yang berdiri dibelakangnya, kemudian didekatinya istrinya yang sudah merubah sifat kerasnya selama ini, dengan tatapan tajamnya Jalal cukup lama memandang Jodha, dibelainya wajah istrinya dan diraihnya kedua tangan Jodha dalam genggamannya, “Kamu tahu Ratu Jodha, mulai malam ini aku dingin …. sedingin air hujan ini !” ucapan Jalal cukup membuat Jodha terhenyak sesaat, dalam tatapannya Jodha melihat sinar kebencian mulai menari disana, “Apa maksudmu, Yang Mulia ?” tanya Jodha, “Janganlah kamu hukum dirimu sendiri atas semua peristiwa yang terjadi, semua ini adalah takdir Yang Maha Kuasa” kata Jodha.

“Takdir kamu bilang ????” tanya Jalal dengan tatapan tajamnya, “Ini bukan takdir, Ratu Jodha … kalo kamu menurut padaku waktu itu, untuk menemani Hussain saja, semua ini tidak akan terjadi !” bentak Jalal sambil mengibaskan tangan Jodha dengan keras kemudian berlalu meninggalkan Jodha, sesaat Jodha merasa dunianya terasa sempit, ucapan Jalal sangat menghujam menusuk ke ulu hatinya yang paling dalam, sama seperti derasnya air hujan yang mulai terasa sakit menusuk ke kulitnya yang menyadarkannya kemudian, dilihatnya Jalal sudah pergi jauh darinya, dicobanya untuk mengikuti langkah suaminya menuju ke kamarnya tapi begitu Jalal sampai didepan pintu kamarnya, Jalal sempat berbalik sebentar kemudian “Braaakkkkk !!!!” suara pintu dibanting, Jodha termangu tanpa daya didepan pintu kamar Jalal, tanpa terasa air matanya mulai membasahi pipinya.

ss FF ja sally d“Jodha …. Jodha …. Jodha …” suara Moti membuyarkan lamunannya dan tak terasa ternyata pipinya pun basah, segera Jodha menyeka air matanya dengan kedua matanya, “Ada apa, Moti ???” tanya Jodha yang mulai menyadari kehadiran Moti dibelakangnya, “Sampai kapan kamu menghukum dirimu sendiri, Jodha” ujar Moti sambil membalikkan tubuh Jodha kearahnya, “Aku sedih melihatmu seperti ini, sudah beberapa hari ini kamu tidak mau makan … makanlah, Jodha … lihat malam ini aku masakkan makanan kesukaanmu sup asparagus, makan yaaa …”pinta Moti dengan mengiba sambil menunjukkan semangkok sup asparagus diatas meja, “Moti… aku tidak lapar … akuuu….” belum selesai Jodha berkata kata, Moti sudah menutup mulutnya, “Ssstttt … aku tidak mau dengar itu, lagian aku sudah capek capek memasaknya khusus buat kamu, mana penghargaanmu untuk temanmu ini ???” tanya Moti sambil menggandeng tangan Jodha menuju ke meja, Jodhapun akhirnya menuruti perintah Moti, Jodha sadar sejak malam menyakitkan itu, nafsu makannya memang jadi berkurang, perlahan lahan Jodha menyuap sup asparagus buatan Moti yang masih panas, “Bagaimana ??? enak ????” tanya Moti setelah Jodha melahap beberapa sendok sup buatan Moti, “Hmmm … selalu tak mampu diungkapkan dengan kata kata, Moti … kamu memang paling bisa” ujar Jodha sambil terus menyuapkan sup asparagus tersebut.

“Jodha … aku dengar dari pelayan didapur, katanya Yang Mulia … beberapa hari ini juga tidak mau makan, semua makanan yang disajikan hanya dimakan sedikit bahkan kadang tidak disentuh sama sekali” kata Moti tepat pada saat itu Jodha sudah memasukan suapan terakhirnya, sup asparagus buatan Moti membuat nafsu makanya kembali hingga habis tak tersisa, “Ini minumnya, Jodha” kata Moti lagi sambil memberikan segelas air putih kearah Jodha, “Terima kasih, Moti” ujar Jodha kemudian Jodha meminumnya sampai habis, “Kamu memang teman terbaikku, apa jadinya aku tanpa dirimu, Moti” ujar Jodha sambil menatap Moti haru, “Tapi bagaimana dengan Yang Mulia ??? apakah dia juga punya teman sebaik dirimu disana ???” tanya Jodha sambil berdiri dan berjalan kearah jendela kamarnya kembali, “Aku sudah sering mendengar berita itu, Moti … bahwa Yang Mulia jarang bahkan tidak pernah menyentuh makanannya, tapi aku bisa apa, Moti ???” tanya Jodha dengan nada sedih, ingatannya kembali menerawang ketika Jalal tidak mempedulikan dirinya.

