Pandangan Pertama by Andhana Bintang. Malam yang dingin masih menyelimuti Amer. Jalal menatap kobaran api unggun dihadapannya. Badai telah berlalu. Tapi tanah basah masih menyisakan aroma hujan. Jalal menatap gelang kaki di tanganya. Gelang itu adalah gelang kaki putri Jodha yang terjatuh saat berlari menghindari hujan di tengah badai tadi. Pikirannya melayang jauh membayangkan wajah cantik Jodha. Sungguh kecantikan yang tiada duanya. Jalal telah melihat begitu banyak wanita cantik, bahkan 5000 diantara mereka kini menjadi penghuni haremnya. Tapi tidak ada satupun dari begitu banyak wanita cantik itu yang dapat mengetarkan hati Jalal. Hanya Jodha saja, dan cuma Jodha yang menghadirkan getar-getar indah di dadanya. Getaran indah tapi aneh, yang seumur hidup belum pernah dirasakan Jalal. Dan sensasi kemenangan di medan perang tidak dapat mengalahkan sensasi kebahagiaan yang tercipta dari efek getaran itu.
Ada rasa yang menyelimuti hatinya saat dia memandang Jodha. Rasa itu tersembunyi di balik rasa kagum, terpesona, takjub dan Jalal tidak punya kosa kata yang tepat untuk mengambarkannya. Pertama kali melakukan penyamaran ini, Jalal ingin menguasai keindahan Amer, tapi kini tujuannya berubah. Bukan hanya ingin menguasai Amer, tapi juga mendapatkan tuan putrinya. Namun tiada yang lebih indah saat nama Putri Jodha diteriakkan saat konvoi tandu para putri penghuni istana lewat dihadapannya. Nama itu mampu menghentikan aliran darahnya, menghentikan detak jantungnya, membuat persendian kakinya tak mampu bergerak. Jodha bukan hanya omong kosong belaka. Bukan hanya kecantikan yang di sebar luaskan secara paksa. Tapi realita dari sebuah mimpi yang tersembunyi di Amer. Mimpi tentang kecantikan, ketulusan dan cinta kasih.
Saat pertama kali memandangnya, jalal langsung terpana, “matanya bagaikan sinar rembulan…terpancar lembut. Senyuman dibibirnya bagaikan lukisan pelangi Sang Pencipta. Subhanallah…” Hati Jalal terpesona.
Tak henti-hentinya Jalal memandang sang putri dalam tandu dimana sang putri sendiri tidak menyadari kehadirannya. Jalal bagaikan hanyut dalam dunianya, yang tanpa dia sadari cinta mulai merembes disela-sela hatinya yang membatu. hanya ada dua kata yang bersemayam di benaknya, “Amer…Jodha…Amer…Jodha..”
Kedua kata itu menciptakan ambisi dalam diri Jalal. Ambisi untuk menguasai dan memiliki. Dibibirnya tersungging senyuman. Tanpa disadarinya gelang kaki Jodha terlepas dari tangannya dan terjatuh ditengah nyala kobaran api. Dengan tenang Jalal mengambil gelang kaki tersebut, sambil menahan panas dibersihkannya gelang itu dengan hati-hati. Tangannya kembali menggenggam kuat gelang kaki sang putri.
Pandangan pertama Jalal pada Putri Jodha mungkin hanya sesaat, tetapi…itulah pandangan pertama menuju cinta yang akhir dan abadi.