Sinopsis Jodha Akbar episode 377 by Sally Diandra. Jodha dan Jalal masih asyik ngobrol berdua mengenai Salim, khususnya permintaan Jodha untuk bertemu dengan Salim anaknya, “Aku bisa mengerti kamu, Ratu Jodha … tapi aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu untuk bertemu dengan Salim” ujar Jalal sambil membelai pipi Jodha lembut, “Karena dengan kamu menemuinya, Salim akan menjadi lemah” ujar Jalal lagi, Jodha sangat terluka mendengar ucapan Jalal, “Hmmm … baiklah aku akan pergi ke kuil untuk berdoa buat Salim dan kesehatan Qadir dan aku juga akan membagi bagikan pakaian untuk para fakir miskin” kata Jodha, “Yaaa … pergilah” ujar Jalal dan Jodhapun berlalu dari sana, sementara Jalal hanya memandangi kepergian Jodha.
Sementara itu Salim sedang sibuk memotong kayu kayu yang kering, Rahim mendatanginya dengan menyamar sebagai rakyat biasa, ternyata Jalal juga melakukan hal sama, dia juga menemui Salim dengan menyamar sebagai rakyat biasa dan memperhatikan Salim dengan bersembunyi di balik pepohonnan di belakang Rahim. “Saya akan terus mengawasinya, Yang Mulia …” kata Rahim “Mengapa anda datang kemari ?” tanya Rahim, “Sekhu Baba adalah anakku, ini adalah tugasku untuk melindunginya, sampai aku tidak melihatnya baik baik saja, aku tidak akan tinggal diam, Rahim” jawab Jalal.
Saat itu Salim sedang memotong kayu dan tangannya terluka, Jalal yang sedari tadi memperhatikannya juga merasa terluka, “Yang Mulia, anda tidak akan tahan kalo melihat seperti ini terus, pulanglah … saya akan berada disini menemaninya” ujar Rahim, “Yaa … aku pikir kamu memang benar Kane Khana … aku memang seharusnya pergi, tolong jaga anakku” kata Jalal sambil menepuk pundak Rahim dan melirik terus kearah Salim.
Salim masih asyik mengumpulkan kayu kayu kering dan bersiap siap hendak meninggalkan hutan dengan sekumpulan kayu kering yang dipanggulnya di pundaknya. “Hhhh … rasanya kayu kayu kering ini masih kurang tapi aku harus segera sampai rumah” ujar Salim sambil berlalu dari sana, dalam perjalanan kerumah dilihatnya banyak orang orang yang sedang membicarakan tentang makanan dan pakaian yang dibagi bagikan di Kuil, dalam hati Salim berkata : “Nenek Fatima pasti akan terlambat untuk makan, jika aku bisa mendapatkan makanan dari Kuil, nenek Fatima tentu tidak usah bekerja keras dan dia juga tidak akan kelaparan” bathin Salim sambil berlalu dari sana, sementara Rahim masih terus memperhatikan Salim dari kejauhan.
Di Mandir (kuil) Jodha sedang membagi bagikan makanan untuk para fakir miskin ditemani oleh pelayan setianya Moti, Shamshad dan Zakira. Para fakir miskin mengantri satu per satu untuk bisa bertemu dengan Jodha dan mendapatkan pemberiannya, “Saat ini kedua anak anak saya sedang dalam masalah, aku mohon …. tolong doakan mereka” ujar Jodha pada para fakir miksin yang mengerumuninya, kemudian Jodha kembali membagi bagikan pakaian dan makanan untuk mereka tepat pada saat itu Salim datang ketempat tersebut dengan pakaian yang lusuh, kotor dan penuh dengan lumpur, ditaruhnya kayu bakar yang dibawanya sedari tadi.