“Yang Mulia … aku ingin bicara denganmu” pinta Jodha siang itu setelah empat hari kematian Hussain, Jalal yang sedang duduk santai dikamarnya tiba tiba bangkit dan langsung keluar kamarnya tanpa menjawab pertanyaan Jodha yang biasanya dia balas dengan pertanyaan juga.

“Sabar, Jodha … sabar … mungkin saat ini, Yang Mulia masih berduka atas kematian si kembar” ucapan Moti kembali menyadarkan lamunan Jodha, “Tapi Yang Mulia jelas jelas marah padaku, Moti … dia sangat membenciku, jangankan bicara, bertemupun dia tidak mau” kata Jodha sedih, tiba tiba dari arah bawah terdengar suara tawa para pelayan yang tertawa cekikikan seperti baru saja mendapatkan berita yang cukup menggembirakan, Moti yang mendengarnya segera beringsut kearah jendela, “Heiiii …. ada apa ??? kenapa kalian tertawa tawa seperti itu ???” teriak Moti kearah pelayan yang berada dibawah kamar Jodha, sementara Jodha hanya diam memperhatikan mereka, “Moti … turunlah ada pesta di Hareem !” jawab salah satu pelayan, “Pesta ??? pesta apaaa ???” tanya Moti penasaran, “Yang Mulia mengadakan pesta, semua pelayan dan ratu diundang kesana ke Hareem malam ini … Ratu Jodha pasti diundang juga kan ???” kata pelayan yang lain, “Oh iyaaa iyaa, aku lupa …iya Ratu Jodha diundang” jawab Moti sambil memperhatikan Jodha yang juga sedang memandangnya dengan tatapan bingung.

Jodha yang masih termangu didepan jendela kamarnya semakin bingung dengan kabar yang baru diterimanya kalau Jalal sedang mengadakan sebuah pesta di Hareem, padahal kematian Hussain baru saja genap 40 hari beberapa hari yang lalu, “Jodha, aku sarankan lebih baik kamu jangan pergi kesana” pinta Moti sambil memegangi tangan Jodha, “Aku akan kesana, Moti ,,,, “ kata Jodha sambil bergegas hendak mengganti bajunya, “Jangan Jodha ,,, aku mohon, saat ini hubungan kalian sedang labil, jangan sampai kamu merusak acaranya, Jodha” pinta Moti dengan sungguh sungguh sambil terus membuntuti Jodha yang berjalan kian kemari sambil menyiapkan saree hijau kesukaan Jalal yang akan dikenakannya ke pesta.

