Sinopsis Jodha Akbar episode 368 by Sally Diandra. Di Meena Bazar ….. Sakina bilang ke Anarkali : “Kita sudah mengunjungi semua kios di Meena Bazar ini tapi kenapa kita nggak mampir ke kios Pangeran Salim juga ?” kata Sakina, “Tidak ! kita tidak akan pergi kesana !” ujar Anarkali, tak lama kemudian Salim datang menemui mereka, “Heii … kamu anak yang punya gelang kaki itu kan ???” tanya Salim, “Bukan, itu bukan aku !” jawab Nadira (Anarkali), “Iya itu kamu ! aku tahu itu kamu !” ujar Salim lagi,
“Terus … kenapa kamu nanya nanya lagi ???” tanya Nadira, “Aku buka kios disini juga dan semua orang mengunjungi kiosku” kata Salim, “Hhhh … orang orang yang datang ke kiosmu itu cuma mau bikin kamu seneng !” ujar Nadira “Lagian aku nggak tertarik sama kiosmu” ujar Nadira lagi. “Heh kamu anak perempuan ! jangan mengata ngatai kiosku ! beraninya kamu !” kata Salim, “Heh ! jangan panggil aku anak perempuan, namaku Nadira” ujar Nadira, “Hmm … nama yang jelek !” kata Salim,
“Kamu tahu … ayahmulah yang memberi nama itu ke aku dan jangan katakan kalo itu kiosmu, itu adalah kios ibumu !” ujar Nadira sambil berlalu menuju kios Mehtab, dan berupaya untuk memanah buah buahan yang digantung di kios Mehtab, Salim mengikutinya di belakang. “Aku yakin kamu tidak bisa melakukannya, sini aku bantu” ujar Salim sambil menawarkan bantuan Nadira untuk memanah, “Aku sudah terbiasa memanah sejak umurku 5 tahun” ujar Salim lagi,
“Aku nggak butuh bantuan siapapun” kata Nadira tapi Salim langsung mengambil busur dari tangannya dan mulai membidik buah yang akan dipanah lalu melesatkan anak panahnya hingga mencapai target, Salimpun tersenyum ke arah Nadira. Lalu Mehtab memberikan hadiah sebuah pena ke Salim, “Tidak usah, berikan saja pada Nadira” ujar Salim, “Oooh … jadi ini anak perempuan yang diberi nama sama Yang Mulia ?” tanya Bhaksi, “Apakah itu nama yang jelek ?” tanya Nadira,
“Tentu saja tidak, bagaimana bisa saudaraku memberikan nama yang jelek buat kamu, siapa yang bilang seperti itu ?” tanya Bhaksi, Nadira langsung menunjuk ke arah Salim, dituding seperti itu Salim langsung salah tingkah, sementara bibinya Bhaksi Banu hanya tersenyum melihat mereka, “Aku harus kembali ke kiosku lagi, kalo kamu butuh sesuatu, datanglah ke kiosku” kata Salim, “Aku tidak butuh apa apa” ujar Nadira sambil memberikan pena hadiah tadi ke Salim dan berkata : “Nih, kamu bisa menyimpannya atau berikan pada ibumu !” ujar Nadira sambil berlalu dari sana.
Di kios Salim, Salim kembali lagi ke kiosnya, “Kamu dari mana saja, Salim ?” tanya Jodha, “Ibu, apa yang seorang perempuan pikirkan tentang dirinya sendiri ?” tanya Salim, “Kamu bertengkar lagi sama siapa barusan ?” Jodha malah balik bertanya, “Namanya Nadira, aku tadi sudah menolongnya memanah tepat pada targetnya di kios Mehtab, dan aku memenangkan pena ini buat dia, tapi dia malah mengembalikan pena ini ke aku dan bilang kalo aku boleh menyimpannya atau kalo aku tidak suka, aku bisa memberikannya pada ibuku” jelas Salim
Tak berapa lama kemudian, Zil Bahar mengunjungi kios Jodha, “Waaah … anakmu sudah besar rupanya” kata Jodha, “Iyaa … Ratu Jodha, apa yang Pangeran Salim jual, Ratu Jodha ?” ujar Zil Bahar, “Ini perabot rumah tangga” jawab Jodha, sementara itu Salim dan Nadira saling memandang dengan perasaan tidak suka, “Kenapa kamu ada disini sekarang ?” tanya Salim, “Apakah kamu sudah tidak sombong lagi ?” tanya Salim lagi, belum sempat menjawab pertanyaan Salim, ibunya bertanya padanya : “Nadira, kamu boleh membeli pot itu, kenapa kamu tidak membelinya sekarang ?” tanya Zil Bahar.