Salim langsung menerobos ke dalam kerumunan orang orang yang sedang mengantri menunggu pemberian dari Jodha, karena terhalang banyak orang, Salim hanya bisa mengulurkan kedua tangannya diantara tubuh orang orang dewasa tepat pada saat itu Jodha melihat tangan Salim yang penuh dengan luka, “ Yaaaa ampuun … banyak sekali luka pada tangan anak ini” ujar Jodha, “Zakira tolong ambilkan salep” pinta Jodha ke Zakira, Zakirapun segera memberikan salep buatan Jodha yang biasanya digunakan Jodha untuk mengobati luka pada tubuh Jalal. Kemudian diraihnya tangan anak itu dan meminta orang orang tersebut untuk bergeser
“Maaf, pak …. bisa bergeser terlebih dahulu, aku akan mengobati luka anak ini” pinta Jodha, ketika orang orang tersebut bergeser, betapa terkejutnya Jodha ketika dilihatnya anak tersebut tidak lain adalah Salim anaknya, Salimpun terkejut melihat Jodha lalu dia segera menundukkan kepalanya. Jodha sangat terharu sekali melihat Salim, ingin rasanya dia segera memeluk Salim erat apalagi melihat kondisi badan Salim yang sangat kotor dan compang camping.
Sementara itu Salim teringat kembali akan kata kata Jodha ke Jalal beberapa hari yang lalu sebelum dia dijatuhi hukuman, agar Jalal memberinya hukuman, Salim juga teringat bagaimana Rukayah mendukungnya pada masa masa yang buruk tersebut. Ketika Jodha hendak mendekati Salim, Salim segera mundur kebelakang, dia tidak mau diberi obat oleh Jodha. Lalu dia mengucapkan salam “Salam Yang Mulia Ratu …. Tolong berikan makanan pada orang miskin ini, saya lapar” kata Salim, Jodha hanya bisa diam membisu, ditahannya rasa sesak didadanya, sementara itu ketiga pelayan setia Jodha merasa iba melihat kondisi Salim, kemudian Jodha segera berlutut di depan Salim dan mengolesi luka luka Salim dengan salepnya,
Salim merasa kesakitan ketika diberi salep, Jodhapun merasakan hal yang sama melihat anaknya kesakitan, kemudian setelah selesai mengobati luka luka Salim, Jodha memberikan pakaian dan makanan pada Salim dengan berlutut di depan Salim kembali. Salim hanya diam saja bagaikan orang asing di depan ibunya sendiri lalu dia menerima pemberian Jodha dan segera berlari dari sana. Jodha terus memperhatikan kemana Salim pergi, sampai akhirnya Salim tiba dimana kayu bakarnya ditinggal tadi, lalu ketika akan memakannya,
Salim teringat akan nenek Fatima. Dalam hati Salim berkata : “Lebih baik aku berikan makanan ini untuk nenek Fatima” bathinnya lalu Salim segera mengambil kayu bakar dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya masih memegang makanan dan pakaian pemberian Jodha tadi lalu berlalu dari sana. Dari kejauhan Jodha terus memperhatikan Salim, hatinya sangat terluka melihat keadaan Salim, ketika Jodha hendak mengejar Salim, Maan Sigh menghentikan langkahnya
“Bibi … mau kemana ? apa yang terjadi ?” tanya Maan Sigh, “Aku akan menemui Salim, Maan Sigh” kata Jodha, “Bibi, itu tidak baik … kamu tidak boleh menemui Salim” ujar Maan Sigh, “Kenapa ???” tanya Jodha, “Aku hanya ingin bertemu dengannya sekali saja, aku hanya ingin tahu kenapa tadi Salim menolak aku ketika aku ingin memeluknya” kata Jodha sambil segera berlalu menyusul Salim.