“Moti daripada kamu mengikuti aku terus, lebih baik bantulah aku berdandan … dan lagi, kamu sendiri dengar kan tadi bahwa semua ratu dan pelayan diundang disana, jadi aku juga berhak datang kesana, Moti ,,, ayoolah jangan berdiri terus seperti itu, bantu aku” ujar Jodha, Moti tak kuasa menahan keinginan Jodha, Jodha selalu keras kepala. Setelah semuanya siap, Jodha bergegas menuju ke Hareem bersama dengan Moti, persis ketika Jodha keluar dari kamarnya, dirinya dikejutkan oleh kehadiran Salima yang sudah berada didepan pintu kamarnya, “Ratu Salima, ada apa ???” Tanya Jodha penasaran, “Ratu Jodha, aku tau kamu pasti akan ke pesta Yang Mulia kan ?” tanya Salima dengan nada khawatir ,”Iyaa Ratu Salima, kamu juga kaan ???” tanya Jodha penuh harap, “Ratu Jodha, lebih baik kamu tidak usah datang ke pesta itu, lebih baik kembalilah kekamarmu dan tidurlah yang nyenyak” pinta Salima sambil membalikkan tubuh Jodha dan menggandengnya kembali ke kamarnya, “Ratu Salima, ada apa ini ??? saat ini aku belum mengantuk, kenapa kamu melarangku ke pesta Yang Mulia ? ada apa Ratu Salima ?” tanya Jodha semakin penasaran dan membalikkan tubuhnya kembali kearah Salima, “Ratu Jodha, lebih baik kamu tidak usah datang kesana, percayalah padaku, saat ini aku tidak ingin membicarakan hal ini tapi percayalah padaku” bujuk Salima, “Tidak Ratu Salima, semakin kamu melarangku semakin aku ingin kesana, aku ingin mengetahui yang sebenarnya, sepahit apapun nantinya , aku akan menerimanya, Ratu Salima … aku mohon jangan halangi langkahku” pinta Jodha tegas sambil berlalu dari hadapan Salima diikuti oleh Moti, “Ratu Jodha …. “ panggil Salima tapi sayangnya Jodha telah melangkah jauh dari jangkauan Salima. Sesampainya di Hareem, bau wangi bunga mawar dan melati tercium dimana mana, suara alunan musikpun terdengar dengan merdunya diiringi suara tertawa para wanita yang terdengar lamat lamat dari kejauhan, Jodha dan Moti terus memasuki Hareem mencari sumber suara suara tersebut, “Pengawal, dimana Yang Mulia mengadakan pestanya ?” tanya Jodha pada salah satu pengawal yang berjaga disana, “Ratu Jodhaaaa !!!!” belum sempat si pengawal menjawab pertanyaan Jodha, Jodha mendengar namanya dipanggil, segera dia menoleh kearah sumber tersebut, dilihatnya Reesham berjalan kearahnya dengan senyum bahagia yang terukir diwajahnya, “Salam Ratu Jodha” sapa Reesham begitu ada didepan Jodha, “Salam Reesham, apakah kamu tau dimana Yang Mulia mengadakan pestanya ?” tanya Jodha, “Hmmm … aku tau sekali Ratu Jodha, mari ikut aku, akan aku antarkan kamu kesana” ujar Reesham masih dengan senyumannya yang mengundang sebuah misteri , “Terima kasih Reesham” kata Jodha sambil mengikuti langkah Reesham, Moti yang berada dibelakang Jodha sedari tadi langsung mempunyai perasaan kurang enak begitu melihat senyuman Reesham yang aneh yang seolah olah mau mengejek Jodha. “Jodha, lebih baik kita keluar saja dari sini …” bisik Moti sambil terus mengikuti langkah Jodha, tapi Jodha hanya melirik dari balik dupattanya, “Jodha, aku punya perasaan tidak enak kan hal ini, lebih baik kita keluar dari sini ….” pinta Moti lagi dengan penuh harap, tiba tiba Jodha menghentikan langkahnya, “Moti, kalau kamu tidak mau menemani aku ke pesta, pulanglah … kembalilah ke kamarmu” ujar Jodha kemudian kembali melanjutkan langkahnya yang sudah tertinggal jauh dari Reesham, Moti yang tidak bisa berbuat apa apa, langsung berlari menyusul Jodha dibelakang.

Setiap memasuki Hareem, Moti selalu merasa kurang nyaman, dinding dindingnya yang berhiaskan batu pualam dan lukisan yang indah indah kadang bisa membisikkan sesuatu yang tidak ingin didengarnya, Moti mempercepat langkahnya membuntuti Jodha yang masih dengan anggunnya melenggang dengan saree hijau kesukaan Jalal, Moti sangat tahu kalau Jodha sangat mencintai Jalal, oleh karena itulah apapun yang dilakukan Jalal, Jodha pasti ingin mengetahuinya meskipun hal itu kadang menyakitkan, seperti ketika Jalal yang tiba tiba saja tidak peduli dengan Jodha, setiap kali bertemu atau dengan sengaja Jodha menemui Jalal ada kesenjangan diantara mereka, berulang kali Jodha telah meminta maaf tapi Jalal tak bergeming sedikitpun, hatinya sudah beku sejak kematian Hussain anak mereka. Tapi, malam ini … kenapa Jalal mengadakan sebuah pesta, bukankah dia sedang berduka atas kematian kedua anak kembarnya ??? Moti terus berfikir keras sambil sesekali melirik kearah Jodha, “Ratu Jodha, kita sudah sampai …. mari masuk …” ajak Reesham ….. Jangan panggil aku Jodha bag 2