Nadirapun membelinya dengan enggan, salah seorang pengunjung yang ada disana berkata : “Pangeran Salim akan memberikan ciuman pada siapa saja yang membeli perabot rumah tangganya lhooo … kamu juga akan mendapatkannya” , lalu Zil Bahar menyuruh Nadira untuk mengulurkan tangannya agar bisa dicium oleh Salim, Nadira memperhatikan tangannya sendiri dengan was was lalu mengulurkannya ke arah Salim, Salim menyambut tangan Nadira lalu digigitnya tangan Nadira, semua yang ada disana terkejut tapi lalu tersenyum senang, Nadira kesal sama Salim, dia langsung mengajak ibunya untuk segera berlalu dari sana.
Sepeninggal Nadira, Salim teringat akan penanya hadiahnya … “Oh iya aku lupa memberikan pena ini ke ibu” ujar Salim, saat itu Rukayah yang berdiri disampingnya sudah siap untuk menerima pena tersebut tapi kemudian Salim berbalik ke arah Jodha. “Kamu tadi katanya nggak mau bicara sama ibu, sana berikan saja pena itu Bariammimu (Ratu Rukayah)” goda Jodha, “Apapun yang terjadi, kamu adalah ibuku, ibu … kamu tetap ibuku” kata Salim, “Yaaa … seperti inilah ibu dan anak” ujar Rukayah, lalu Salim memberikan pena itu ke Jodha dan merekapun saling berpelukan satu sama lain, Rukayah yang melihatnya merasa cemburu dan iri.
Dikamar Rukayah, Rukayah menyuruh Reesham untuk mengambilkan kotak suruhnya, lalu dia mengeluarkan ganja dari salah satu wadah, Rukayah sangat suka dengan ganja, dia sudah menjadi pecandu ganja. “Aku tidak bisa hidup tanpanya” katanya sambil menaruh sedikit ganja itu diracikan kinang dan daun suruhnya kemudian memakannya dengan lahap, “Aku akan membuat kamu kecanduan ganja ini, Salim …. aku akan membuat kamu jadi milikku dan aku akan menjauhkanmu dari Jodha !” kata Rukayah.
Di kamar Jodha, Jodha dan Salim sedang asyik tidur tiduran di ranjang, lalu Jodha bertanya : “Kenapa kamu tidur dikamar ibu malam ini, Salim ?” , “Aku capek ibu, ibu harus menceritakan sebuah cerita untukku” kata Salim, “Baiklah, aku akan menceritakan sebuah cerita buat kamu” ujar Jodha tak berapa lama kemudian Jalal masuk menemui mereka, “Kamu belum tidur juga, Sekhu Baba ?” tanya Jalal, “Dia mau tidur denganku, Yang Mulia … dia ingin mendengarkan sebuah cerita” kata Jodha, “Kamu sudah besar sekarang dan besok kamu harus datang di Dewan – e – khas (pengadilan kerajaan Mughal)” ujar Jalal, “Untuk apa dia datang kesana, Yang Mulia ?” tanya Jodha,
“Kamu akan mengetahuinya besok, Ratu Jodha … sekarang sudah larut malam, kamu Pangeran harus segera tidur, salam” ujar Jalal sambil berpamitan dari sana. “Ibu apakah ayah marah padaku ?” tanya Salim, “Apakah dia akan menghukumku ?” tanya Salim lagi, “Tidak …. Dia tidak akan menghukum kamu, dan lagi ibu ada disana bersama kamu” kata Jodha sambil memeluk Salim erat berusaha menenangkannya tapi dalam hatinya bertanya tanya kenapa Jalal mengundang Salim ke Pengadilan Kerajaan Mughal besok ?