Salim akhirnya sampai juga di gubuk nenek Fatima, saat itu nenek Fatima sedang duduk di bale bale didalam gubuknya, “Kamu dari mana saja Pangeran ??? aku sangat khawatir sama kamu” kata nenek Fatima, “Aku tadi mengumpulkan kayu bakar dihutan, nek … dan aku terlambat pulang” ujar Salim tepat pada saat itu Jodha sudah sampai digubuk nenek Fatima bersama dengan ketiga pelayan setianya dan mengintip Salim dari balik jendela,
“Nenek, aku tadi dapat makanan juga buat kamu” kata Salim, “Oh iyaaa … dari mana kamu dapat makanan itu, Pangeran ?” tanya nenek Fatima, “Dari Ammmiii … tadi Mariam Uz Zamani membagi bagikan makanan dan pakaian jadi aku juga mendapatkannya, makanlah ,,, nek” kata Salim, “Pangeran, kamu telah memanggilku nenek jadi aku akan yang menjadi pertama kali untuk menyuruh cucuku ini untuk makan, ayooo … makanlah” pinta nenek Fatima sambil menyuapi Salim.
Dari luar jendela Jodha sangat terharu sekali melihat keakraban Salim dan nenek Fatima, ingin rasanya Jodha berbaur dengan mereka, tak terasa air matanyapun menetes di kedua pipinya yang berwarna merah muda. Kerinduan yang tidak tertahankan untuk bertemu dengan Salim mendorong Jodha untuk segera menemui Salim, ketika Jodha hendak memasuki gubuk nenek Fatima, kembali Maan Sigh menghentikan langkah Jodha,
“Bibi … lebih baik jangan menemui Salim, Bi” tahan Maan Sigh “Hal ini bisa menyebabkan Yang Mulia marah, bibi …. karena kamu tidak menuruti perintahnya” ujar Maan Sigh, Jodha benar benar tidak berkutik dibuatnya lalu dia kembali menuju jendela untuk melihat Salim kembali, rasanya berat sekali untuk beranjak dari sana, sampai pada akhirnya Jodha memutuskan untuk meninggalkan gubuk nenek Fatima tepat pada saat itu Rahim datang bersama para prajurit andalannya, sambil memanggil nama Jodha
“Ibu mudaaa … mau apa kamu disini ??” tanya Rahim tapi sayangnya Jodha tidak menyadari keberadaan Rahim, secepat kilat Jodha langsung meninggalkan gbuk nenek Fatima diikuti oleh ketiga pelayan setianya dan Maan Sigh.
Malam itu Jalal sedang termenung di depan jendela kamarnya, tiba tiba saja Jodha masuk ke dalam kamarnya sambil menangis, “Shahenshah …. “ Jodha memanggil Jalal dengan ucapan mesranya dan langsung menjatuhkan dirinya dalam pelukan Jalal sambil menangis, Jalal nampak kebingungan dengan tingkah Jodha yang seperti itu, “Ada apa ini, Ratu Jodha ? kenapa kamu menangis ???” tanya Jalal,
“Maafkan aku Yang Mulia … aku tidak bisa mengendalikan diriku untuk tidak bertemu dengan Salim tapi aku tidak bertemu dengannya secara langsung, aku cuma melihatnya dari kejauhan” kata Jodha sambil menangis, “Jadi … kamu meminta maaf setelah kamu melanggar perintah Raja ???” tanya Jalal, “Ratu Jodha, aku juga telah melanggar perintah Raja dan aku juga telah menemui anakku” kata Jalal, mendengar kejujuran Jalal, Jodha jadi semakin terharu … mereka berdua saling memandang satu sama lain dengan mata yang berkaca kaca, ada keharuan yang bersembunyi disana,
“Yang Mulia, aku sangat terluka ketika Salim mendapatkan masalah tapi disisi lain aku melihat dia bekerja dengan penuh semangat untuk memenuhi tanggung jawabnya …. Aku sangat bahagia melihat itu semua” ujar Jodha, sementara Jalal mendengarkan dengan seksama. “Keputusanmu sangat tepat, Yang Mulia … sebagai seorang ayah bukan sebagai seorang Raja, aku pikir kamu terlalu kaku dengan Salim tapi aku akui kamu benar, Yang Mulia” ujar Jodha lagi, “Sekarang anak kita sedang mengikuti jalur yang benar, Yang Mulia” ujar Jodha penuh haru,