Di bale bale tengah taman istana, Murad dan Haidar sedang bermain pedang pedangan, “Kamu dengar … kalo Yang Mulia telah memanggil Salim ke Pengadilan Kerajaan nanti ?” kata Haidar, “Iyaaa … aku tahu, Yang Mulia telah memanggil kita semua” ujar Murad, “Aku kira … mungkin Yang Mulia memanggil kita untuk menghukum kita, apakah kamu takut ?” tanya Haidar, “Tidak, aku tidak takut sama sekali” ujar Murad dan mereka berduapun meninggalkan tempat itu.
Di pengadilan Kerajaan , semua pangeran memasuki tempat itu satu persatu, dan yang terakhir adalah Jodha dan Salim yang bersembunyi dibalik kain kerudung Jodha, Salim berbicara dalam hati “Semua orang ada disini, pasti aku akan dihukum, Salim sangat ketakutan, lalu Jalal menyuruh Jodha untuk duduk ditempat para Ratu, ketika Jodha hendak melangkah kain kerudungnya ditarik oleh Salim, Salim masih ketakutan, “Sekhu Baba kemarilah …” kata Jalal, tapi Salim masih diam berdiri ditempatnya, “Salim, ayoo sana … ayah sudah menunggu” ujar Jodha sambil berlalu menuju tempat para Ratu, Salim akhirnya mendekati ayahnya,
“Duduklah disana” kata Jalal, kemudian Salim duduk disamping Jalal, “Aku disini … akan memberikan sebuah pengumumman penting !” ujar Jalal lantang, “Salim adalah pewaris tahta Kerajaan Mughal” ujar Jalal lagi, tiba tiba Salim memotong perkataan Jalal “Ayah, tolong … jangan hokum aku, aku janji … aku tidak akan memetik mangga lagi, ayah” kata Salim, “Kamu adalah pewaris, Salim” ujar Jalal “Pe – wa – ris … itu artinya kamu akan menjadi raja selanjutnya, setelah aku … kamulah akan mengontrol semuanya” ujar Jalal lagi, tak berapa lama kemudian para pelayan datang membawa sebuah nampan, kemudian Jalal membukanya … disana ada sebuah mahkota dan pedang,
lalu Jalal mengambil mahkota tersebut “Ini adalah mahkota peewaris Kerajaan Mughal, disinilah terdapat banyak sekali tanggung jawab” ujar Jalal, lalu memakaikan mahkota tersebut ke kepala Salim “Sekarang semua tanggung jawab kerajaan adalah milikmu, tahta kerajaan ini membuat kamu jadi penguasa, aku harap Tuhan menjadikan kamu sebagai Raja yang baik dan bijaksana” ujar Jalal, di tempat para Ratu, Rukayah memberi selamat pada Jodha, Jodhapun demikian mereka lalu saling berpelukan,
begitu pula ibu ratu Hamida dan Salima juga saling memberikan selamat dan berpelukan. “Semua yang berhubungan dengan Kerajaan Mughal adalah milikmu sekarang, dalam ketidak hadiranku, kamulah yang bertanggung jawab untuk mengurus semua orang” ujar Jalal lagi, “Ayah aku sudah mengurus nenek selama ini” kata Salim, “Mulai dari sekarang kamu harus mengurus semua orang, Sekhu Baba” ujar Jalal, kemudian ibu ratu Hamida keluar dari tempat para ratu dan memberikan selamat pada Salim dan mencium keningnya, diikuti pula oleh Rukayah dan Jodha, Jodha nampak bahagia sekali, dia terharu hingga menitikkan air mata sambil memandang putranya.