sementara itu Jalal tersenyum bahagia, “Aku bangga mendengar ini semua, Ratu Jodha” kata Jalal, “Sekarang Salim kita akan menjadi seorang Raja yang hebat, Yang Mulia … dan ini semua karena kamu” ujar Jodha, “Aku akui kalo aku sedikit tidak terima ketika kamu menghukum Salim tapi kamu tegas dalam menghukumnya … maafkan aku, Yang Mulia … maafkan aku yang terlalu mencintai Salim dari pada kamu” ujar Jodha dengan mata yang masih berkaca kaca,
“Sekarang aku bisa menerima kenapa Salim lebih mencintai kamu dari pada aku, aku selalu berdoa agar Salim bisa segera kembali dalam pelukan kita dan ketika dia kembali … aku ingin akulah yang pertama yang memeluknya dan aku akan memberikan semua cintaku padanya, Ratu Jodha” kata Jalal,
Jodha sangat senang mendengarnya, ditatapnya suaminya itu dengan penuh cinta tepat pada saat itu Jalal membuka tangannya untuk memeluk Jodha, Jodhapun langsung jatuh dalam pelukan Jalal dan mereka saling berpelukan mesra satu sama lain.
Malam itu Salim tidak bisa tidur, dia sedang terbaring dilantai beralaskan tikar, sedangkan nenek Fatima tidur diatas kasur, sementara itu didalam istana Jodha juga nampak terbaring di lantai didalam kamarnya juga sambil memegang baju Salim, mereka berdua sama sama belum tidur.
Sedangkan Jalal datang ke desa dimana Salim berada, dia memperhatikan gubuk nenek Fatima dan melihat beberapa pengawalnya yang menjaga gubuk nenek Fatimah.
Jodha sedang didalam kamarnya sambil memperhatikan baju Salim, Jodha teringat biasanya kalo malam malam seperti ini, Jodha sering menceritakan sebuah cerita untuk Salim ketika dia akan tidur “Aku tidak tahu bagaimana Salim tidur malam ini tanpa mendengarkan cerita dariku, sementara itu Salim masih gelisah tidak bisa tidur, dicobanya dipejamkan matanya tapi tak kunjung terpejam, dalam hati SAlim berkata : “Seandainya saja ibu ada disini pasti dia akan menceritakan sebuah dongeng untukku” bathin Salim sambil terus mencoba memejamkan matanya.
Dikamar Jodha, Jodha mencoba berbicara pada Kahna “Kahnaaa … malam ini aku akan menceritakan sebuah dongeng untukmu, tolong … kirimkan dongengku ini untuk anakku Salim” kata Jodha, tepat pada saat itu di gubuk nenek Fatima tiba tiba saja Salim terbangun dan berteriak memanggil Jodha “Ibuuuuuuu …. !!!!” teriak Salim dan tidak berapa lama kemudian Salim merasa mengantuk dan akhirnya diapun tertidur persis pada saat yang bersamaan Jodha sedang mendongengkan sebuah cerita pada Dewa Kahna.
Diluar gubuk nenek Fatima, Jalal masih berjaga jaga diluar, Rahim menyuruhnya untuk istirahat “Yang Mulia, hari sudah larut malam … lebih baik Yang Mulia istirahat saja” ujar Rahim, “Tidak ! tidak Rahim … aku tidak akan pergi dari sini, keamanan Sekhu Baba sangatlah penting jadi aku akan selalu mengecek penjagaan setiap hari” kata Jalal.
Narator : Waktu pun terus berlalu …. Jalal, Jodha dan Salim sama sama merasakan penderitaan akan tetapi Qadir tidak kunjung sembuh juga…Sinopsis Jodha Akbar episode 378